Energi Hijau Panas Bumi Bawa Kopi Kamojang Mendunia

Rabu, 23 Juli 2025 | 07:15:36 WIB
Energi Hijau Panas Bumi Bawa Kopi Kamojang Mendunia

JAKARTA - Pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia kini memasuki babak baru. Tidak lagi terbatas untuk pembangkitan listrik, teknologi ramah lingkungan ini juga mulai memainkan peran penting dalam sektor pertanian dan pemberdayaan ekonomi desa. Salah satu contoh paling inspiratif datang dari kawasan Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, di mana biji kopi lokal berhasil menembus pasar global berkat sentuhan inovasi dari PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE), anak usaha Pertamina.

Melalui teknologi bernama Geothermal Dry House, PGE menggandeng petani kopi setempat untuk mengolah hasil panen secara efisien dan ramah lingkungan. Teknologi ini memanfaatkan uap panas bumi untuk mempercepat proses pengeringan kopi, dan telah resmi mendapatkan hak paten sebagai inovasi pertama di dunia dalam pengolahan kopi berbasis energi panas bumi.

Inovasi ini bukan sekadar terobosan teknis, tetapi juga berdampak nyata terhadap peningkatan kualitas hasil pertanian sekaligus membuka peluang ekspor. Hal tersebut ditandai dengan diselenggarakannya acara "Panen Bersama dan Ekspor Perdana Kopi Geotermal Kamojang" di Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung.

Pada momen tersebut, para petani kopi merayakan keberhasilan menembus pasar Asia dan Eropa dengan total ekspor perdana mencapai 15 ton kopi. Biji kopi Kamojang kini bukan hanya unggul dari sisi cita rasa, tetapi juga menjadi representasi dari produk hijau bernilai tambah tinggi.

Acara panen bersama itu turut dihadiri sejumlah tokoh penting, antara lain Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi, Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Gigih Udi Atmo, serta perwakilan Kementerian BUMN, manajemen Pertamina Geothermal Energy, pemerhati lingkungan, dan tamu undangan lainnya.

Dalam sambutannya, Eniya menyampaikan apresiasinya atas langkah PGE dan semangat para petani yang berhasil menghadirkan inovasi hingga berujung pada ekspor global.

"Agar perusahaan bisa terus bergerak maju, pasti perlu inovasi. Saya melihat PGE dari dulu rohnya luar biasa. Semangat untuk berinovasi itu sudah lama tumbuh di PGE," ujarnya.

Lebih lanjut, Eniya menegaskan bahwa pemerintah saat ini tengah mendorong optimalisasi pemanfaatan panas bumi tidak hanya sebagai pembangkit, tapi juga untuk “direct use” di berbagai sektor produktif seperti pertanian.

"Untuk pemanfaatan direct use seperti ini sedang kita godok di Peraturan Menteri. Kita mendorong penuh agar ini bisa terlaksana dengan tumbuhnya masyarakat kita yang makin tahu dan terlibat panas bumi. Saya pikir juga daerah pasti nanti mendapat keuntungan yang lebih baik lagi," tuturnya.

‘Geothermal Dry House’ terbukti mampu mempercepat proses pengeringan hingga tiga kali lebih cepat dibandingkan metode konvensional, sehingga menghemat biaya operasional dan meningkatkan kapasitas produksi. Hasilnya, kopi yang dihasilkan memiliki aroma lebih kuat dan rasa yang lebih kaya—suatu keunggulan kompetitif di pasar internasional.

Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, mengungkapkan bahwa keberhasilan ini menunjukkan bagaimana panas bumi bisa dimanfaatkan lebih luas untuk mendorong ekonomi lokal.

“Semangat para petani kopi di Kamojang menjadi inspirasi bagi PGE untuk terus menghadirkan inovasi yang memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat. Kami percaya bahwa pengembangan energi hijau dari panas bumi seharusnya tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan energi nasional, tetapi juga dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar,” ungkap Julfi.

Komitmen PGE dalam membangun ekosistem berkelanjutan terlihat dalam upaya mendorong ekonomi sirkular berbasis energi panas bumi. Tujuannya, manfaat energi bersih ini dapat dirasakan merata, bukan hanya oleh industri energi, tapi juga oleh sektor agrikultur dan UMKM.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, menyebutkan bahwa inisiatif ini juga mendukung visi Presiden Prabowo untuk memperkuat pembangunan teknologi dan meningkatkan daya saing produk lokal.

"Inovasi untuk petani kopi juga bagian dari upaya Pertamina meningkatkan produk lokal ke tingkat global," ujarnya.

Saat ini, melalui program Geothermal Coffee Process (GCP), PGE telah bermitra dengan 18 kelompok tani dan memberdayakan 312 petani lokal di area sekitar Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Kamojang. Luas lahan yang dikelola mencapai 80 hektare, menghasilkan produk kopi dalam berbagai bentuk seperti green beans, roasted beans, dan ground coffee.

Capaian sepanjang 2024 mencatat total penjualan 4,9 ton green beans, 640 kilogram roasted beans, dan 17.500 bungkus ground coffee, dengan omzet senilai Rp863,9 juta.

Langkah ekspor perdana ke negara-negara Asia dan Eropa menjadi bukti pengakuan internasional terhadap kualitas kopi Kamojang yang tidak hanya unggul dari sisi rasa, tetapi juga dari segi keberlanjutan.

Dengan teknologi Geothermal Dry House sebagai pionir, kopi Kamojang kini berdiri sejajar dengan produk global lainnya, membawa pesan bahwa energi bersih tidak hanya untuk masa depan lingkungan, tapi juga untuk kesejahteraan masyarakat lokal.

Terkini