Harga Batu Bara Menguat Tipis, Setelah Turun Dua Hari Berturut turut

Selasa, 19 Agustus 2025 | 12:25:12 WIB
Harga Batu Bara Menguat Tipis, Setelah Turun Dua Hari Berturut turut

JAKARTA - Pergerakan harga batu bara pada perdagangan kemarin menunjukkan sedikit penguatan, mengakhiri dua hari berturut-turut mengalami penurunan. Pada Senin, 18 Agustus 2025, kontrak batu bara untuk pengiriman bulan mendatang di pasar ICE Newcastle ditutup di level US$ 111 per ton, naik tipis 0,14% dibandingkan penutupan akhir pekan sebelumnya.

Kenaikan kecil ini datang setelah harga batu bara sempat terkoreksi dalam dua hari sebelumnya. Meski begitu, bila dihitung dalam satu pekan terakhir secara point-to-point, harga komoditas energi ini masih mencatat penurunan sebesar 1,94%.

Perlambatan harga ini tidak lepas dari lemahnya permintaan global, khususnya dari China yang menjadi konsumen batu bara terbesar di dunia. Dalam tujuh bulan pertama tahun 2025, produksi listrik berbasis batu bara di China tercatat turun 1,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Produksi semen juga menyusut 4,5% sementara produksi baja berkurang 3,1%. Penurunan ini menekan permintaan batu bara secara keseluruhan, sehingga memengaruhi harga di pasar internasional.

Analis pasar menilai, meski terjadi kenaikan tipis kemarin, prospek pergerakan harga batu bara tetap menghadapi tekanan. Kondisi supply-demand global menjadi faktor penentu utama. Pasokan yang masih stabil di sisi produsen dan perlambatan konsumsi di sektor industri berat, seperti listrik, semen, dan baja, membuat batu bara sulit menguat secara signifikan dalam jangka pendek.

Dari sisi teknikal, analisis pada kerangka harian (daily time frame) menunjukkan batu bara masih berada dalam tren bearish. Hal ini terlihat dari indikator Relative Strength Index (RSI) yang tercatat sebesar 44, di bawah angka 50 yang menandakan sentimen negatif atau posisi bearish pada suatu aset.

Namun, indikator Stochastic RSI menunjukkan bahwa batu bara saat ini sudah menyentuh level 0, yang menandakan kondisi sangat jenuh jual (oversold). Sinyal ini membuka peluang bagi harga untuk menguat kembali, meskipun ruang kenaikannya terbatas. Analis teknikal menyoroti potensi pergerakan harga hari ini dengan target resisten terdekat berada di kisaran US$ 112-113 per ton. Jika harga mampu menembus level ini, penguatan kemungkinan masih bisa berlanjut dalam jangka pendek.

Di sisi lain, risiko koreksi tetap ada. Support terdekat tercatat di level US$ 110 per ton. Jika harga menembus titik ini, ada potensi harga batu bara tergelincir lebih jauh, menuju US$ 104 per ton. Kondisi ini perlu diwaspadai oleh pelaku pasar, terutama investor yang melakukan perdagangan harian atau spekulatif.

Pergerakan harga batu bara menjadi perhatian penting, bukan hanya bagi produsen dan eksportir, tetapi juga bagi sektor industri yang mengandalkan batu bara sebagai sumber energi. Perubahan harga dapat memengaruhi biaya produksi, strategi pengadaan bahan baku, hingga perhitungan harga jual produk akhir.

Bagi pasar global, faktor-faktor makro seperti kebijakan energi China, fluktuasi mata uang, dan permintaan industri juga menjadi variabel yang memengaruhi arah harga. Selain itu, isu logistik dan distribusi batu bara di pelabuhan utama bisa menambah volatilitas harga dalam jangka pendek.

Dengan kondisi saat ini, penguatan harga batu bara kemungkinan bersifat terbatas. Investor dan pelaku pasar disarankan tetap memantau indikator teknikal serta data produksi dan konsumsi global. Perubahan kecil di sisi permintaan atau gangguan pasokan bisa mendorong pergerakan harga lebih tajam.

Kesimpulannya, meskipun harga batu bara berhasil mencatat kenaikan tipis pada perdagangan kemarin setelah dua hari berturut-turut menurun, tekanan dari permintaan yang lemah di China dan kondisi teknikal yang masih bearish membuat prospek penguatan terbatas. Target resisten berada di US$ 112-113 per ton, sementara support penting berada di US$ 110 per ton. Penembusan support ini bisa membawa harga ke level lebih rendah, sekitar US$ 104 per ton, sehingga pengawasan pasar tetap diperlukan untuk mengantisipasi fluktuasi mendadak.

Terkini