Harga Minyak Anjlok dalam Seminggu, WTI Capai Titik Terendah US$75,44 per Barel: Dampak Ketidakpastian Kebijakan Tarif Trump
- Kamis, 23 Januari 2025

Pada Kamis, 22 Januari 2025, harga minyak global mengalami penurunan signifikan ke level terendah dalam seminggu, didorong oleh kekhawatiran pasar mengenai dampak kebijakan tarif yang diusulkan oleh Presiden AS, Donald Trump. Tarif ini dipandang sebagai ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi, sehingga menyebabkan harga minyak mentah anjlok.
Mengutip laporan dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun sebesar 29 sen, atau sekitar 0,4%, menjadi US$79,00 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), mencatatkan penurunan sebesar 39 sen, setara 0,5%, sehingga berada di posisi US$75,44 per barel. Penurunan harga ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap kebijakan perdagangan yang tengah digagas oleh Trump.
Tren Penurunan Harga Minyak
Penurunan harga minyak terlihat konsisten selama beberapa hari terakhir. Brent menandai hari kelima berturut-turut mengalami pelemahan, pertama kali sejak September lalu, sementara WTI berada pada hari keempat penurunan beruntun, yang tidak terjadi sejak November. Kedua benchmark minyak mentah ini menutup perdagangan pada level terendah mereka sejak 9 Januari.
Analis di Ritterbusch and Associates mencatat dalam sebuah catatan, "Potensi sanksi di bawah pemerintahan Trump yang baru tetap tidak jelas, dengan tarif terhadap Kanada dan Meksiko tampaknya menjadi fokus utama ketidakpastian pedagang." Hal ini menunjukkan bahwa ketidakpastian kebijakan tarif AS menjadi faktor utama yang membebani pasar minyak.
Rencana Tarif Trump: Dampak Global
Trump mengungkapkan bahwa pemerintahannya sedang dalam tahap pembahasan penerapan tarif 10% pada barang-barang impor asal Tiongkok mulai 1 Februari. Lebih lanjut, ia juga mengindikasikan potensi tarif setinggi 25% untuk Meksiko dan Kanada, selain ancaman bea impor pada produk dari Eropa. Tidak hanya itu, Trump juga memperingatkan tarif baru terhadap Rusia jika tidak ada kesepakatan untuk mengakhiri konflik di Ukraina.
Analis dari ING menyatakan, "Perhatian pasar minyak perlahan-lahan beralih dari sanksi AS terhadap Rusia ke potensi kebijakan perdagangan Trump," menandakan bahwa peningkatan ancaman tarif terus menekan pasar energi. Kebijakan Trump ini menimbulkan ketidakpastian ekonomi yang luar biasa, tidak hanya di AS tetapi di seluruh dunia, dengan Eropa berada dalam posisi penting untuk merespons secara kolektif.
Respon Internasional dan Dinamika Minyak
Di tingkat internasional, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz berupaya menunjukkan persatuan dalam menghadapi ancaman tarif dari AS. Pertemuan di Paris menjadi upaya penting bagi Eropa untuk menyusun respons bersama terhadap kebijakan perdagangan yang dicanangkan oleh Trump.
Di sisi lain, Trump juga menyatakan niat untuk menghentikan importasi minyak dari Venezuela, anggota OPEC yang terkena sanksi AS. Berdasarkan data dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA), importasi minyak dari Venezuela oleh AS telah meningkat menjadi sekitar 200.000 barel per hari selama 10 bulan pertama 2024, dibandingkan dengan rata-rata 100.000 barel per hari pada 2023.
OPEC dan Persaingan Pasokan
Di tengah ketidakpastian ini, Arab Saudi, anggota utama OPEC, melaporkan ekspor minyak mentah pada November mencapai level tertinggi dalam delapan bulan. Sementara itu, Iran, juga anggota OPEC yang berada di bawah sanksi AS, mengirim pesan damai kepada Barat, membantah keinginan untuk mengembangkan senjata nuklir, dan menawarkan diskusi untuk kerjasama.
Analis memperkirakan cadangan minyak mentah AS akan turun sekitar 1,6 juta barel pada pekan lalu, menantikan data dari American Petroleum Institute (API) pada Rabu dan EIA pada Kamis. Jika ramalan ini benar, ini akan menandai kali pertama perusahaan energi menarik minyak dari penyimpanan selama sembilan minggu berturut-turut sejak awal 2018.
Secara terpisah, beberapa pelabuhan di Texas mulai kembali beroperasi pada Rabu setelah Badai Musim Dingin Enzo sempat mengganggu operasi energi dan pengiriman awal pekan ini.
Penurunan harga minyak yang signifikan ini mencerminkan ketegangan dan ketidakpastian global yang disebabkan oleh kebijakan perdagangan Trump. Dampak dari tarif ini tidak hanya menyinggung hubungan bilateral, tetapi juga mengancam stabilitas ekonomi global, terutama di sektor energi. Pasar kini terus memantau langkah-langkah berikutnya dari pemerintahan Trump dan perkembangannya di kancah internasional, yang menjadi penentu penting bagi harga minyak dunia ke depan.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.