
JAKARTA - Penutupan akses jalan raya Gumitir yang menghubungkan Jember dan Banyuwangi sejak 24 Juli 2025 memberi dampak besar terhadap pola transportasi masyarakat di kawasan timur Jawa Timur. Tidak hanya berdampak pada sektor logistik, perubahan tersebut juga secara langsung mendorong peralihan moda transportasi masyarakat ke jalur kereta api, yang kini dinilai lebih efisien dan dapat diandalkan.
Dalam lima hari pertama sejak penutupan jalur tersebut, data dari Daerah Operasi 9 Jember menunjukkan peningkatan signifikan jumlah penumpang kereta api. Berdasarkan catatan tertanggal 28 Juli 2025, sebanyak 55.476 orang tercatat menggunakan layanan kereta api, mencatat kenaikan sebesar 16 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Peningkatan ini mencerminkan adanya perpindahan preferensi moda transportasi akibat terganggunya konektivitas melalui jalur darat. Dengan keterbatasan akses akibat larangan melintas bagi kendaraan bermotor roda empat ke atas di jalur Gumitir, kereta api kini dianggap sebagai opsi mobilitas yang paling rasional dan aman.
Baca Juga
Salah satu layanan yang mengalami lonjakan penumpang paling mencolok adalah KA Pandanwangi yang melayani rute Jember–Ketapang pulang-pergi. Dalam rentang waktu yang sama, jumlah pengguna layanan ini mencapai 16.579 orang, meningkat 15 persen dari sebelumnya yang berada di angka 15.314. Lonjakan ini terjadi merata di berbagai stasiun pemberhentian, memperlihatkan dampak nyata dari penutupan akses jalan utama tersebut.
Manager Hukum dan Humas KAI Daop 9 Jember, Cahyo Widiantoro, menyampaikan bahwa situasi ini menunjukkan betapa pentingnya kehadiran moda transportasi alternatif yang aman dan dapat diandalkan di tengah gangguan akses darat.
“Kereta api tampil sebagai jawaban mobilitas yang dapat diandalkan dan terjamin keamanannya, dan kami bersyukur menjadi pilihan prioritas masyarakat,” ujar Cahyo.
Dengan melihat antusiasme masyarakat yang begitu tinggi, wacana pengembangan layanan kereta api pun kembali mengemuka. Salah satunya adalah kemungkinan penambahan stasiun pemberhentian untuk KA Pandanwangi. Namun, proses ini tidak dapat dilakukan secara sepihak dan memerlukan persetujuan dari otoritas yang berwenang.
“Respons positif masyarakat sangat besar, termasuk dari daerah yang tidak memiliki alternatif transportasi lain. Akan tetapi untuk menambah stasiun pemberhentian, kami masih menunggu persetujuan DJKA supaya dapat direalisasikan secara legal dan sesuai ketentuan,” jelas Cahyo.
Menanggapi lonjakan jumlah pengguna, PT KAI melalui Daop 9 Jember telah mengambil sejumlah langkah antisipatif. Salah satunya adalah mengoperasikan KA Pandanwangi dengan kapasitas hingga 120 persen dari jumlah kursi standar sebanyak 636 tempat duduk. Langkah ini dilakukan guna mengakomodasi lonjakan penumpang selama masa penutupan jalur Gumitir.
Tidak hanya di atas kereta, peningkatan pelayanan juga dilakukan di stasiun-stasiun keberangkatan. Penambahan petugas layanan pelanggan, pengaturan antrean penumpang, hingga kolaborasi dengan Dinas Perhubungan serta aparat setempat dilakukan guna menjaga kelancaran dan kenyamanan selama masa sibuk ini.
Di sisi lain, masyarakat juga diminta untuk beradaptasi dengan kondisi baru ini. PT KAI mengimbau agar penumpang melakukan pemesanan tiket lebih awal, baik melalui aplikasi Access by KAI, situs resmi kai.id, maupun mitra resmi lainnya. Selain itu, calon penumpang diharapkan datang lebih awal ke stasiun untuk menghindari antrean panjang yang mungkin terjadi di jam-jam padat.
Tak sekadar menjadi alternatif saat jalur darat terputus, kereta api juga dinilai memiliki keunggulan lain dari sisi efisiensi dan keberlanjutan. Moda ini dianggap ramah lingkungan serta berperan dalam mengurangi kemacetan dan polusi yang umumnya meningkat ketika lalu lintas jalan terhambat.
“Kami berkomitmen untuk terus menyajikan pelayanan optimal bagi masyarakat, khususnya di kondisi kritis seperti penutupan Gumitir ini. KAI siap mendukung mobilitas masyarakat dengan aman, nyaman, dan tetap memprioritaskan keselamatan,” tutup Cahyo.
Penutupan jalur Gumitir sendiri diproyeksikan berlangsung selama dua bulan. Selama masa itu, masyarakat diharapkan dapat menyesuaikan pilihan transportasinya, termasuk menjadikan kereta api sebagai moda utama. Pemerintah daerah dan pusat pun diharapkan terus berkoordinasi untuk mempercepat perbaikan akses jalan guna mendukung mobilitas dan aktivitas ekonomi masyarakat.
Situasi ini menunjukkan bagaimana krisis akses jalan dapat menjadi momentum untuk memperkuat peran transportasi rel dalam sistem mobilitas nasional. Kecepatan respons dari penyedia layanan seperti PT KAI, dukungan regulasi dari pemerintah, dan kesadaran masyarakat untuk beralih ke moda transportasi yang lebih efisien menjadi kunci agar perpindahan ini tidak hanya bersifat sementara, tetapi bisa menjadi langkah menuju sistem transportasi yang lebih berkelanjutan.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
MIND ID Perkuat Ketahanan Pangan Nasional
- 31 Juli 2025
3.
KPR BTN Gerakkan Ekonomi dan Perkuat Akses Rumah
- 31 Juli 2025
4.
BRI Fokus UMKM, Kredit Capai Rp1.416 Triliun
- 31 Juli 2025