Respons Luhut soal Ekspor Listrik ke Singapura: Kebijakan Masih Dikaji Kembali Oleh Menteri ESDM
- Kamis, 20 Februari 2025

JAKARTA - Kebutuhan energi bersih terus meningkat seiring dengan tuntutan global akan energi yang ramah lingkungan. Sebagai negara dengan potensi energi terbarukan yang melimpah, Indonesia telah merencanakan ekspor listrik ke Singapura. Namun, saat ini kebijakan ekspor tersebut masih dalam tahap pengkajian ulang oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Proses perizinan ekspor ini sebelumnya telah disetujui ketika Luhut Binsar Pandjaitan menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Eksportasi listrik ini dianggap sebagai langkah strategis dalam pemanfaatan potensi energi terbarukan Indonesia terutama menuju target sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Namun, Luhut menegaskan bahwa keputusan tersebut tidak diambil secara gegabah. "Ekspor itu (listrik ke Singapura) sudah kita lalui suatu proses pengambilan keputusan, di mana kita juga sangat memperhatikan kepentingan nasional," ujarnya.
Saat ini, Luhut menduduki posisi sebagai Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Dalam kapasitas barunya ini, ia lebih memilih untuk membiarkan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menelaah lebih jauh kebijakan tersebut. Luhut pun menyatakan tidak keberatan dengan langkah itu. "Ya, silakan saja dilihat (kebijakan ekspor listrik di era Menteri ESDM Bahlil Lahadalia)," tuturnya, mencerminkan sikap kooperatif terhadap revaluasi kebijakan yang ada.
Proses Persetujuan Ekspor Listrik: Perjalanan dan Tantangan
Pembicaraan terkait ekspor listrik Indonesia ke Singapura telah dilakukan hingga tingkatan tertinggi. Presiden Joko Widodo sendiri telah bertemu dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada Leaders' Retreat di Istana Bogor pada April 2024 untuk membahas detail program ini. Bahkan, Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua negara ditandatangani pada September 2023, yang menandai awal komitmen Indonesia untuk menyediakan 2 gigawatt dari kebutuhan Singapura yang mencapai 4 gigawatt hingga tahun 2035.
Singapura, yang berfokus pada konsumsi energi bersih, melihat Indonesia sebagai mitra strategis dalam upaya mencapai target penggunaan energi rendah karbon. Ekspor ini tidak hanya membawa keuntungan ekonomi bagi Indonesia, tetapi juga menegaskan posisi negara ini sebagai pemasok energi terbarukan utama di kawasan.
Kajian Ulang dan Pendekatan Geopolitik Baru
Namun, semua rencana ini mengalami peninjauan ulang setelah Bahlil Lahadalia mulai menjabat sebagai Menteri ESDM pada Agustus 2024. Bahlil menggarisbawahi bahwa Indonesia harus memposisikan dirinya sebagai penggerak, bukan ikut-ikutan, dalam transformasi energi di ASEAN. "Isu green ini kemudian menjadi isu geopolitik, tidak hanya isu nasional, (melainkan) isu geopolitik karena orang bicara tentang industri manufaktur. Foreign direct investment (FDI) yang masuk ke Asia Tenggara secara sektor keuangan yang paling terbesar itu adalah Singapura, tapi FDI untuk sektor manufaktur terbesar itu Indonesia," jelasnya pada acara kumparan Green Initiative Conference.
Bahlil menekankan pentingnya pendekatan yang hati-hati dalam menangani kebijakan ekspor listrik. "Nah, ini terjadi isu besar, ekspor listrik ke luar negeri. Bagi saya, saya pakai konsekuensi perdagangan bebas, itu gak ada masalah. Tapi kita harus berhati-hati dalam menolaknya. Jangan senjata kita kasih kepada orang untuk orang hajar kita," ujarnya dengan waspada terhadap kemungkinan dampak strategis dan geopolitik dari kebijakan tersebut.
Implikasi dan Masa Depan Ekspor Listrik
Baca JugaHarga BBM di Apau Kayan Tembus Rp 60 Ribu per Liter, Pertamina: Itu Ulah Pengecer
Tantangan dalam ekspor listrik ini tidak hanya terkait dengan administrasi dan kebijakan dalam negeri, tetapi juga melibatkan dinamika geopolitik regional. Mengingat Singapura sebagai titik masuk utama FDI di sektor keuangan Asia Tenggara, Indonesia perlu dengan hati-hati memilih langkah dalam menjaga keseimbangan kepentingan nasional dan regional.
Selain itu, potensi ekonomi dari ekspor listrik ini sangat besar. Mengakses pasar energi bersih internasional dapat membuka peluang investasi baru dan memperkuat posisi Indonesia dalam peta energi global. Namun, hal ini juga berarti bahwa Indonesia harus bersiap untuk meningkatkan infrastruktur energi terbarukan di dalam negeri agar dapat memenuhi kebutuhan domestik dan permintaan ekspor.
Pada akhirnya, keputusan mengenai ekspor listrik ini harus selaras dengan strategi besar Indonesia dalam mengembangkan energi terbarukan dan memajukan status sosial ekonomi secara berkelanjutan. Dengan perencanaan yang tepat dan kerjasama antara berbagai pihak, Indonesia tidak hanya akan menjadi pemasok energi terbarukan regional tetapi juga akan mengukuhkan perannya sebagai pemimpin transformasi energi di Asia Tenggara.

Zahra
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.