Indonesia Singapura Sepakat Investasi USD10 Miliar untuk Bangun Ekosistem Energi Hijau
- Minggu, 15 Juni 2025

JAKARTA — Kerja sama strategis antara Indonesia dan Singapura dalam pengembangan energi hijau resmi dimulai dengan komitmen investasi lebih dari USD10 miliar. Investasi besar tersebut akan difokuskan untuk membangun rantai pasok energi terbarukan di kawasan Asia Tenggara, mencakup pembangunan panel surya berskala besar, teknologi penangkapan karbon (Carbon Capture Storage/CCS), hingga pengembangan kawasan industri hijau berstandar rendah emisi.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa investasi jumbo ini merupakan hasil konkret dari tiga kesepakatan kerja sama (Memorandum of Understanding/MoU) yang ditandatangani antara Indonesia dan Singapura. Proses penandatanganan MoU dilakukan di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta.
“Penandatanganan 3 MoU Indonesia dan Singapura hari ini membawa keuntungan kedua negara. Investasi yang dibutuhkan untuk merealisasikan kerja sama tersebut diperkirakan di atas USD10 miliar,” ujar Bahlil kepada awak media usai prosesi penandatanganan.
Baca JugaPertamina Produksi SAF dari Minyak Jelantah, Airbus Beri Apresiasi
Investasi jumbo ini mencerminkan komitmen serius kedua negara dalam mempercepat transformasi menuju energi bersih dan berkelanjutan. Selain itu, kerja sama ini juga dinilai sebagai peluang bisnis strategis yang akan memperkuat posisi Indonesia dan Singapura sebagai pemain utama dalam transisi energi di kawasan Asia Tenggara.
Tiga Fokus Utama Proyek Energi Hijau Indonesia–Singapura
Skema investasi senilai lebih dari USD10 miliar tersebut akan dialokasikan ke tiga sektor utama, yang merupakan langkah strategis untuk membangun ekosistem energi hijau yang lengkap dan terintegrasi.
Pembangunan Instalasi Panel Surya Berskala Besar
Fokus pertama dari kerja sama ini adalah pembangunan instalasi panel surya dalam skala masif. Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi surya, terutama di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Dengan dukungan investasi dari Singapura, target pembangunan ribuan megawatt pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) kini semakin realistis.
Energi yang dihasilkan dari panel-panel surya ini nantinya tidak hanya akan memenuhi kebutuhan domestik Indonesia, tetapi juga akan diekspor ke Singapura melalui infrastruktur jaringan kelistrikan lintas batas. Hal ini mendukung program ASEAN Power Grid yang tengah digalakkan oleh negara-negara Asia Tenggara.
Investasi Teknologi Carbon Capture Storage (CCS)
Sektor kedua yang menjadi perhatian adalah pengembangan fasilitas Carbon Capture Storage (CCS), yaitu teknologi untuk menangkap dan menyimpan emisi karbon dari proses industri maupun pembangkit listrik berbasis fosil. Indonesia memiliki potensi geologis untuk menjadi salah satu pusat penyimpanan karbon terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Dengan dukungan Singapura, fasilitas CCS akan dikembangkan di beberapa wilayah strategis Indonesia, seperti Riau dan Kalimantan Timur. Teknologi ini diharapkan mampu menurunkan emisi karbon secara signifikan, sejalan dengan target Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat.
Pembangunan Kawasan Industri Hijau
Fokus ketiga dari kerja sama ini adalah pendirian kawasan industri hijau. Kawasan industri ini akan dirancang secara khusus untuk mendukung aktivitas manufaktur yang ramah lingkungan, termasuk pabrik panel surya, Battery Energy Storage System (BESS), fasilitas logistik rendah karbon, hingga pusat riset dan inovasi teknologi energi bersih.
Kawasan industri hijau tersebut juga akan menjadi contoh kawasan industri masa depan yang terintegrasi, berdaya saing tinggi, dan berorientasi ekspor. Dengan konsep green industrial park, Indonesia diharapkan menjadi pemain kunci dalam rantai pasok global produk-produk energi hijau.
Dampak Ekonomi: Ciptakan Lapangan Kerja hingga Tambahan Devisa
Investasi lebih dari USD10 miliar dari kerja sama energi hijau Indonesia dan Singapura ini diproyeksikan akan memberikan dampak ekonomi yang sangat signifikan. Menurut Bahlil, proyek ini akan menciptakan ekosistem ekonomi baru dan membuka puluhan ribu lapangan kerja, mulai dari tahap konstruksi, produksi manufaktur, hingga operasional dan pemeliharaan fasilitas.
“Puluhan ribu lapangan kerja akan tercipta, mulai dari tahap manufaktur panel dan BESS (Battery Energy Storage System), hingga operasional dan pemeliharaan,” jelas Bahlil.
Di sisi fiskal, pemerintah memperkirakan kerja sama ini akan menyumbang tambahan devisa negara hingga USD6 miliar per tahun. Selain itu, penerimaan negara dari sektor perpajakan diproyeksikan meningkat hingga ratusan juta dolar AS, memberikan dorongan positif terhadap stabilitas ekonomi makro Indonesia.
Kerja sama ini juga akan mendorong percepatan alih teknologi, khususnya dalam penguasaan teknologi energi terbarukan yang selama ini didominasi oleh negara-negara maju. Dengan demikian, Indonesia memiliki peluang besar untuk bertransformasi menjadi negara produsen teknologi hijau.
Satuan Tugas Khusus untuk Menjamin Realisasi
Guna memastikan realisasi proyek berjalan lancar, kedua negara membentuk Satuan Tugas (Satgas) Energi Baru Terbarukan (EBT) Lintas Batas, yang dipimpin langsung oleh Menteri ESDM Indonesia dan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura.
Satgas ini akan bertanggung jawab menyusun rencana aksi detail, mulai dari tahap studi kelayakan, penyusunan skema pendanaan, perizinan, hingga pengawasan tata kelola kawasan industri hijau. Selain itu, Satgas juga akan mengawasi integrasi proyek-proyek energi hijau Indonesia dengan program transisi energi yang tengah digencarkan oleh ASEAN.
“Ini adalah langkah serius untuk memastikan seluruh tahapan proyek berjalan sesuai rencana dan target,” tegas Bahlil.
Komitmen Menuju Masa Depan Berkelanjutan
Kerja sama strategis Indonesia dan Singapura dalam pengembangan energi hijau menjadi langkah konkret kedua negara untuk menghadapi tantangan krisis iklim global. Bagi Indonesia, kerja sama ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang menuju target Net Zero Emission.
Bahlil menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya sekadar menjadi pasar, tetapi juga ingin menjadi produsen energi hijau yang dapat memenuhi kebutuhan domestik sekaligus berkontribusi pada pasar internasional.
“Besaran angka investasi tersebut menegaskan komitmen kedua pemerintah dalam menempatkan isu energi bersih sebagai prioritas kebijakan dan peluang bisnis di kawasan Asia Tenggara,” ungkap Bahlil.
Dengan dukungan modal, teknologi, serta komitmen politik yang kuat, Indonesia kini berada di jalur yang tepat untuk menjadi pusat energi hijau di Asia Tenggara. Dalam beberapa tahun mendatang, dampak positif dari kerja sama ini dipastikan akan dirasakan secara langsung oleh perekonomian nasional dan masyarakat luas.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Gas Elpiji 3 Kg Langka di Mataram, Pemkot Tegaskan Pangkalan Tak Boleh Naikkan Harga
- Minggu, 15 Juni 2025
Pelindo Resmi Operasikan Terminal Kijing, Dorong Efisiensi Logistik Kalimantan Barat
- Minggu, 15 Juni 2025
Petani Bawang Merah di Probolinggo Terancam Gagal Panen, Harga di Pasaran Melambung
- Minggu, 15 Juni 2025