
JAKARTA - Limbah rumah tangga yang selama ini dianggap tak berguna, seperti minyak jelantah, perlahan mulai punya masa depan cerah di tangan industri energi. Di bawah naungan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), upaya mengubah limbah menjadi energi berkelanjutan mulai menunjukkan hasil konkret lewat pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Kilang Cilacap, Jawa Tengah.
Langkah ini bukan sekadar inovasi teknis, tetapi bagian dari komitmen Pertamina dalam mewujudkan transisi energi dan mendorong pemanfaatan energi rendah karbon berbasis sumber daya lokal. Kilang strategis milik KPI di Cilacap kini tengah mempersiapkan produksi Green Avtur—bahan bakar pesawat yang berasal dari minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO) melalui program yang dinamai USAF Project.
“Inisiatif ini sedang memasuki tahap uji coba fasilitas di unit Green Refinery yang berada di area Fuel Oil Complex (FOC) II. Finalisasi kesiapan kilang termasuk dalam operasional dan kontrol kualitas sedang kami pastikan, salah satunya melalui Focus Group Discussion yang telah dilaksanakan,” ungkap Jefri A. Simanjuntak, Manager Engineering & Development Kilang Cilacap.
Baca Juga
Program USAF ini menjadi proyek penting dalam ekosistem energi nasional karena menggabungkan kepentingan lingkungan, teknologi, dan ketahanan energi sekaligus. SAF, atau bahan bakar aviasi berkelanjutan, diharapkan menjadi salah satu solusi pengurangan emisi karbon di sektor transportasi udara—sektor yang selama ini dikenal sulit dikonversi ke energi hijau.
Tak hanya manajemen lokal, kesiapan Kilang Cilacap dalam memproduksi SAF juga mendapat perhatian penuh dari jajaran manajemen pusat. Direktur Operasi KPI, Didik Bahagia, secara langsung memimpin kegiatan management walkthrough untuk memantau kesiapan unit produksi. Dalam kesempatan tersebut, ia menegaskan pentingnya peran RU IV dalam realisasi produksi SAF di Indonesia.
“Proyek ini adalah amanat strategis bagi Pertamina,” tegas Didik.
Untuk tahap awal, produksi SAF ditargetkan mencapai volume sebesar 8,9 MB (metric barrel). Komposisi UCO sebagai bahan baku utama berada pada kisaran 2 hingga 3 persen. Pada pertengahan Juli lalu, uji coba injeksi bahan baku telah dimulai secara bertahap dari 1 persen dan terus meningkat menuju 2,5 persen. Evaluasi dari tahap ini akan menjadi acuan untuk meningkatkan dosis secara bertahap hingga mencapai angka maksimal.
Pendekatan ini juga selaras dengan prinsip Environment, Social, & Governance (ESG), dan mendukung realisasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin ke-7 tentang akses energi bersih dan terjangkau, serta poin ke-9 tentang industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan.
Sejak tahun 2024, KPI secara resmi meluncurkan USAF Project sebagai proyek pionir bahan bakar aviasi dari limbah minyak goreng. Serangkaian persiapan teknis dilakukan secara bertahap, termasuk kolaborasi bersama Pertamina Technology Innovation dalam merancang teknologi katalis, serta produksi katalis oleh PT Katalis Sinergi Indonesia.
Proyek ini juga disiapkan agar selaras dengan standar keberlanjutan internasional seperti International Sustainability and Carbon Certification (ISCC EU) dan Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) yang ditetapkan oleh organisasi penerbangan sipil internasional (ICAO). Artinya, SAF buatan Indonesia ini nantinya bisa digunakan secara luas, bahkan untuk maskapai internasional yang mengutamakan prinsip dekarbonisasi.
Salah satu momen penting dalam proyek ini adalah pelaksanaan Turn Around pada Januari 2025. Momen tersebut dimanfaatkan untuk melakukan penggantian katalis USAF di Kilang RU IV, sebagai langkah krusial sebelum menuju fase uji produksi komersial yang ditargetkan mulai berjalan pada awal kuartal ketiga tahun 2025.
Visi jangka panjang KPI dan Pertamina Group tidak berhenti di produksi uji coba. Melalui sinergi internal, proyek SAF dari minyak jelantah ini diharapkan menjadikan Indonesia sebagai produsen bahan bakar aviasi berkelanjutan pertama yang bersertifikat, berbasis limbah domestik. Dalam hal ini, peran dari subholding Pertamina Patra Niaga, maskapai Pelita Air, hingga koordinasi dengan induk Pertamina (Persero), menjadi kunci eksekusi keberhasilan proyek.
Dengan terus berkembangnya permintaan bahan bakar hijau global, inisiatif KPI Cilacap bisa menjadi motor penggerak penting dalam diversifikasi energi nasional. Lebih dari sekadar proyek percontohan, SAF dari minyak jelantah menunjukkan bahwa transformasi energi tak selalu harus dimulai dari bahan baku yang mahal atau proses yang rumit. Sebaliknya, solusi bisa dimulai dari dapur rumah tangga, tempat minyak jelantah biasanya dibuang begitu saja.
Jika keberhasilan ini bisa direplikasi ke kilang-kilang lain di masa depan, maka Indonesia akan selangkah lebih dekat menuju cita-cita sebagai negara yang mandiri energi dan berkelanjutan.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Cara Backup WhatsApp di Android dan iPhone
- 01 Agustus 2025
2.
Daftar iPhone yang Dapat Update iOS 26
- 01 Agustus 2025
3.
Rekomendasi Tablet Samsung Murah Agustus 2025
- 01 Agustus 2025
4.
Harga BBM Agustus: Solar Naik, Bensin Turun
- 01 Agustus 2025
5.
Tarif Listrik Agustus 2025 Masih Stabil, Ini Daftarnya
- 01 Agustus 2025