BMKG Prediksi Gelombang Laut Capai 4 Meter, Nelayan dan Operator Kapal Diminta Waspada
- Rabu, 07 Mei 2025

JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengeluarkan early warning atau peringatan dini gelombang tinggi di sejumlah wilayah perairan Indonesia. Berdasarkan prakiraan yang berlaku selama periode 7–10 Mei 2025, BMKG memprediksi adanya potensi gelombang laut dengan ketinggian mencapai 4 meter akibat angin kencang yang melanda beberapa wilayah, terutama di selatan Indonesia.
BMKG menginformasikan bahwa pola angin di wilayah Indonesia menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara bagian utara dan selatan. Di wilayah utara Indonesia, arah angin dominan berasal dari timur ke selatan dengan kecepatan berkisar antara 4–15 knot. Sementara di wilayah selatan, arah angin bergerak dari timur tenggara menuju selatan dan dapat mencapai kecepatan maksimum hingga 25 knot.
“Kecepatan angin tertinggi terpantau di Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga Nusa Tenggara Timur (NTT),” tulis BMKG dalam pernyataan resminya.
Baca Juga
Wilayah dengan Risiko Gelombang Tinggi
Berdasarkan hasil pemantauan BMKG, terdapat beberapa wilayah perairan domestik yang memiliki potensi tinggi terhadap gelombang besar selama periode tersebut. Gelombang tinggi yang dikategorikan sangat berbahaya (2,5–4 meter) diperkirakan akan terjadi di:
-Samudra Hindia barat Kepulauan Mentawai hingga barat Lampung
-Perairan selatan Banten hingga Jawa Timur
-Laut selatan Bali hingga perairan Nusa Tenggara (NTB dan NTT)
Sementara itu, wilayah yang diperkirakan mengalami gelombang dengan kategori sedang (1,25–2,5 meter) antara lain:
-Samudra Hindia barat Aceh
-Laut Sawu
-Selat Malaka bagian utara
-Samudra Hindia sebelah barat Kepulauan Nias
-Sebagian wilayah Laut Arafuru
Kondisi ini dipengaruhi oleh aktivitas angin kencang di samudra yang mendorong pembentukan gelombang besar, terutama di wilayah selatan Indonesia yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia.
Imbauan BMKG untuk Masyarakat dan Pelaku Transportasi Laut
Dengan potensi cuaca ekstrem laut tersebut, BMKG mengimbau masyarakat pesisir, khususnya pelaku sektor kelautan seperti nelayan dan operator kapal, untuk meningkatkan kewaspadaan dan tidak memaksakan pelayaran saat kondisi tidak aman.
BMKG secara tegas memberikan panduan teknis bagi jenis armada tertentu untuk mengenali batas aman berlayar berdasarkan kondisi cuaca laut saat ini. Dalam keterangan BMKG disebutkan bahwa:
-Nelayan dengan perahu kecil diminta mewaspadai jika angin melaju lebih dari 15 knot dan gelombang laut di atas 1,25 meter.
-Kapal tongkang perlu berhati-hati terhadap angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang melebihi 1,5 meter.
-Kapal ferry disarankan menghindari pelayaran saat angin melampaui 21 knot dan tinggi gelombang mencapai 2,5 meter.
-Kapal besar seperti kargo dan kapal pesiar wajib menunda aktivitas saat angin menembus 27 knot dan gelombang laut mencapai 4 meter.
“Kami mengimbau masyarakat, khususnya pelaku kegiatan di sektor maritim, untuk memperhatikan informasi cuaca dari BMKG sebagai bahan pertimbangan utama sebelum melaut,” ujar Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo.
Menurut Eko, peringatan dini ini sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan laut yang berpotensi merugikan jiwa dan materi. BMKG juga secara aktif memperbaharui informasi kondisi gelombang melalui situs resmi dan aplikasi digital milik instansi tersebut.
Ancaman Terhadap Keselamatan Pelayaran dan Perikanan
Kondisi laut yang tidak bersahabat ini dikhawatirkan akan berdampak langsung terhadap aktivitas pelayaran, baik komersial maupun non-komersial. Selain itu, sektor perikanan tradisional juga menjadi salah satu yang paling rentan terdampak akibat pembatasan aktivitas melaut.
Sejumlah asosiasi nelayan lokal telah memberikan respons terhadap imbauan BMKG dengan menunda keberangkatan mereka hingga kondisi laut kembali kondusif. Pemerintah daerah pun diminta untuk berkoordinasi dengan BMKG dan instansi pelayaran guna memastikan keselamatan masyarakat pesisir.
Kementerian Perhubungan juga telah menginstruksikan operator pelabuhan untuk menyesuaikan jadwal keberangkatan kapal jika terjadi peningkatan gelombang laut, demi menghindari potensi kecelakaan laut.
“Keselamatan adalah prioritas utama. Informasi BMKG sangat penting sebagai rujukan operasional di pelabuhan,” kata Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Capt. Antonius Wahyu.
Dampak Lanjutan dari Perubahan Cuaca Ekstrem
BMKG menambahkan bahwa fenomena cuaca ekstrem seperti ini merupakan bagian dari dinamika iklim regional yang bisa dipengaruhi oleh kondisi global, termasuk perubahan iklim. Kejadian seperti angin kencang dan gelombang tinggi juga kerap terjadi pada transisi musim atau saat puncak musim kemarau.
Selain risiko terhadap pelayaran, gelombang tinggi juga berpotensi menimbulkan erosi pantai, banjir rob di kawasan pesisir, dan gangguan aktivitas pelabuhan. Oleh karena itu, kesiapsiagaan dari seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan untuk menghadapi kemungkinan terburuk.
BMKG menyarankan masyarakat untuk terus memantau perkembangan informasi cuaca melalui kanal resmi seperti:
-Situs web: https://maritim.bmkg.go.id
-Aplikasi mobile: InfoBMKG
-Akun media sosial resmi BMKG
Peringatan dini dari BMKG terkait potensi gelombang tinggi hingga 4 meter di sejumlah wilayah perairan Indonesia menjadi alarm penting bagi seluruh pemangku kepentingan di sektor maritim. Angin kencang yang terjadi di Samudra Hindia selatan NTB hingga NTT menjadi pemicu utama fenomena ini. Nelayan, operator kapal, dan masyarakat pesisir diminta meningkatkan kewaspadaan dan tidak mengabaikan peringatan cuaca demi keselamatan bersama.
“Kami berharap masyarakat bisa lebih bijak dalam menyikapi informasi cuaca dan memprioritaskan keselamatan saat beraktivitas di laut,” tutup Eko Prasetyo dari BMKG.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.