Industri Logistik Waspadai Kenaikan Biaya Hingga Dua Kali Lipat

Industri Logistik Waspadai Kenaikan Biaya Hingga Dua Kali Lipat
Industri Logistik Waspadai Kenaikan Biaya Hingga Dua Kali Lipat

JAKARTA — Industri logistik nasional menghadapi ancaman serius dari eskalasi konflik geopolitik antara Iran dan Israel. Jika ketegangan di kawasan tersebut terus berlanjut, biaya logistik berpotensi melonjak hingga 200 persen, terutama akibat kenaikan harga minyak mentah global.

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Trismawan Sanjaya, dalam diskusi “Investor Market Today” pada Rabu, 25 Juni 2025. Ia menegaskan bahwa ketidakpastian geopolitik tersebut telah dan akan terus berdampak signifikan terhadap rantai pasok global, terutama sektor logistik yang sangat bergantung pada stabilitas harga bahan bakar.

“Kalau mencapai titik tertinggi dari suplai harga minyak mentah yang naik, ini pastinya akan berdampak terhadap keseluruhan distribusi komoditas dunia,” ujar Trismawan.

Baca Juga

Harga Minyak Mentah Naik 0,2 Persen Didukung Penurunan Stok AS

Potensi Lonjakan Harga Minyak Global

Konflik Iran-Israel telah memicu kekhawatiran pelaku pasar terhadap potensi penutupan Selat Hormuz dan gangguan pengiriman minyak melalui Teluk Oman. Kedua jalur ini merupakan jalur distribusi utama bagi minyak mentah dunia. Ketegangan di wilayah tersebut menyebabkan spekulasi terhadap potensi lonjakan harga minyak mentah.

Trismawan menjelaskan, di bawah kondisi normal, harga minyak mentah dunia berkisar di angka US$ 68–69 per barel. Namun, dalam skenario konflik yang memburuk, harga bisa melonjak hingga US$ 90–100 per barel, bahkan lebih. Sebagai gambaran, harga minyak Brent sempat menembus US$ 77 per barel usai konflik pecah, sebelum turun kembali setelah muncul kabar gencatan senjata.

Dampak Langsung pada Ongkos Logistik

Dampak dari naiknya harga minyak mentah akan langsung dirasakan oleh industri logistik, terutama moda angkutan laut dan darat yang masih mengandalkan bahan bakar berbasis fosil. Trismawan mengungkapkan, kenaikan harga BBM akan mendorong biaya operasional pengangkutan hingga mencapai kenaikan ongkos logistik antara 150–200 persen.

“Karena kenaikan ini dipengaruhi selain karena biaya bahan bakar, para pengusaha logistik juga harus memetakan ulang terhadap rute pelayaran, yang tentunya berdampak atas konsumsi nasional yang membutuhkan bahan baku dari dunia internasional,” katanya.

Selain itu, dalam kondisi konflik berkepanjangan, operator logistik harus menyusun ulang strategi rute pelayaran, terutama jika kawasan Timur Tengah menjadi wilayah berisiko tinggi. Pengalihan rute bisa menambah waktu tempuh dan konsumsi bahan bakar, sehingga memperbesar beban biaya.

Ketergantungan pada BBM Fosil Masih Tinggi

Trismawan mengakui bahwa mayoritas moda transportasi logistik di Indonesia, terutama angkutan laut dan darat, masih sangat bergantung pada energi fosil. Dalam situasi seperti ini, ketika harga BBM naik, maka beban logistik akan langsung terdampak.

Belum optimalnya diversifikasi energi dalam sektor transportasi menjadi tantangan tersendiri. Trismawan menyebutkan bahwa transisi menuju energi bersih dan efisien masih berjalan lambat, sementara kebutuhan logistik terus meningkat untuk mendukung aktivitas perdagangan dan industri.

Risiko Terhadap Rantai Pasok Nasional

Lonjakan biaya logistik tidak hanya berdampak pada operator logistik, namun akan merambat ke harga barang konsumsi dan bahan baku industri. Imbasnya adalah kenaikan harga-harga kebutuhan pokok serta penurunan daya saing produk dalam negeri di pasar global.

“Ketika ongkos logistik naik drastis, tentu akan ada penyesuaian di level harga barang yang pada akhirnya membebani konsumen,” jelas Trismawan.

Lebih lanjut, sektor industri yang sangat tergantung pada bahan baku impor seperti manufaktur, otomotif, dan kimia juga akan terkena dampak dari kenaikan ongkos pengiriman. Bahkan, beberapa sektor bisa mengalami stagnasi produksi jika biaya logistik tak tertangani.

Proyeksi dan Mitigasi Jangka Pendek

Meskipun harga minyak sempat mereda usai kesepakatan gencatan senjata, pelaku industri logistik tetap harus menyusun strategi mitigasi terhadap kemungkinan terburuk. Trismawan menyarankan agar pemerintah dan pelaku usaha:

Mengintensifkan koordinasi lintas sektor untuk merespons dinamika global secara cepat.

Mendorong penggunaan moda transportasi yang lebih efisien dan hemat energi.

Mempercepat program transisi energi, termasuk penerapan bahan bakar alternatif di sektor logistik.

Membuka akses pelabuhan dan jalur distribusi baru guna mengantisipasi perubahan rute akibat geopolitik.

Memberikan insentif sementara seperti subsidi BBM untuk sektor logistik terdampak, agar tidak terjadi stagnasi pasokan nasional.

Industri Logistik Perlu Transformasi Energi

Konflik di Timur Tengah menjadi pengingat akan kerentanan industri logistik Indonesia terhadap fluktuasi harga energi global. Menurut Trismawan, ini adalah saat yang tepat untuk mendorong transformasi energi di sektor transportasi logistik, mulai dari:

Penggunaan kendaraan listrik untuk distribusi darat jarak pendek.

Penelitian dan pengembangan bahan bakar non-fosil seperti biofuel untuk kapal laut.

Penerapan digitalisasi rute dan armada guna meningkatkan efisiensi konsumsi energi.

“Perubahan tidak bisa dilakukan dalam semalam. Tapi jika tidak dimulai sekarang, industri logistik akan terus jadi korban dari gejolak harga energi,” pungkas Trismawan.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Proyeksi Harga Batu Bara Hari Ini: Peluang Koreksi dan Target Level Kunci

Proyeksi Harga Batu Bara Hari Ini: Peluang Koreksi dan Target Level Kunci

5 Rumah Murah Rp 200 Jutaan di Manokwari Selatan, Papua Barat

5 Rumah Murah Rp 200 Jutaan di Manokwari Selatan, Papua Barat

PLN Berhasil Bangun Ketahanan Energi Nasional dengan Layanan Listrik Andalan

PLN Berhasil Bangun Ketahanan Energi Nasional dengan Layanan Listrik Andalan

PGN Perkuat Keberlanjutan Pemanfaatan Gas Bumi untuk Industri Nasional

PGN Perkuat Keberlanjutan Pemanfaatan Gas Bumi untuk Industri Nasional

Astra Percepat Transformasi Energi Terbarukan di Semua Operasional

Astra Percepat Transformasi Energi Terbarukan di Semua Operasional