
JAKARTA - Di tengah persaingan ketat di dunia kerja, profesi barber semakin diminati generasi muda sebagai sarana untuk mandiri secara finansial sekaligus membuka peluang kerja baru bagi banyak orang. Industri barber bukan lagi sekadar soal menata gaya rambut, melainkan telah berkembang menjadi sektor yang berkontribusi besar terhadap pengurangan angka pengangguran, terutama di kalangan anak muda yang ingin segera memiliki penghasilan.
Salah satu tokoh yang melihat langsung potensi besar di industri ini adalah Sakti Nasution, Master Coach Sekolah Barber Indonesia.Sakti menegaskan bahwa barber bukan hanya profesi sederhana, tetapi sektor ekonomi yang kuat dan sangat terbuka untuk memberdayakan siapa saja yang mau belajar dan bekerja keras.
“Kalau saya lihat, untuk faktor ekonominya sangat kuat. Di mana-mana ada barber. Ini sangat membantu mengurai pengangguran,” ujar Sakti dalam kesempatan tersebut. Menurutnya, keberadaan barber yang tersebar di berbagai wilayah membuktikan profesi ini memiliki pasar luas dan kebutuhan yang terus ada, sehingga dapat menjadi salah satu solusi mengatasi keterbatasan lapangan pekerjaan formal.
Baca JugaAtletico Madrid Kerap Gaet Pemain Serie A, Ini 5 Rekrutan Terakhir
Sakti juga menekankan pentingnya niat dan nilai berbagi dalam menekuni profesi barber. Baginya, profesi ini bukan hanya soal keuntungan, tetapi juga membawa keberkahan ketika dijalani dengan tujuan yang baik. “Saya selalu bilang ke alumni, kalau kebaikanmu melapangkan rezekimu, maka teruslah berbuat baik. Kalau dilakukan dengan niat yang benar, insya Allah hasilnya pun akan berkah,” jelas Sakti.
Ia mencontohkan bagaimana komunitas Alumni Barber Indonesia memainkan peran penting dalam menjaga semangat dan perkembangan karier para lulusan. Sakti mengungkapkan bahwa alumni di berbagai daerah tetap mendapatkan dukungan moril dan arahan, termasuk yang berada di Kutacane. Para alumni ini secara aktif menjalin komunikasi untuk berkonsultasi sebelum mengambil keputusan bisnis, sebagai bentuk komitmen menjaga kualitas dan keberlangsungan usaha.
“Mereka tetap konsultasi ke kita sebelum ambil keputusan. Itu bentuk sokongan yang kita berikan, agar mereka tetap berkembang,” kata Sakti, menegaskan pentingnya pendampingan dalam membangun kepercayaan diri dan profesionalisme alumni di lapangan.
Keberadaan komunitas ini, lanjut Sakti, diharapkan mampu memperkuat jejaring sosial antarlulusan sehingga tidak hanya berhenti pada keterampilan teknis, tetapi juga mengedepankan rasa kebersamaan dan saling mendukung dalam mengatasi berbagai tantangan bisnis. Menurutnya, tujuan besar Sekolah Barber Indonesia bukan hanya menghasilkan barber yang mahir, melainkan juga pribadi yang mandiri, berdaya, dan bermanfaat bagi lingkungan.
“Harapannya, alumni mampu mandiri secara ekonomi, serta memberi manfaat bagi lingkungannya di manapun mereka berada,” tutup Sakti.
Fenomena semakin banyaknya anak muda yang terjun ke dunia barber membuktikan bahwa sektor ini menjadi salah satu jalur alternatif untuk meraih kemandirian finansial tanpa harus menunggu kesempatan kerja formal. Selain itu, tingginya permintaan akan jasa barber di hampir semua lapisan masyarakat membuat profesi ini relatif stabil, bahkan cenderung tumbuh di tengah tren perawatan diri yang semakin meningkat.
Di banyak kota besar maupun daerah, barber kini bukan hanya melayani potong rambut, tetapi juga merambah layanan grooming, styling, hingga edukasi terkait perawatan diri. Hal ini membuka ruang lebih luas bagi inovasi dan diversifikasi usaha, sehingga para barber bisa menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar yang terus berkembang.
Barber pun dinilai memiliki peluang besar untuk naik kelas, tidak hanya sebatas usaha mikro, tetapi bisa menjadi bisnis skala kecil hingga menengah dengan membuka cabang atau merekrut tenaga kerja baru. Kondisi ini menjadikan barber sebagai profesi yang tidak hanya menjanjikan untuk diri sendiri, tetapi juga berdampak positif bagi penyerapan tenaga kerja di sekitarnya.
Dari sisi sosial, perkembangan industri barber membawa harapan baru bagi masyarakat yang selama ini kesulitan mengakses pekerjaan layak. Sekolah Barber Indonesia, melalui program pendidikannya, turut berperan menyiapkan generasi muda dengan keahlian yang aplikatif dan langsung bisa digunakan untuk membuka usaha mandiri. Dengan biaya pendidikan yang relatif terjangkau dibandingkan sekolah kejuruan lainnya, profesi barber menjadi lebih inklusif bagi siapa saja yang ingin segera bekerja.
Sakti Nasution mengungkapkan, dalam mendidik siswa, pihaknya selalu menanamkan nilai kejujuran, kedisiplinan, dan pelayanan yang ramah, karena aspek ini menjadi kunci keberhasilan barber mempertahankan pelanggan. Menurutnya, kepuasan pelanggan adalah fondasi utama yang akan memperluas jaringan usaha, terutama di era media sosial saat ini, di mana ulasan positif bisa mendatangkan pelanggan baru dengan cepat.
Keberhasilan alumni yang berhasil membuka usaha sendiri di berbagai daerah, termasuk di Kutacane, semakin membuktikan bahwa industri barber bukan hanya sekadar tren, melainkan benar-benar menjadi salah satu solusi pengurangan pengangguran yang konkret dan berkelanjutan. Dengan dukungan komunitas yang solid, pendidikan yang terarah, serta semangat untuk terus belajar, profesi barber berpotensi besar menjadi motor penggerak kemandirian ekonomi generasi muda di Indonesia.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Pendidikan Anak Usia Dini Jadi Kunci Sukses Program Wajib Belajar 13 Tahun
- Jumat, 04 Juli 2025
Terpopuler
1.
2.
3.
OPPO A5x: Baterai Jumbo, Desain Tangguh
- 04 Juli 2025
4.
Xiaomi Luncurkan Redmi Pad 2 untuk Edukasi
- 04 Juli 2025
5.
BMKG Peringatkan Aceh Soal Potensi Hujan Lebat
- 04 Juli 2025