
JAKARTA - Upaya memperkuat ketahanan pangan nasional kembali didorong pemerintah melalui rehabilitasi besar-besaran jaringan irigasi di Provinsi Aceh dan Riau. PT Hutama Karya (Persero) resmi ditunjuk untuk menangani proyek strategis ini setelah meneken kontrak pada Rabu, 25 Juni 2025, yang menjadi salah satu langkah penting mendukung program swasembada pangan nasional sesuai visi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Berbeda dengan proyek infrastruktur transportasi yang kerap digarap Hutama Karya, kali ini perusahaan BUMN konstruksi itu dipercaya untuk fokus mengoptimalkan sektor pertanian. Proyek rehabilitasi irigasi ini merupakan bagian dari Program Optimasi Lahan (Oplah) Kementerian Pertanian. Pendanaan seluruhnya berasal dari APBN 2025, dan proyek dijadwalkan dimobilisasi pada minggu pertama Juli 2025 dengan target rampung Oktober 2025.
EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim, menegaskan pentingnya proyek ini untuk membantu para petani meningkatkan intensitas tanam yang berdampak langsung pada produktivitas pangan.
Baca Juga
“Melalui rehabilitasi jaringan irigasi ini, Hutama Karya berkomitmen mendukung program pemerintah untuk mewujudkan swasembada pangan tahun 2025. Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan intensitas tanam dari satu kali menjadi dua kali dalam setahun,” ujar Adjib.
Adjib menjelaskan, rehabilitasi akan mencakup perbaikan saluran irigasi primer, sekunder, hingga tersier, termasuk perbaikan dan penggantian pintu air rusak yang menjadi jalur utama distribusi air ke lahan pertanian. Ruang lingkup proyek juga meliputi perencanaan desain detail, normalisasi saluran, rehabilitasi struktur bangunan, dan penggantian pintu air di wilayah Aceh.
Di Aceh sendiri, proyek akan menyasar 11 kabupaten/kota. Infrastruktur yang diperbaiki diharapkan mampu meningkatkan keandalan pasokan air, sehingga petani bisa memanfaatkan lahan mereka secara optimal.
Selain di Aceh, proyek rehabilitasi jaringan irigasi ini juga berjalan di Provinsi Riau. Secara keseluruhan, proyek akan memberi dampak langsung kepada sekitar 150 kelompok tani yang tersebar di 150 desa pada kedua provinsi.
Adjib memaparkan, peningkatan pasokan air ke lahan sawah akan membuka peluang para petani menaikkan indeks pertanaman hingga IP2, yakni bisa menanam dua kali setahun. Jika kondisi ini tercapai, potensi peningkatan produksi beras dan komoditas pangan lainnya di Aceh dan Riau akan signifikan, sejalan dengan misi pemerintah mengurangi ketergantungan impor pangan.
Untuk memastikan kualitas dan efisiensi pekerjaan, Hutama Karya akan memanfaatkan teknologi konstruksi digital. Di Aceh, perusahaan akan menggunakan teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging) untuk pemetaan area irigasi secara presisi, sementara di Riau akan mengoperasikan drone guna mendukung survei lapangan dan mempercepat penyusunan desain konstruksi.
“Teknologi ini akan membantu kami memastikan akurasi data lapangan sehingga rehabilitasi saluran irigasi berjalan efektif dan tepat waktu,” jelas Adjib.
Pentingnya proyek ini juga tercermin dari arahan Presiden Prabowo Subianto yang menegaskan bahwa kemandirian pangan tidak hanya berkaitan dengan ekonomi, tetapi juga menyangkut kedaulatan bangsa.
“Kita tidak boleh bergantung pada sumber pangan dari luar. Masalah pangan adalah soal kedaulatan, kemerdekaan, dan keberlangsungan bangsa,” tegas Presiden Prabowo, seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Sekretariat Negara (setneg.go.id).
Sejalan dengan itu, proyek rehabilitasi jaringan irigasi ini menjadi investasi strategis untuk menyiapkan fondasi ketahanan pangan jangka panjang, terutama di daerah yang menjadi lumbung pangan seperti Aceh.
Selain mendukung produktivitas lahan, proyek rehabilitasi ini juga memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat lokal. Hutama Karya berencana menyerap tenaga kerja dari warga sekitar lokasi proyek, yang akan membuka lapangan kerja sementara sekaligus mendongkrak roda perekonomian desa.
Proses pelaksanaan konstruksi pun akan dirancang adaptif agar tidak mengganggu aktivitas pertanian masyarakat. Hutama Karya akan berkoordinasi secara intensif dengan kelompok tani, pemerintah desa, serta para pemangku kepentingan lainnya. Langkah ini ditempuh agar jadwal pekerjaan tidak bentrok dengan musim tanam dan panen, sehingga petani tetap dapat beraktivitas seperti biasa tanpa hambatan berarti.
“Rehabilitasi jaringan irigasi ini merupakan investasi strategis untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Dengan meningkatnya produktivitas lahan di Aceh dan Riau, kami optimistis proyek ini akan memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian swasembada pangan 2025,” pungkas Adjib Al Hakim.
Sebagai informasi, proyek ini juga selaras dengan komitmen pemerintah dalam Asta Cita poin kedua, yaitu memperkuat ketahanan pangan nasional yang menjadi prioritas di masa pemerintahan Presiden Prabowo. Dengan optimasi infrastruktur irigasi, pemerintah berharap distribusi air ke lahan pertanian lebih merata dan dapat mengurangi risiko gagal panen akibat kekeringan.
Melalui proyek ini, sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan BUMN, dan masyarakat diharapkan mampu menciptakan ekosistem pertanian yang lebih modern dan produktif, serta mendukung terwujudnya swasembada pangan yang berkelanjutan di Indonesia.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
3.
OPPO A5x: Baterai Jumbo, Desain Tangguh
- 04 Juli 2025
4.
Xiaomi Luncurkan Redmi Pad 2 untuk Edukasi
- 04 Juli 2025
5.
BMKG Peringatkan Aceh Soal Potensi Hujan Lebat
- 04 Juli 2025