Indonesia, sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia, menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energi yang meningkat. Ketergantungan pada bahan bakar fosil yang tinggi tidak hanya memperparah gas emisi rumah kaca, tetapi juga membuat ekonomi nasional terpengaruh oleh fluktuasi harga minyak global. Dalam konteks ini, transisi menuju sumber energi bersih dan berkelanjutan menjadi urgensi yang tak terelakkan. Dosen Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Unsoed, Ropiudin,STP., MSi., menyebutkan biohidrogen sebagai salah satu solusi potensial dalam menangani krisis energi yang ramah lingkungan ini.
Biohidrogen: Alternatif Energi yang Ramah Lingkungan
Biohidrogen merupakan bahan bakar alternatif yang menjajikan karena kemampuannya untuk dibakar tanpa menghasilkan emisi karbon—salah satu penyumbang utama pemanasan global. “Pemanfaatan biohidrogen secara luas dapat membantu Indonesia mempercepat transisi menuju sistem energi yang lebih hijau dan berkelanjutan,” ujar Ropi, yang akrab disapa Ropi. Potensi Indonesia untuk memanfaatkan biohidrogen sangat besar, terutama mengingat banyaknya limbah cair yang dihasilkan dari sektor pertanian.
Dengan densitas energi yang tinggi, biohidrogen jauh lebih efisien untuk aplikasi dengan kebutuhan energi tinggi dibandingkan bahan bakar konvensional. “Hal ini memberikan peluang besar untuk mendukung pengembangan sektor transportasi ramah lingkungan dan sistem kelistrikan berbasis energi hijau di Indonesia,” tambah Ropi. Selain sektor transportasi, biohidrogen juga memiliki aplikasi yang luas dalam sektor industri maupun domestik, mendukung diversifikasi energi dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar impor.
Pemanfaatan Limbah Cair untuk Produksi Biohidrogen
Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam memanfaatkan limbah cair yang dihasilkan dari berbagai aktivitas industri dan domestik sebagai bahan baku biohidrogen. Industri kelapa sawit, pati singkong, pabrik gula, dan pengolahan makanan setiap harinya menghasilkan limbah cair kaya bahan organik. “Dengan teknologi yang tepat, limbah cair dari industri-industri besar ini dapat menjadi sumber biohidrogen yang signifikan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional, sekaligus mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah cair pertanian,” jelas Ropi.
Proses produksi biohidrogen dari limbah melibatkan metode-metode inovatif seperti fermentasi gelap, fotofementasi, dan teknologi sel elektrolisis mikroba. Semua ini memanfaatkan mikroorganisme untuk mengonversi bahan organik dalam limbah menjadi hidrogen. Limbah domestik dan urban juga memiliki potensi untuk dimanfaatkan, terutama dengan meningkatnya urbanisasi yang diiringi pertumbuhan volume limbah cair.
Manfaat Ganda dalam Pengolahan Limbah dan Produksi Energi
Tidak hanya menghasilkan energi terbarukan, pemanfaatan limbah cair pertanian untuk biohidrogen memberikan solusi dalam menangani pencemaran lingkungan. Limbah cair sering menimbulkan permasalahan ekosistem dan risiko kesehatan. Dengan teknologi biohidrogen, pengolahan limbah cair tidak hanya mengatasi masalah pencemaran, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Ropi memberikan contoh, limbah cair dari industri kelapa sawit yang biasanya merupakan salah satu penyumbang pencemaran terbesar dapat diolah menjadi biohidrogen. “Pendekatan ini menunjukkan bagaimana pemanfaatan limbah cair tidak hanya memberikan solusi lingkungan, tetapi juga mendukung kemandirian energi nasional,” ungkap Ropi. Energi yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan operasional industri atau dijual sebagai produk bernilai tambah, yang menjadi peluang ekonomi tambahan.
Menuju Hilirisasi Biohidrogen di Indonesia
Mengoptimalkan potensi biohidrogen memerlukan langkah-langkah strategis termasuk investasi dalam teknologi, pengembangan infrastruktur, dan penyelarasan kebijakan. Ropi menerangkan beberapa solusi hilirisasi seperti peningkatan teknologi produksi dan pemurnian biohidrogen, pengintegrasian fasilitas produksi dengan kawasan industri strategis, dan pengembangan pasar hilir biohidrogen.
“Pemerintah dapat memberikan insentif untuk mendorong investasi, sementara sektor swasta berperan dalam penyediaan teknologi dan modal,” kata Ropi. Hal tersebut penting terutama dalam model ekonomi sirkular di mana limbah cair dapat diolah menjadi biohidrogen untuk dijual sebagai produk bernilai tambah.
Dibutuhkan Dukungan Publik dan Kesadaran Masyarakat
Dukungan publik adalah kunci keberhasilan hilirisasi biohidrogen, dan kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan melalui kampanye edukasi yang menyoroti manfaat energi bersih dari biohidrogen. “Dengan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan limbah cair dan produksi biohidrogen, penerimaan dan keberlanjutan proyek dapat dioptimalkan,” tutur Ropi.
Mengintegrasikan biohidrogen dalam strategi transisi energi nasional Indonesia akan memberikan dampak jangka panjang pada ekonomi, lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat. “Sudah saatnya Indonesia tidak hanya melihat limbah sebagai masalah, tetapi juga sebagai peluang emas untuk menciptakan energi bersih yang mendukung keberlanjutan. Semoga inovasi ini dapat menjadi salah satu tonggak transformasi energi menuju masa depan yang lebih hijau menuju Indonesia Emas 2045,” tutup Ropi.