JAKARTA - Mengawali tahun 2025, perhatian investor global tertuju pada pasar saham Indonesia, dengan fokus utama pada sektor energi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup pekan pertama Januari dengan sedikit kenaikan, menguat 0,02% ke level 7.164,42 pada perdagangan Jumat, 5 Januari 2025. Meskipun kenaikan ini terbilang marginal, aktivitas perdagangan menunjukkan tren positif dari investor asing yang mulai aktif memborong saham, khususnya di sektor energi.
Pada sesi perdagangan hari Jumat, terlihat pergerakan signifikan dari investor asing dengan total penjualan bersih mencapai Rp571,33 miliar di seluruh pasar, terdiri dari Rp479,40 miliar di pasar reguler dan Rp91,93 miliar di pasar negosiasi dan tunai. Meski demikian, data dari Stockbit menunjukkan konsistensi pembelian pada sejumlah saham yang menjadi unggulan, yang sebagian besar terkonsentrasi pada sektor energi.
Beberapa saham yang ramai diakuisisi investor asing pada perdagangan hari itu antara lain PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan pembelian senilai Rp46,81 miliar dan PT United Tractors Tbk. (UNTR) sebesar Rp34,76 miliar. Perusahaan lain yang juga mengalami lonjakan pembelian oleh asing termasuk PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN), dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO).
Analis pasar, Budi Santoso, menyatakan optimismenya terhadap tren positif ini dengan menekankan pentingnya aliran modal asing bagi stabilitas perekonomian Indonesia. "Kami melihat lonjakan minat investor asing pada saham sektor energi sebagai indikasi kepercayaan terhadap potensi pertumbuhan sektor ini di Indonesia. Ini merupakan sinyal positif bagi pasar modal kita di awal tahun," ujar Budi.
Saham-saham yang tercatat mendulang kenaikan dari sisi pembelian asing diantaranya PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) dengan pembelian sebesar Rp11,29 miliar dan PT Maharaksa Biru Energi Tbk. (OASA) yang menarik perhatian dengan angka pembelian Rp9,86 miliar. Ini menandakan bahwa sektor energi terbarukan juga mendapatkan sorotan, seiring meningkatnya fokus global terhadap sustainability dan energi ramah lingkungan.
"Dominasi pembelian oleh investor asing menyoroti betapa pentingnya sektor energi dalam transisi menuju era baru yang lebih berkelanjutan dan rendah karbon," tambah Nina Putri, seorang ekonom energi yang aktif memantau perkembangan pasar modal. Dia juga menekankan bahwa transisi ini tidak hanya menggairahkan bagi investor tetapi juga krusial bagi strategi energi jangka panjang Indonesia.
Selain sektor energi, sektor konsumen juga mencuri perhatian dengan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) mencatat pembelian asing sebesar Rp14,29 miliar. Ini mengindikasikan daya tarik sektor konsumen dalam jangka panjang di tengah pemulihan ekonomi pasca-pandemi.
Sementara itu, PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) masing-masing mendapatkan pembelian asing sebesar Rp7,81 miliar dan Rp9,35 miliar. Keberhasilan ini mempertegas dominasi dan daya tarik sektor energi bagi para investor yang melihat potensi pertumbuhan sejalan dengan kenaikan permintaan energi dan kebutuhan atas material baterai di masa mendatang.
Akhir pekan pertama tahun ini menunjukkan bahwa investor asing memiliki strategi pembelian yang terfokus dan terukur, menunjukkan keyakinan mereka terhadap pasar Indonesia, terutama di sektor energi. Dengan alokasi investasi yang lebih besar pada perusahaan-perusahaan ini, diharapkan akan terjadi percepatan pertumbuhan di sektor tersebut, sekaligus berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Permintaan tinggi pada saham sektor energi mungkin juga berkaitan dengan prospek positif harga komoditas, di mana energi menjadi bagian integral dari perekonomian dunia. "Ketergantungan global yang tinggi terhadap sektor energi membuat saham di sektor ini lebih resilien terhadap volatilitas pasar," jelas Susi Indriani, analis pasar saham terkemuka.
Secara keseluruhan, tren pembelian saham oleh investor asing di awal tahun 2025 ini menandakan optimisme baru dan potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih besar bagi Indonesia. Perkembangan ini diharapkan membawa dampak positif tidak hanya bagi pasar modal, tetapi juga bagi sektor industri terkait yang bisa mendapatkan keuntungan dari aliran modal masuk yang lebih besar.
Di tengah ketidakpastian global, langkah ini mungkin bisa menjadi katalis bagi penguatan lebih lanjut IHSG, mendorong lebih banyak investasi dan menjadikan pasar saham Indonesia lebih kompetitif di kancah internasional. Dengan demikian, penguatan sektor-sektor ini dapat menjadi kunci bagi kebangkitan ekonomi Indonesia di tahun-tahun mendatang.