JAKARTA - Banjir yang melanda Perumahan Maharta, Pondok Kacang, Tangerang Selatan, kembali menguji kesabaran warga pada Minggu sore, 6 April 2025. Dalam hitungan menit setelah hujan deras mengguyur, air dengan cepat naik hingga mencapai ketinggian 130 sentimeter, merendam rumah, warung, dan menyisakan lumpur serta sampah di sekitarnya. Bagi warga Maharta, kejadian ini bukanlah hal yang langka, melainkan sebuah rutinitas yang mereka hadapi setiap kali hujan deras mengguyur. Banjir yang datang silih berganti ini telah mencuri kenyamanan hidup mereka, menjadikan perumahan ini sebagai daerah langganan banjir yang seolah tiada habisnya.
Pada Senin pagi, 7 April 2025, tepatnya pukul 03.00 WIB, meskipun air telah surut, warga masih sibuk membersihkan sisa-sisa banjir yang merendam rumah mereka. Bagi mereka, banjir bukan lagi kejadian tahunan, melainkan sebuah bencana yang hampir terjadi setiap bulan. Bahkan, kebanyakan warga merasa seolah tak ada kesempatan untuk bernapas setelah menata rumah mereka pasca banjir sebelumnya.
Banjir Berulang dan Penyebab Utama: Aliran Air Tersumbat
Bambang (50), seorang warga yang telah lama tinggal di Perumahan Maharta dan pemilik warung pecel lele, mengungkapkan rasa kekesalan yang mendalam. “Kalau boleh nangis, saya sudah nangis batin. Setiap hujan, kami panik,” ujar Bambang dengan suara lirih. Ia menjelaskan bahwa banjir yang kerap terjadi dalam beberapa waktu terakhir telah mencuri ketenangan hidupnya dan warga lainnya. “Ini sudah tiga kali dalam satu bulan, sejak Maret hingga awal April 2025. Kalau dulu, kali-nya lancar-lancar saja, tapi sekarang tersumbat karena jembatan baru yang dibangun terlalu tinggi dan menyempitkan aliran air,” jelas Bambang.
Bambang mengungkapkan bahwa sebelumnya kali di daerah Maharta memiliki aliran yang cukup baik, namun setelah pembangunan jembatan baru dengan ketinggian yang lebih tinggi, air tidak lagi mengalir dengan lancar. “Dulu, air mengalir dengan mudah, tetapi setelah jembatan itu dinaikkan, airnya jadi mengumpul, membuat aliran kali jadi kecil dan tidak bisa menampung air yang datang,” tambah Bambang. Selain itu, menurutnya, pompa air yang rusak dan kapasitas yang terbatas semakin memperburuk keadaan. “Pompa sering rusak, jadi kami membutuhkan lebih banyak pompa dan juga pengerukan kali untuk mengatasi masalah ini,” kata Bambang.
Dampak Banjir yang Menghancurkan Properti Warga
Samratuti (60), yang sudah 30 tahun tinggal di Maharta, juga tidak luput dari dampak banjir tersebut. Pada saat hujan deras datang, ia baru saja tiba di rumah, namun air sudah mulai merayap masuk ke dalam rumah. “Saya cuma sempat selamatkan bantal dan sepatu. Kulkas, sofa, beras semua kerendam. Televisi untungnya nyantol di dinding,” ujar Samratuti dengan suara pelan, menggambarkan bagaimana barang-barang pentingnya terendam air dalam sekejap.
Samratuti menggambarkan situasi banjir di Maharta sebagai sebuah kondisi yang semakin parah setiap tahunnya, terutama dalam lima tahun terakhir. "Maharta sekarang seperti wajan besar, menampung air tanpa bisa mengalirkannya keluar. Jembatan yang ditinggikan membuat kami yang terendam," ungkapnya. Ia menambahkan bahwa upaya pengurasan air yang dilakukan dengan pompa kecil sangat tidak efektif. “Pompa yang ada hanya dua, sedangkan area banjirnya sangat luas, sekitar dua kilometer panjangnya,” lanjut Samratuti.
Kesulitan Warga dan Harapan untuk Solusi Jangka Panjang
Setelah berkali-kali mengandalkan janji-janji yang tidak kunjung direalisasikan, warga Maharta mulai berinisiatif untuk mencari solusi sendiri. “Kami sudah capek dengan janji-janji yang tidak pernah ditepati. Kalau perlu, kami akan membeli pompa portable secara patungan. Ini sudah terlalu sering,” tegas Samratuti. Meski demikian, warga tetap berharap agar pemerintah turun tangan dengan serius untuk menyelesaikan masalah ini.
Warga setempat meminta kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk segera melakukan normalisasi kali dan memperbaiki sistem pompa yang ada. “Kami berharap pemerintah bisa segera melakukan normalisasi kali untuk jangka panjang. Sedangkan untuk jangka pendek, kami butuh bantuan pompa darurat yang bisa mengatasi banjir dengan cepat,” kata Samratuti. Ia menekankan bahwa pompa yang ada saat ini terlalu kecil dan tidak mampu bekerja optimal mengeringkan air dari area yang terkena banjir.
Pentingnya Tindakan Pemerintah untuk Mengatasi Banjir
Sementara itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air Tangerang Selatan, Agus Salim, memberikan tanggapan terkait masalah banjir yang melanda Perumahan Maharta. "Kami akan segera meninjau lokasi dan mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah ini. Normalisasi kali dan perbaikan sistem drainase memang perlu segera dilakukan agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi," ujar Agus Salim dalam keterangannya. Ia juga menambahkan bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan instansi terkait untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem pompa yang ada.
Meski demikian, warga mengingatkan bahwa solusi jangka panjang sangat diperlukan. Normalisasi kali, penataan ulang drainase, dan pemasangan pompa darurat yang lebih efisien menjadi langkah yang harus segera diambil untuk memastikan perumahan Maharta tidak terus-menerus menjadi langganan banjir.
Banjir yang berulang kali terjadi di Perumahan Maharta menjadi cermin dari perlunya perhatian lebih dari pemerintah setempat dalam menangani masalah infrastruktur dan pengelolaan air. Warga berharap agar pemerintah segera memperbaiki kondisi ini dengan langkah-langkah yang lebih serius dan efektif. Ke depan, diharapkan tidak ada lagi perumahan yang harus terendam banjir setiap kali hujan deras datang, dan warga Maharta bisa kembali menikmati ketenangan dalam hidup mereka tanpa rasa cemas akan bencana banjir yang datang kapan saja.