
JAKARTA - Kondisi pasar minyak kembali menunjukkan sinyal penguatan meskipun terbatas. Pada perdagangan Jumat pagi, 25 Juli 2025, harga minyak dunia tercatat mengalami kenaikan tipis. Pergerakan harga ini masih berada pada kisaran level psikologis US$ 66 per barel, didorong oleh sentimen positif dari potensi kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya.
Mengacu pada data perdagangan pukul 07.25 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2025 di bursa New York Mercantile Exchange tercatat sebesar US$ 66,21 per barel, naik sekitar 0,27% dibandingkan penutupan sebelumnya yang berada di level US$ 66,03 per barel.
Kenaikan tipis ini mengindikasikan adanya harapan baru dari pelaku pasar terhadap arah negosiasi perdagangan internasional. Para investor merespons dengan hati-hati namun tetap menunjukkan minat pada aset energi seperti minyak, menyusul kabar positif dari sejumlah negara mitra dagang AS.
Baca Juga
Harapan dari Front Perdagangan Global
Optimisme pasar dalam beberapa hari terakhir dipicu oleh pernyataan Menteri Perdagangan India, Piyush Goyal, yang menyampaikan harapan bahwa India dan Amerika Serikat dapat mencapai kesepakatan dagang sebelum tenggat waktu pada 1 Agustus. Hal ini memberi angin segar bagi pelaku pasar yang tengah menantikan arah kebijakan perdagangan global yang dapat mempengaruhi permintaan energi.
Tidak hanya India, dua kekuatan ekonomi dari kawasan Amerika Latin, Brasil dan Meksiko, juga menunjukkan langkah proaktif dalam memperluas kerja sama dagang mereka dengan Washington. Langkah ini dinilai dapat memperkuat hubungan ekonomi bilateral dan membuka peluang peningkatan aktivitas industri serta konsumsi energi, termasuk minyak mentah.
Bila kesepakatan-kesepakatan ini dapat dicapai, maka aktivitas manufaktur dan distribusi di negara-negara tersebut diperkirakan akan mengalami peningkatan, yang secara otomatis akan berdampak pada naiknya permintaan terhadap minyak sebagai sumber energi utama.
Harga Masih Bertahan, Tapi Tekanan Masih Ada
Meski terdapat dorongan dari sentimen perdagangan global, secara umum harga minyak mentah belum menunjukkan tren penguatan signifikan sepanjang Juli ini. Harga WTI masih bergerak datar dalam rentang sempit dan belum mampu keluar dari pola konsolidasi.
Tekanan harga minyak selama tahun berjalan ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan pasokan dari OPEC+, yang memicu kekhawatiran baru terkait potensi kelebihan suplai di pasar global. Produksi yang melampaui kebutuhan pasar mengakibatkan harga tidak mampu menanjak tinggi meskipun ada dorongan dari sisi permintaan.
Situasi ini menunjukkan bahwa meski ada dukungan dari faktor-faktor jangka pendek seperti perkembangan dagang, dinamika pasar minyak tetap dikendalikan oleh keseimbangan antara pasokan dan permintaan. Apabila pasokan terus membanjiri pasar tanpa diimbangi peningkatan konsumsi yang signifikan, maka tekanan terhadap harga akan terus membayangi.
Ancaman dari Produksi Global Masih Membayangi
Produksi minyak dari negara-negara anggota OPEC+ terus menjadi variabel penting dalam dinamika harga. Penambahan volume produksi yang tidak diiringi pertumbuhan ekonomi global yang kuat justru memberi efek sebaliknya pada harga.
Pasokan berlebih, baik dari Timur Tengah maupun produsen besar lainnya seperti Rusia, membuat pasar tetap berada dalam posisi waspada. Ditambah dengan ketidakpastian kebijakan energi dari negara-negara konsumen utama seperti Tiongkok dan Uni Eropa, situasi menjadi semakin kompleks untuk memproyeksikan tren jangka menengah.
Sementara itu, dari sisi geopolitik, beberapa ketegangan di kawasan Timur Tengah juga masih menjadi perhatian, meski saat ini belum memberikan dampak langsung pada harga dalam jangka pendek. Namun, potensi risiko eskalasi selalu menjadi salah satu pertimbangan pelaku pasar dalam merespons arah harga minyak.
Pengaruh Kebijakan AS dan Prospek Venezuela
Di sisi lain, perhatian pasar juga sempat tertuju pada perkembangan seputar izin operasi Chevron di Venezuela. Wacana tentang potensi diberikannya izin kepada Chevron untuk melanjutkan operasinya di negara Amerika Selatan tersebut telah menambah tekanan terhadap harga minyak dalam beberapa hari sebelumnya.
Venezuela, sebagai salah satu negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia, memiliki potensi untuk kembali menjadi pemain penting dalam pasar minyak global jika sanksi terhadap sektor migasnya dicabut atau dilonggarkan. Hal ini tentu saja akan memperbesar tekanan dari sisi suplai, dan berpotensi menekan harga jika tidak disertai peningkatan konsumsi.
Namun untuk saat ini, isu tersebut belum memberikan dampak besar terhadap harga minyak. Pasar masih lebih terfokus pada perkembangan konkret seperti negosiasi dagang dan dinamika OPEC+.
Stabil, tapi Masih Rentan
Secara keseluruhan, kenaikan harga minyak pada Jumat pagi ini mencerminkan situasi pasar yang relatif stabil namun tetap rentan terhadap berbagai sentimen global. Optimisme terhadap kesepakatan dagang memang membantu mendorong harga naik tipis, namun ancaman dari sisi suplai masih belum teratasi.
Pelaku pasar perlu terus mencermati perkembangan dari dua sisi tersebut—baik prospek pemulihan permintaan global lewat kerja sama dagang maupun potensi membanjirnya pasokan dari produsen besar.
Dengan kondisi seperti ini, harga minyak kemungkinan akan tetap berfluktuasi dalam rentang terbatas setidaknya hingga awal Agustus, saat batas waktu kesepakatan dagang AS dan mitranya mencapai titik akhir.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Edukasi Pasar Modal untuk ASN Badung
- 25 Juli 2025
2.
Harga iPhone 11 Pro Max Turun Tajam Agustus 2025
- 25 Juli 2025
3.
7 Wisata Alam Hits di Purbalingga
- 25 Juli 2025
4.
Film Baru Netflix Agustus 2025
- 25 Juli 2025
5.
BYD Atto 1: Dynamic vs Premium
- 25 Juli 2025