Bank Indonesia Ambil Langkah Intervensi Pasar untuk Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah

Selasa, 08 April 2025 | 08:35:31 WIB
Bank Indonesia Ambil Langkah Intervensi Pasar untuk Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah

JAKARTA - Pada rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada Senin, 7 April 2025, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk melakukan intervensi di pasar off-shore, khususnya pada pasar Non Deliverable Forward (NDF), sebagai upaya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang terus tertekan akibat dampak dari ketegangan ekonomi global. Langkah ini diambil menyusul meningkatnya volatilitas pasar keuangan dunia yang dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal antara Amerika Serikat dan China, yang mempengaruhi stabilitas mata uang banyak negara, termasuk Indonesia.

Tekanan terhadap nilai tukar rupiah telah terlihat sejak awal pekan ini, seiring dengan pengumuman kebijakan tarif impor yang dikeluarkan oleh pemerintah AS pada tanggal 2 April 2025 dan respons kebijakan balasan berupa tarif retaliasi yang diumumkan oleh pemerintah China pada 4 April 2025. Situasi ini telah menyebabkan gejolak besar dalam pasar keuangan global, yang juga berimbas pada arus modal keluar dan melemahnya nilai tukar di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Ketegangan perdagangan internasional antara dua ekonomi terbesar dunia ini turut mempengaruhi kurs mata uang di negara-negara emerging market, yang turut menambah volatilitas nilai tukar rupiah.

“Tekanan terhadap nilai tukar rupiah telah terjadi di pasar off-shore atau Non Deliverable Forward (NDF) di tengah libur panjang pasar domestik dalam rangka Idulfitri 1446 Hijriah,” ujar Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, dalam keterangannya pada Senin, 7 April 2025. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa meskipun pasar domestik Indonesia tengah memasuki periode libur Idulfitri, ketegangan global menyebabkan tekanan besar terhadap nilai tukar rupiah, terutama di pasar internasional.

Sebagai respons terhadap situasi ini, Bank Indonesia memutuskan untuk melakukan intervensi secara berkesinambungan di pasar off-shore, termasuk di kawasan Asia, Eropa, dan New York. Langkah ini diharapkan dapat meredakan gejolak yang terjadi di pasar keuangan internasional dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global. Selain itu, Bank Indonesia juga mempersiapkan untuk melakukan intervensi lebih agresif di pasar domestik pada pembukaan pasar pada 8 April 2025, dengan melakukan intervensi di pasar valuta asing (valas), baik Spot maupun DNDF (Domestic Non Deliverable Forward), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Langkah-langkah ini diambil untuk memastikan adanya kecukupan likuiditas di pasar uang dan sistem perbankan domestik. Bank Indonesia juga akan mengoptimalkan instrumen likuiditas rupiah untuk menjaga stabilitas pasar uang domestik, yang diharapkan dapat mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Dengan langkah-langkah intervensi yang agresif ini, BI bertujuan untuk tidak hanya menstabilkan nilai tukar rupiah, tetapi juga untuk menjaga kepercayaan investor dan pelaku pasar terhadap kondisi perekonomian Indonesia.

Ramdan menambahkan bahwa serangkaian kebijakan yang diterapkan oleh Bank Indonesia ini bertujuan untuk mengendalikan nilai tukar rupiah agar tidak terpengaruh terlalu lama oleh ketegangan global. Dengan intervensi yang komprehensif ini, Bank Indonesia berupaya memastikan bahwa pasar domestik tetap berfungsi dengan lancar meskipun ada ketidakpastian eksternal yang mengganggu.

“Serangkaian langkah-langkah Bank Indonesia ini ditujukan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah serta menjaga kepercayaan pelaku pasar dan investor terhadap Indonesia,” lanjut Ramdan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa BI tidak hanya berfokus pada stabilisasi nilai tukar rupiah, tetapi juga menjaga integritas dan kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia, terutama di tengah gejolak global yang dapat berisiko memperburuk sentimen pasar.

Kebijakan intervensi ini menjadi bagian dari langkah-langkah yang lebih besar dari Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi makro Indonesia. Selain upaya stabilisasi nilai tukar rupiah, BI juga memantau pergerakan inflasi, suku bunga, serta cadangan devisa untuk memastikan bahwa perekonomian domestik tetap dalam jalur yang aman dan terhindar dari dampak negatif krisis global.

Sementara itu, pasar domestik Indonesia kini dihadapkan pada tantangan yang cukup besar setelah keputusan AS dan China untuk saling mengenakan tarif impor, yang dapat mengurangi daya tarik investasi asing dan memperburuk arus modal keluar. Dalam situasi seperti ini, intervensi Bank Indonesia sangat diperlukan untuk menjaga agar nilai tukar rupiah tetap berada dalam batas yang wajar dan menghindari dampak yang lebih besar terhadap ekonomi Indonesia.

Meski demikian, para analis menilai bahwa langkah-langkah yang diambil oleh Bank Indonesia ini bisa memberikan dampak positif dalam jangka panjang, terutama untuk memastikan bahwa pasar domestik tidak terlalu terpengaruh oleh gejolak global. Intervensi yang dilakukan Bank Indonesia, baik di pasar off-shore maupun domestik, diharapkan dapat membantu meredakan ketidakpastian yang dipicu oleh ketegangan antara AS dan China, serta menjaga agar inflasi dan suku bunga domestik tetap terkendali.

Secara keseluruhan, langkah Bank Indonesia untuk melakukan intervensi pasar adalah langkah yang tepat dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah situasi yang penuh ketidakpastian ini. Dengan berbagai kebijakan yang telah dijalankan dan intervensi pasar yang agresif, Bank Indonesia menunjukkan komitmennya untuk menjaga kestabilan ekonomi Indonesia dan memastikan bahwa perekonomian domestik tetap berada dalam jalur yang aman dan berkembang meskipun ada tantangan besar yang dihadapi.

Dengan keputusan ini, Bank Indonesia kembali menegaskan pentingnya peran institusi tersebut dalam menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia, terutama di tengah ketegangan global yang mempengaruhi ekonomi negara berkembang. Diharapkan, kebijakan intervensi ini akan memberikan dampak positif dalam menjaga kepercayaan pelaku pasar dan investor terhadap ekonomi Indonesia dalam jangka panjang.

Terkini