JAKARTA - Jenis aktiva berisiko adalah aspek penting dalam pengelolaan keuangan bisnis yang berperan besar dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Istilah ini sering menjadi topik diskusi, mengingat aktiva berisiko merupakan elemen vital yang bisa berdampak pada kelangsungan operasional perusahaan.
Jika tidak dikelola dengan baik, jenis aktiva berisiko dapat menimbulkan kerugian yang signifikan bagi perusahaan. Untuk itu, penting untuk memahami lebih mendalam mengenai aktiva berisiko, dari pengertian hingga contoh-contohnya.
Pengertian Aktiva Risiko
Sebelum memahami pengertian aktiva risiko, pertama-tama, penting untuk mengetahui apa itu aktiva.
Aktiva merujuk pada segala bentuk kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dan dapat diukur dengan uang, termasuk juga yang tidak berwujud, seperti hak paten. Selain itu, penting juga untuk memahami konsep risiko.
Dalam konteks keuangan, risiko mengacu pada kemungkinan bahwa hasil aktual bisa berbeda dari yang diharapkan atau yang sudah diukur sebelumnya.
Pengertian aktiva risiko sendiri adalah harta kekayaan atau aset yang dimiliki oleh perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang tidak pasti.
Secara umum, para ahli menghubungkan aset berisiko dengan aset yang memiliki volatilitas tinggi atau perubahan harga yang signifikan.
Beberapa contoh dari aset ini termasuk komoditas, ekuitas, obligasi dengan imbal hasil tinggi, real estate, dan mata uang.
Dalam dunia perbankan dan keuangan, aset yang memiliki nilai yang sering berfluktuasi disebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan suku bunga, risiko pembayaran, kualitas kredit, dan lain-lain, termasuk dalam kategori aset berisiko.
Disebut berisiko karena pengembalian yang akan diperoleh di masa depan sifatnya tidak dapat dipastikan. Sebagai contoh, seorang investor membeli saham Gojek dan berniat untuk menahannya selama satu tahun.
Pada saat membeli, investor tersebut belum dapat mengetahui dengan pasti berapa pengembalian yang akan diperoleh, karena itu tergantung pada harga saham Gojek di tahun depan dan dividen yang diterima selama satu tahun.
Ini menunjukkan bahwa saham merupakan jenis dari aktiva berisiko. Contoh lainnya adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.
Misalnya, obligasi dengan jangka waktu 30 tahun, dimana investor tidak dapat memprediksi besaran pengembalian yang akan diterima jika obligasi tersebut hanya disimpan selama satu tahun.
Bagaimana Pengaruh Berisiko pada Portofolio?
Portofolio adalah gabungan dari berbagai instrumen investasi keuangan, seperti obligasi, saham, reksadana, komoditas, uang tunai, setara kas, dan jenis investasi lainnya yang diperdagangkan di bursa, termasuk cryptocurrency.
Pengaruh aset berisiko dapat terlihat melalui fluktuasi harga cryptocurrency yang tidak stabil, seperti yang terjadi pada pasar koin kripto yang mengikuti pergerakan harga bitcoin.
Ketika harga bitcoin melonjak tinggi, kondisi pasar kripto secara keseluruhan juga mengalami lonjakan tajam. Banyak lembaga keuangan tradisional yang mulai merambah ke dunia blockchain, yang mendasari transaksi mata uang kripto.
Bagi investor pemula, keuntungan besar yang terlihat dalam cryptocurrency bisa menggiurkan, namun seringkali mereka tidak memperhitungkan besarnya risiko yang terlibat.
Keinginan untuk mendapatkan pengembalian modal yang cepat ini sering kali menarik investor baru, dan ini bisa disebut sebagai fenomena hype atau overhype.
Pada akhirnya, investasi dalam mata uang digital ini bisa mencapai titik risiko, yaitu penurunan nilai secara tiba-tiba.
Penurunan tajam ini tidak hanya menghapus keuntungan, tetapi juga merugikan seluruh nilai investasi dalam cryptocurrency.
Diskusi mengenai potensi regulasi cryptocurrency semakin meningkat, ditambah dengan kekhawatiran akan spekulasi yang berlebihan, yang turut memberikan kontribusi pada penurunan nilai aset berisiko ini.
Pengertian Aset Berisiko dan Aset Bebas
Dalam investasi, seorang investor memiliki pilihan untuk menempatkan dananya pada berbagai jenis aset, baik itu aset berisiko, aset bebas risiko, atau kombinasi keduanya. Pilihan ini sangat dipengaruhi oleh preferensi risiko masing-masing investor.
Jika seorang investor lebih menghindari risiko, mereka cenderung memilih aset yang bebas risiko.
Aset berisiko adalah aset yang tingkat pengembalian aktualnya di masa depan masih mengandung ketidakpastian.
Sebaliknya, aset bebas risiko adalah aset yang tingkat pengembaliannya di masa depan dapat dipastikan saat ini, dan varians pengembaliannya adalah nol.
Contoh dari aset bebas risiko termasuk obligasi jangka pendek yang diterbitkan oleh pemerintah, serta surat utang yang dikeluarkan oleh bank sentral suatu negara. Di Indonesia, contoh lainnya adalah Sertifikat Bank Indonesia.
Menentukan Kelas Aset yang Optimal
Pada dasarnya, manajemen portofolio melibatkan tiga aktivitas utama, yaitu: pengambilan keputusan alokasi aset, penentuan porsi dana yang akan diinvestasikan dalam tiap kelas aset, dan pemilihan aset dari masing-masing kelas aset yang telah ditentukan.
Dalam hal ini, model portofolio Markowitz sering digunakan untuk menentukan portofolio yang terdiri dari aset individual, bukan untuk portofolio yang menggabungkan berbagai kelas aset.
Kelas aset merujuk pada pengelompokan aset berdasarkan jenisnya, seperti saham, obligasi, sekuritas asing, dan lainnya.
Keputusan alokasi aset tidak hanya mencakup pemilihan dana untuk kelas aset dalam satu negara, tetapi juga dapat mencakup sejumlah negara.
Diversifikasi antar kelas aset di berbagai negara memberikan manfaat yang serupa dengan diversifikasi pada aset individual, yaitu pengurangan risiko dengan tingkat pengembalian yang diinginkan.
Seperti halnya pada portofolio aset individual, portofolio dengan kelas aset yang optimal akan bergantung pada preferensi investor terhadap pengembalian dan risiko.
Jika sebuah portofolio sesuai dengan preferensi investor, maka portofolio tersebut akan menjadi portofolio yang optimal.
Bagaimana Portofolio Investasi yang Ideal?
Portofolio yang ideal harus diatur dengan keseimbangan antara return dan risiko. Return merupakan imbalan atau hasil yang akan didapatkan di masa depan dari investasi atau penanaman dana yang dilakukan oleh seorang investor.
Sementara itu, risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari tingkat pengembalian atau return yang diharapkan oleh investor.
Misalnya, jika Anda berencana membeli rumah dalam tiga tahun dan tidak ingin menempatkan uang pada aset berisiko, Anda mungkin ingin memastikan tabungan Anda tersedia saat siap membayar uang muka rumah.
Dalam hal ini, Anda mengutamakan keamanan dengan imbal hasil yang lebih rendah. Portofolio Anda kemungkinan besar akan lebih banyak dialokasikan pada obligasi rendah dan uang kas, serta sedikit pada ekuitas.
Namun, jika tujuan investasi Anda adalah jangka panjang, misalnya 10 tahun, Anda mungkin lebih terbuka terhadap risiko saat ini, mengingat horizon investasi yang masih panjang.
Untuk memaksimalkan imbalan, Anda mungkin perlu mengalokasikan lebih banyak pada ekuitas dalam portofolio Anda, serta mengurangi porsi obligasi dan kas.
Pada intinya, penting untuk memahami return dan risiko, sama halnya dengan membeli barang berharga lainnya—Anda perlu mengetahui dan memastikan risiko yang ada.
Jenis Aktiva Berisiko
Ada berbagai jenis aktiva berisiko yang perlu Anda pahami. Namun, di antara semuanya, mana yang paling berisiko?
Berikut adalah beberapa jenis dari aktiva berisiko yang perlu Anda ketahui, agar dapat mempertimbangkan dengan baik sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam instrumen tersebut. Simak penjelasannya lebih lanjut di bawah ini.
Cryptocurrency
Banyak investor menganggap cryptocurrency sebagai salah satu jenis aktiva yang sangat berisiko.
Tidak ada jaminan pengembalian investasi karena nilai cryptocurrency yang fluktuatif dapat menyebabkan penurunan yang signifikan, mengakibatkan investor kehilangan keuntungan yang sebelumnya ada saat nilai cryptocurrency meningkat.
Keuntungan atau kerugian dalam cryptocurrency sangat dipengaruhi oleh nilai bitcoin dan kondisi ekonomi global.
Berita negatif bisa langsung berdampak pada penurunan harga cryptocurrency secara tajam, sehingga mengarah pada kerugian bagi investor.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam cryptocurrency, sangat penting untuk mempertimbangkan besarnya modal yang akan diinvestasikan.
Pastikan modal yang digunakan adalah uang yang siap hilang, mengingat kerugian dalam cryptocurrency bisa mencapai 90% dari modal yang ditanamkan.
Jika Anda tidak siap dengan potensi kerugian sebesar itu, cryptocurrency mungkin bukan pilihan yang tepat untuk Anda.
Saham
Selain cryptocurrency, saham juga termasuk dalam kategori aktiva berisiko. Beberapa saham memiliki tingkat risiko yang tinggi, dan keberhasilan investasi saham sangat tergantung pada kemampuan investor untuk menganalisis pasar dengan tepat.
Berdasarkan analisis yang baik, investor dapat memprediksi apakah harga saham akan naik atau turun. Selain itu, fluktuasi harga saham juga mempengaruhi risiko yang dihadapi investor, seperti ketidakpastian dalam pembayaran dividen.
Pembagian dividen biasanya didasarkan pada kinerja perusahaan dalam setahun. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan hubungan antara tingkat risiko dan potensi imbal hasil guna menghindari kerugian besar.
Real Estate
Real estate sering dianggap sebagai salah satu jenis investasi yang menjanjikan, terutama dalam jangka panjang. Namun, kondisi pasar tidak selalu berjalan sesuai harapan, terutama saat terjadi krisis.
Krisis dapat menyebabkan penurunan harga properti serta adanya biaya tambahan, seperti biaya pemeliharaan, yang mengurangi potensi keuntungan.
Meskipun demikian, real estate tetap dianggap lebih aman dibandingkan dengan cryptocurrency dan saham.
Tantangan utama dalam investasi real estate adalah harga yang cenderung tinggi, sehingga banyak investor yang perlu menabung atau mengajukan pinjaman bank untuk membeli properti yang diinginkan.
Tips Mengurangi Kerugian dari Aktiva Risiko
Berinvestasi tentu diharapkan memberikan keuntungan yang maksimal. Namun, risiko yang muncul dalam investasi bisa dikelola dengan baik untuk meminimalkan kerugian.
Berikut ini adalah beberapa tips untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh investasi pada aktiva berisiko, di antaranya:
Membagi Modal Secara Tepat
Langkah pertama untuk meminimalkan kerugian saat berinvestasi adalah dengan membagi modal secara bijak ke berbagai jenis aktiva.
Sebagai contoh, Anda bisa mendiversifikasi investasi Anda ke dalam berbagai instrumen seperti cryptocurrency, saham, dan emas, atau produk lain yang menurut Anda tepat.
Yang paling penting adalah tidak menempatkan semua uang Anda dalam satu jenis investasi.
Jika salah satu jenis investasi mengalami kerugian, Anda masih memiliki investasi lain yang mungkin bisa memberikan keuntungan, sehingga dapat mengurangi beban finansial Anda secara keseluruhan.
Menentukan Jenis Aktiva yang Tepat
Sebelum berinvestasi, terutama dalam aktiva berisiko, penting untuk mengetahui tujuan investasi Anda terlebih dahulu.
Pasar keuangan menawarkan berbagai jenis aktiva dengan tingkat risiko yang bervariasi, seperti saham, reksa dana, obligasi, dan deposito.
Untuk investasi dengan risiko rendah, Anda bisa memilih deposito, sementara untuk investasi dengan potensi keuntungan yang lebih tinggi dan risiko yang lebih besar, saham bisa menjadi pilihan.
Sesuaikanlah pilihan aktiva dengan profil risiko Anda, sehingga Anda bisa lebih siap menghadapi kerugian yang mungkin terjadi.
Tenang Ketika Nilai Aktiva Menurun
Salah satu tips penting adalah untuk tetap tenang saat nilai aktiva Anda menurun. Setiap investasi pasti mengalami pasang surut, di mana ada waktu untuk untung dan rugi.
Tidak selamanya Anda akan meraih keuntungan, dan hal ini merupakan hal yang wajar dalam dunia investasi.
Kuncinya adalah sabar ketika mengalami kerugian, karena harga aktiva cenderung akan naik lagi seiring perubahan sentimen pasar yang lebih positif.
Jika Anda memiliki dana lebih, manfaatkan penurunan harga ini untuk membeli lebih banyak aktiva yang harganya sedang rendah. Ketika harga naik kembali, Anda bisa meraih keuntungan yang lebih maksimal.
Jangan Berlebihan
Salah satu ketakutan terbesar bagi sebagian orang dalam berinvestasi adalah risiko kehilangan uang. Oleh karena itu, banyak orang enggan berinvestasi karena belum siap menanggung kemungkinan kerugian.
Padahal, kerugian adalah bagian yang wajar dalam investasi, asalkan Anda bisa menyikapinya dengan bijak dan tidak berlebihan.
Jangan sampai Anda berhutang untuk mendapatkan modal investasi. Pastikan investasi yang Anda lakukan tetap dalam batas yang wajar dan sesuai dengan kondisi finansial Anda.
Jangan khawatir kehilangan kesempatan, karena masih banyak peluang investasi lain yang bisa Anda manfaatkan di masa depan.
Miliki Mindset Investasi yang Benar
Investor yang sukses adalah mereka yang tidak takut menghadapi risiko dalam berinvestasi. Miliki mindset ini dalam diri Anda, agar apapun jenis aktiva yang Anda pilih bisa memberikan keuntungan seperti yang diharapkan.
Jika Anda mengalami kerugian, gunakan kesempatan tersebut untuk belajar lebih banyak dan menganalisis pasar serta pengaruhnya terhadap investasi Anda.
Mindset yang positif dan benar akan mengubah cara Anda dalam berinvestasi dan membantu Anda mengambil keputusan yang lebih tepat, sehingga akhirnya dapat membawa Anda menuju keberhasilan dalam investasi.
Sebagai penutup, penting untuk selalu mempertimbangkan dengan hati-hati sebelum berinvestasi pada jenis aktiva berisiko, agar keputusan yang diambil dapat mendatangkan keuntungan yang optimal.