JAKARTA - Pengertian elastisitas sempurna adalah topik menarik dalam pelajaran ekonomi, khususnya bagi siswa SMP dan SMA untuk dipahami.
Pentingnya mempelajari ekonomi pada jenjang pendidikan ini tidak datang tanpa alasan yang jelas. Melalui pelajaran ekonomi, para siswa bisa memahami bagaimana uang berputar dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka akan mendapatkan gambaran yang lebih luas tentang sistem ekonomi yang sudah berlangsung sejak lama, sekaligus mengenali posisi mereka sendiri di dalam sistem tersebut.
Beragam bahasan menarik tersedia dalam pelajaran ini, mulai dari motif ekonomi, sejarah perkembangan ekonomi, hingga pembahasan tentang uang.
Seiring proses pembelajaran, siswa juga akan dikenalkan pada konsep ekonomi mikro dan ekonomi makro yang menjadi dasar pemahaman ekonomi secara menyeluruh.
Salah satu konsep penting yang sering muncul dalam kajian ekonomi adalah elastisitas, khususnya elastisitas sempurna.
Konsep ini penting untuk dipahami karena berkaitan erat dengan teori-teori utama dalam ilmu ekonomi yang sering digunakan dalam berbagai analisis.
Dengan memahami pengertian elastisitas sempurna, siswa bisa melihat keterkaitan antara teori dan penerapannya dalam dunia nyata secara lebih utuh.
Pengertian Elastisitas
Dalam dunia ekonomi, elastisitas berperan sebagai alat ukur untuk mengetahui sejauh mana persentase perubahan suatu variabel ekonomi dapat memengaruhi persentase perubahan variabel lainnya.
Konsep ini menjadi salah satu bagian penting dalam memahami teori-teori ekonomi secara mendalam.
Dengan mempelajari elastisitas, seseorang akan lebih mudah memahami berbagai aspek penting dalam ekonomi, seperti pengaruh pajak tidak langsung, konsep marginal yang berkaitan erat dengan teori perusahaan, hingga persoalan distribusi kekayaan serta klasifikasi berbagai jenis barang dalam konteks teori pilihan konsumen.
Lebih dari itu, wawasan tentang teori elastisitas juga sangat relevan saat membahas isu distribusi kesejahteraan dalam suatu negara.
Hal ini berkaitan dengan analisis surplus konsumen, surplus produsen, serta surplus pemerintah, yang semuanya terhubung melalui konsep elastisitas.
Dalam penerapannya, teori elastisitas dapat dijumpai dalam berbagai cabang teori ekonomi.
Konsep ini muncul pada sejumlah indikator penting seperti elastisitas harga permintaan, elastisitas harga penawaran, elastisitas pendapatan terhadap permintaan, elastisitas permintaan silang, elastisitas substitusi antar waktu, hingga elastisitas substitusi antar faktor produksi.
Namun, dari semua jenis elastisitas yang ada, dua bentuk yang paling sering dibahas dalam pelajaran ekonomi maupun ditemukan dalam praktik pasar adalah elastisitas harga permintaan dan elastisitas harga penawaran.
Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa elastisitas menggambarkan seberapa besar tingkat kepekaan suatu variabel terhadap perubahan pada variabel lainnya.
Ketika suatu variabel tergolong sangat elastis, maka ia akan menunjukkan reaksi yang kuat terhadap perubahan pada variabel yang menjadi pengaruh utamanya.
Pengertian Elastisitas Sempurna dalam Ruang Lingkup Ekonomi
Dalam pembahasan elastisitas, terdapat berbagai respons yang dapat terjadi, antara lain inelastisitas sempurna, inelastis, elastisitas uniter, elastis, dan elastisitas sempurna. Fokus pembahasan kali ini adalah pada pengertian elastisitas sempurna.
Elastisitas sempurna merujuk pada respons harga yang sangat besar, di mana perubahan harga akan menyebabkan kuantitas barang yang diminta menjadi nol.
Artinya, barang tersebut hanya akan memiliki permintaan jika harga tetap stabil. Selama harga tidak berubah, permintaan akan tetap ada tanpa henti.
Contoh barang dengan elastisitas sempurna adalah barang-barang kebutuhan pokok seperti minyak, beras, dan gula. Selama harga barang-barang tersebut tidak mengalami kenaikan, permintaan dan penawarannya akan terus berlanjut.
Namun, jika harga barang-barang tersebut sedikit saja naik, permintaan masyarakat bisa menurun drastis, bahkan sampai hilang.
Contoh lain yang menunjukkan elastisitas sempurna adalah bahan bakar minyak (BBM). Ketika harga BBM naik, permintaan akan menurun dan penawaran bisa berubah menjadi nol.
Sebaliknya, ketika harga stabil, kurva penawaran dan permintaan akan sangat elastis, karena barang-barang tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Lebih lanjut, koefisien elastisitas sempurna akan mendekati tak terhingga atau ?.
Sejarah Definisi Elastisitas
Definisi elastisitas dalam ekonomi pertama kali diperkenalkan pada akhir abad ke-19 oleh Alfred Marshall. Konsep ini dijelaskan oleh Marshall dalam bukunya yang berjudul Principles of Economics, yang diterbitkan pada tahun 1890.
Alfred Marshall adalah seorang ekonom asal Inggris yang dikenal sebagai "Bapak Ekonomi Neoklasik" karena pengaruh besar yang dimilikinya dalam bidang ekonomi.
Buku Principles of Economics dianggap sebagai referensi penting, baik dalam ekonomi neoklasik maupun ekonomi modern secara umum.
Seiring dengan membahas elastisitas, tidak lengkap rasanya tanpa menyentuh sedikit tentang ekonomi neoklasik yang dikembangkan oleh Marshall.
Ekonomi neoklasik melibatkan banyak prinsip, termasuk hukum permintaan, hukum penawaran, dan elastisitas itu sendiri.
Pada dasarnya, ekonomi neoklasik merupakan salah satu pendekatan dalam ekonomi, di mana produksi, konsumsi, dan harga barang serta jasa dianalisis berdasarkan model hukum permintaan dan penawaran.
Menurut pandangan ini, nilai suatu barang atau jasa ditentukan oleh upaya individu untuk memaksimalkan utilitas dengan pendapatan terbatas, serta oleh perusahaan yang berusaha mencapai keuntungan dengan biaya produksi yang ada dan menggunakan informasi serta faktor produksi yang tersedia.
Pendekatan ini sering dijelaskan melalui teori pilihan rasional, yang belakangan ini banyak dipertanyakan, dan mungkin itulah sebabnya kamu sering mendengar istilah "penawaran dan permintaan" dalam pembahasan ekonomi.
Ekonomi neoklasik mendominasi pemikiran ekonomi mikro dan, bersama dengan Ekonomi Keynesian, membentuk sintesis neoklasik yang menguasai ekonomi utama sebagai "ekonomi neo-Keynesian" antara tahun 1950-an hingga 1970-an.
Sebagai hasilnya, ekonomi neoklasik menjadi saingan utama bagi ekonomi Keynesian dalam menjelaskan fenomena ekonomi makro dari tahun 1970-an hingga 1990-an, di mana hal tersebut kemudian dikenal sebagai bagian dari sintesis neoklasik baru bersama dengan Keynesianisme baru.
Faktor yang Memengaruhi Elastisitas
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi elastisitas dalam konteks ekonomi. Namun, karena setiap jenis elastisitas memiliki faktor dan indikator yang berbeda, topik ini bisa menjadi cukup kompleks dan membingungkan bagi sebagian orang.
Oleh karena itu, kali ini kita akan fokus membahas faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas, terutama dalam hal elastisitas penawaran dan permintaan, yang merupakan contoh paling umum dalam pembahasan elastisitas. Simak penjelasan berikut ini.
Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Harga Permintaan
Elastisitas harga permintaan adalah ukuran seberapa sensitif kuantitas yang diminta terhadap perubahan harga.
Sebagai contoh, ketika harga suatu barang naik, biasanya kuantitas yang diminta akan menurun, dan sebaliknya, ketika harga turun, kuantitas yang diminta akan meningkat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi elastisitas harga permintaan, di antaranya adalah ketersediaan barang pengganti, seberapa luas keberadaan produk, persentase pendapatan masyarakat, kebutuhan masyarakat, durasi perubahan harga, loyalitas merek, siapa yang membeli barang, dan apakah produk tersebut dapat menyebabkan kecanduan.
- Ketersediaan Barang Pengganti
Semakin banyak barang pengganti yang tersedia, semakin tinggi elastisitas harga permintaan. Hal ini karena konsumen bisa dengan mudah beralih ke barang lain jika harga barang tertentu berubah sedikit.
Sebaliknya, jika barang tersebut tidak memiliki pengganti, permintaan cenderung menjadi inelastis.
- Luasnya Keberadaan Produk
Semakin luas keberadaan suatu produk, semakin rendah elastisitasnya. Sebagai contoh, perusahaan makanan Barat cenderung memiliki elastisitas permintaan yang lebih tinggi jika ada pengganti yang mudah ditemukan.
Namun, perusahaan makanan khas Indonesia mungkin memiliki elastisitas permintaan yang lebih rendah karena kurangnya pengganti yang serupa.
- Persentase Pendapatan Masyarakat
Semakin besar persentase pendapatan konsumen yang digunakan untuk membeli suatu produk, semakin tinggi elastisitasnya. Ini karena konsumen akan lebih sensitif terhadap harga barang yang mempengaruhi pengeluaran mereka.
Produk yang lebih mahal biasanya memiliki elastisitas yang lebih rendah, karena tidak semua lapisan masyarakat mampu membeli barang tersebut.
- Kebutuhan Masyarakat
Semakin penting suatu barang bagi kehidupan sehari-hari, semakin rendah elastisitasnya.
Barang-barang yang sangat dibutuhkan, seperti tabung oksigen atau insulin, cenderung memiliki permintaan yang tidak elastis, karena orang akan tetap membelinya meskipun harganya naik.
- Durasi Perubahan Harga
Untuk sebagian besar barang dan produk, seperti BBM atau sembako, semakin lama suatu perubahan harga berlangsung, semakin besar kemungkinan elastisitasnya. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa konsumen memiliki lebih banyak waktu untuk mencari barang pengganti, sehingga permintaan bisa lebih responsif terhadap perubahan harga.
- Loyalitas Terhadap Suatu Merek
Loyalitas terhadap merek tertentu, baik karena faktor tradisi atau adanya hambatan dalam kepemilikan, dapat mengurangi sensitivitas konsumen terhadap perubahan harga. Akibatnya, permintaan terhadap produk tersebut cenderung lebih inelastis.
- Siapa yang Membeli Barang
Jika pembeli tidak langsung membayar barang yang mereka konsumsi, misalnya melalui rekening perusahaan atau menggunakan kartu kredit, permintaan terhadap barang tersebut cenderung menjadi lebih tidak elastis.
Barang-barang yang sering kali termasuk dalam kategori ini adalah barang tersier.
- Produk yang Bisa Membuat Kecanduan
Produk yang memiliki sifat adiktif cenderung menunjukkan elastisitas yang rendah. Barang seperti rokok, heroin, dan alkohol adalah contoh yang masuk dalam kategori ini.
Konsumen cenderung memperlakukan barang-barang tersebut sebagai kebutuhan, sehingga mereka tetap membelinya meskipun harga naik secara signifikan.
Faktor yang Memengaruhi Elastisitas Harga Penawaran
Elastisitas harga penawaran mengukur seberapa responsif kuantitas yang ditawarkan terhadap perubahan harga suatu barang atau jasa dalam ekonomi.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi elastisitas ini, antara lain ketersediaan bahan baku, durasi dan kompleksitas proses produksi, mobilitas faktor produksi, waktu yang tersedia untuk merespons perubahan permintaan, serta keberadaan inventaris dan kapasitas produksi yang berlebih. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai faktor-faktor tersebut.
- Ketersediaan Bahan Baku
Ketersediaan bahan baku sangat mempengaruhi elastisitas penawaran. Sebagai contoh, meskipun harga emas naik, pasokan emas tidak akan dapat meningkat secara signifikan karena keterbatasan sumber daya alam yang ada.
Begitu pula dengan barang langka seperti lukisan, yang pasokannya tidak akan terpengaruh oleh perubahan harga.
- Panjang dan Kompleksitas Waktu Produksi
Proses produksi yang kompleks dan memerlukan waktu panjang akan cenderung membuat penawaran menjadi lebih inelastis.
Sebaliknya, barang-barang yang proses produksinya sederhana dan memerlukan sedikit waktu serta tenaga kerja, seperti industri tekstil, lebih elastis terhadap perubahan harga.
- Faktor Mobilitas
Mobilitas faktor produksi, seperti tenaga kerja dan bahan baku, juga mempengaruhi elastisitas penawaran.
Jika produsen dapat dengan mudah mengalihkan sumber daya untuk menghasilkan barang lain yang dibutuhkan, maka penawarannya akan lebih elastis. Namun, jika faktor produksi sulit untuk dipindahkan, penawaran akan lebih inelastis.
- Waktu untuk Merespon Permintaan
Semakin banyak waktu yang tersedia bagi produsen untuk merespons perubahan harga, semakin elastis penawarannya. Jika produsen hanya memiliki sedikit waktu untuk menyesuaikan dengan perubahan harga, penawaran akan lebih inelastis.
- Keberadaan Inventaris
Produsen yang memiliki inventaris atau kapasitas produksi yang belum terpakai dapat merespons perubahan harga dengan cepat.
Sebaliknya, produsen tanpa inventaris atau kapasitas cadangan akan kesulitan untuk meningkatkan penawaran dengan cepat meskipun harga berubah.
- Cadangan atau Kelebihan Kapasitas dalam Produksi
Kapasitas cadangan yang ada dalam suatu perusahaan memungkinkan produsen untuk merespons perubahan harga dengan lebih cepat dan lebih besar dalam hal penawaran.
Dengan adanya kapasitas berlebih, produsen dapat menyesuaikan penawaran sesuai dengan perubahan permintaan yang terjadi.
Sebagai penutup, pengertian elastisitas sempurna menggambarkan kondisi di mana perubahan harga mengakibatkan perubahan permintaan yang sangat besar, bahkan sampai ke nol dalam beberapa kasus.