Harga Minyak Naik Dipicu Penurunan Persediaan AS, Ekonomi China Melemahkan Sentimen

Harga Minyak Naik Dipicu Penurunan Persediaan AS, Ekonomi China Melemahkan Sentimen
Harga Minyak Naik Dipicu Penurunan Persediaan AS, Ekonomi China Melemahkan Sentimen

JAKARTA - Harga minyak mengalami kenaikan pada awal pekan ini, di tengah fluktuasi pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor global. Pada hari Senin, 6 Januari 2025, pukul 06.15 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2025 di New York Mercantile Exchange tercatat di US$ 74,07 per barel. Ini menunjukkan kenaikan tipis sebesar 0,15% dibandingkan dengan harga di akhir pekan sebelumnya yang berada di angka US$ 73,96 per barel.

Lonjakan harga minyak ini didorong oleh penurunan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat. Penurunan persediaan tersebut mencerminkan adanya peningkatan permintaan yang belum diketahui pasti apakah akan bertahan dalam jangka panjang. Laporan Bloomberg menambahkan bahwa sentimen risiko di pasar yang lebih luas masih terpengaruh oleh indikasi pelemahan ekonomi di China, negara dengan permintaan energi yang cukup besar.

Selama pekan lalu, harga minyak mentah WTI tercatat mendekati level US$ 74 per barel. Harga ini merupakan penutupan tertinggi sejak pertengahan Oktober 2024. Kenaikan ini mengikuti tren positif selama beberapa minggu terakhir dimana variasi kenaikan harga juga dipengaruhi faktor cuaca dingin dan kebijakan China terhadap kebijakan minyaknya.

Meski demikian, pasar minyak masih menghadapi ketidakpastian ke depannya. Prospek harga minyak di tahun 2025 dipertanyakan oleh banyak analis mengingat risiko kelebihan pasokan yang dapat terjadi seiring dengan kembalinya produksi dari negara-negara OPEC+ ke kapasitas normal. Selain itu, kekhawatiran terhadap permintaan minyak yang lesu dari China terus membayangi.

Analisis dari Daan Struyven, kepala penelitian komoditas di Goldman Sachs Group Inc menyatakan, "Harga minyak saat ini dinilai terlalu rendah beberapa dolar." Beliau juga menambahkan, "Permintaan energi global akan terus meningkat secara signifikan," yang menyoroti optimisme jangka panjang terhadap konsumsi energi meskipun adanya tekanan dari berbagai sektor ekonomi.

Selain itu, ketidakpastian di pasar global juga dipicu oleh pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat bulan ini. Kebijakan energi dari pemerintahan baru di Washington bisa memberikan dampak signifikan, baik positif maupun negatif, terhadap harga minyak dan dinamika pasar global lainnya. Banyak pelaku pasar yang masih menunggu kejelasan arah kebijakan energi AS di bawah Trump, yang dapat mempengaruhi arah pergerakan harga minyak ke depannya.

Pengaruh Global Terhadap Harga Minyak

Faktor-faktor makroekonomi lainnya turut berperan dalam perubahan harga minyak saat ini. Kelemahan ekonomi China memberikan dampak signifikan mengingat peran mereka sebagai importir minyak terbesar dunia. Penurunan pertumbuhan ekonomi dan kebijakan proteksionis yang mungkin diterapkan, dapat memperlambat konsumsi energi di negara tersebut.

Selain itu, pembicaraan mengenai kebijakan produksi dari negara-negara OPEC+ juga memberikan pengaruh besar terhadap prospek harga minyak. Setelah periode pemotongan produksi untuk menstabilkan harga, kembalinya produksi ke posisi normal dapat memicu kembali oversupply yang pernah dirasakan pasar.

Permintaan dari kawasan Asia, selain China, juga menjadi indikator penting yang perlu dicermati. Meningkatnya industrialisasi, terutama di negara-negara berkembang, terus mendorong permintaan minyak secara keseluruhan, meskipun dengan tingkat variasi respon yang berbeda tergantung kebijakan internal masing-masing negara.

Meskipun terdapat kenaikan harga minyak saat ini, ketidakpastian masih mendominasi pasar global. Faktor-faktor penentu termasuk kebijakan ekonomi AS di bawah pemerintahan baru, perkembangan situasi ekonomi China, serta keputusan strategis dari aliansi OPEC+ akan sangat menentukan arah perubahan harga minyak di tahun 2025.

Para pelaku pasar diharapkan untuk tetap waspada dan menyesuaikan strategi investasi mereka dengan mempertimbangkan berbagai risiko yang mungkin timbul. Peningkatan permintaan energi global, meskipun diprediksi akan naik, dapat mencapai potensi maksimalnya hanya jika didukung oleh kondisi ekonomi yang stabil dan pertumbuhan yang berkelanjutan di negara-negara pengimpor utama.

Dengan kata lain, pergerakan harga minyak ke depan sangat bergantung pada bagaimana setiap elemen ini berinteraksi dan bagaimana respons dari pelaku pasar dalam mengantisipasi perubahan yang terjadi.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Reaktivasi Jalur Kereta Banjar–Pangandaran Dinilai Paling Siap, Pemprov Jabar Siapkan Skema Anggaran Bertahap

Reaktivasi Jalur Kereta Banjar–Pangandaran Dinilai Paling Siap, Pemprov Jabar Siapkan Skema Anggaran Bertahap

Rusia Rencanakan Penerbangan Langsung ke Indonesia, Pemerintah Indonesia Respons Positif

Rusia Rencanakan Penerbangan Langsung ke Indonesia, Pemerintah Indonesia Respons Positif

Mazda Siapkan Peluncuran Mobil Listrik EZ-60, Crossover Listrik Pertama dengan Platform Modular EPA1

Mazda Siapkan Peluncuran Mobil Listrik EZ-60, Crossover Listrik Pertama dengan Platform Modular EPA1

BMKG Mengeluarkan Peringatan Waspada Hujan dan Gelombang Laut di Maluku Utara

BMKG Mengeluarkan Peringatan Waspada Hujan dan Gelombang Laut di Maluku Utara

Harga Komoditas Sembako Cenderung Stabil dan Beberapa Mengalami Penurunan Pasca Lebaran di Kabupaten Temanggung

Harga Komoditas Sembako Cenderung Stabil dan Beberapa Mengalami Penurunan Pasca Lebaran di Kabupaten Temanggung