Distribusi Gas Terganggu, Warga Kudus Diminta Berhemat Energi: Penjelasan Pj Bupati Kudus
- Sabtu, 15 Februari 2025

JAKARTA — Ketidaknyamanan tengah melanda warga Kudus akibat terganggunya distribusi gas LPG 3 kilogram di berbagai pengecer. Permasalahan ini semakin kompleks dengan adanya laporan mengenai harga gas yang dijual melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET), mencapai Rp 50 ribu per tabung. Situasi ini menimbulkan keluhan dan keresahan di kalangan masyarakat, memicu tanggapan dari berbagai pihak berwenang.
Menjawab keresahan ini, Pj Bupati Kudus, Herda Helmijaya, menjelaskan bahwa situasi yang terjadi bukanlah kelangkaan gas seperti yang dikhawatirkan masyarakat, melainkan adanya perubahan dalam pola distribusi. "Saat ini masih ada penataan pola distribusi gas di tingkat pengecer dan pangkalan, sehingga sempat tersendat," jelas Herda saat diwawancarai pada hari Jumat, 14 Februari 2025.
Dalam sebuah usaha untuk menangani permasalahan ini, pihak Pemerintah Kabupaten Kudus bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) telah melakukan inspeksi langsung ke lapangan. Herda menegaskan bahwa permasalahan distribusi ini bersifat sementara dan meyakinkan bahwa distribusi akan kembali lancar setelah penataan distribusi rampung. "Masalah distribusi yang kurang pas, setelah lancar distribusinya ternyata harganya berbeda," ungkapnya.
Namun, di tengah situasi ini, terdapat oknum yang memanfaatkan keadaan untuk memainkan harga gas di tingkat pengecer. Harga dijual di atas HET, yaitu Rp 18.000, karena kekhawatiran masyarakat yang panik akibat penyetopan distribusi sementara. "Saat distop, masyarakat panik, sehingga harga yang ada di masyarakat tidak terbentuk," tambah Herda, merujuk pada kondisi ekonomi pasar yang terganggu.
Sebagai langkah ke depan, Herda berkomitmen untuk menyampaikan hasil pemantauan pemda di lapangan kepada pihak Pertamina agar regulasi dan penyelesaian masalah segera ditindaklanjuti. Di samping itu, ia menghimbau masyarakat untuk lebih bijak dan hemat dalam menggunakan gas sebagai upaya menghadapi kondisi darurat ini. "Paling penting, ialah bagaimana masyarakat tetap menggunakan energi secara bijak dan bisa berhemat energi," pesan Herda menekankan pentingnya perilaku hemat energi di tingkat konsumsi rumah tangga.
Selain menghemat penggunaan gas, Herda menyarankan kepada masyarakat untuk kembali menerapkan pola masak tradisional dengan tungku atau kompor. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan penuh pada gas LPG dan memberikan alternatif di masa-masa sulit. "Masyarakat bisa memadukan pola masak dengan tungku atau kompor, sehingga tidak selalu memakai gas dan penggunaannya tidak berlebihan," tambah Herda.
Sementara itu, warga diharapkan bisa lebih bersabar dan menjaga stabilitas sosial hingga distribusi kembali normal. Pemerintah setempat juga diharapkan untuk terus memonitor perkembangan di lapangan dan memberikan dukungan kepada warga yang membutuhkan.
Dengan memprioritaskan solusi jangka panjang, diharapkan bahwa Kudus dapat kembali menstabilkan distribusi gas dalam waktu dekat. Pengawasan lebih ketat akan dilakukan terkait distribusi dan penetapan harga gas di tingkat pengecer guna mencegah terulangnya kembali masalah serupa. Warga dihimbau untuk tetap tenang dan turut serta dalam mengupayakan penghematan energi sebagai bentuk dukungan terhadap penanganan distribusi yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Baca Juga

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.