Tren Pengalihan Fasilitas KPR Meningkat di Tengah Tingginya Suku Bunga Kredit Perbankan

Tren Pengalihan Fasilitas KPR Meningkat di Tengah Tingginya Suku Bunga Kredit Perbankan
Tren Pengalihan Fasilitas KPR Meningkat di Tengah Tingginya Suku Bunga Kredit Perbankan

JAKARTA - Inilah kenyataan terbaru dalam sektor perbankan terkait Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Indonesia. Meski Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 5,75% dalam setengah tahun terakhir, banyak bank belum mengadaptasi pengurangan ini ke suku bunga kredit mereka, terutama pada KPR. Hal ini memicu peningkatan tren pengalihan fasilitas KPR atau yang lebih dikenal sebagai take over KPR dari satu bank ke bank lain.

Fenomena ini menggambarkan bagaimana para nasabah, yang terpengaruh oleh tingginya suku bunga kredit, mencari alternatif yang lebih menguntungkan. Bank Mandiri contohnya, sudah merasakan dampak dari tren ini. Wakil Presiden Mortgage Product Development PT Bank Mandiri Tbk, Ruby Indra, menyatakan bahwa Bank Mandiri telah mengalami peningkatan permintaan take over KPR dari para nasabah yang sebelumnya terikat dengan bank lain.

"Sepanjang 2024, nilai take over KPR ke Bank Mandiri mencapai Rp 3 triliun," ungkap Ruby. Ini adalah peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yang menunjukkan bahwa nasabah semakin kritis dalam memilih fasilitas KPR yang paling menguntungkan untuk mereka.

Namun, Ruby juga mengingatkan bahwa proses take over KPR tidak selalu semudah membalikkan telapak tangan. Banyak bank asal akan berupaya keras untuk mempertahankan nasabah mereka, terutama yang memiliki riwayat pembayaran yang lancar, melalui aneka program retensi. Penalti untuk mengalihkan KPR juga menjadi pertimbangan serius, dengan biaya yang bisa berkisar antara 2% hingga 5%, bahkan mencapai 10% dalam beberapa kasus.

Ruby juga menyoroti bagaimana nasabah perlu memperhitungkan dengan cermat biaya dan keuntungan dari solusi take over ini. "Jika KPR masuk ke skema suku bunga floating tanpa retensi, maka take over bisa menjadi pilihan yang lebih menguntungkan," ujarnya. Ini berarti nasabah perlu jeli dalam membaca komponen biaya yang akan dikeluarkan, termasuk pelunasan di bank asal dan biaya pengajuan di bank baru.

Sementara itu, dari sudut pandang yang berbeda, Bank Central Asia (BCA) juga turut memainkan peran dalam lanskap KPR ini. Executive Vice President (EVP) Consumer Loan BCA, Welly Yandoko, memperhatikan bahwa konsumen secara natural akan mencari produk KPR yang paling menguntungkan, dan faktor suku bunga sangatlah berharga dalam keputusan ini. Dalam acara Expoversary sebelumnya, BCA menawarkan bunga KPR sebesar 2,65% tetap selama tiga tahun, menarik minat berbagai kalangan konsumen, baik calon debitur baru maupun yang ingin memindahkan KPR mereka.

Meski demikian, Welly menyatakan bahwa saat ini BCA belum begitu agresif dalam strategi pengejaran take over KPR. "Sejauh ini, KPR BCA belum fokus melakukan pendataan terkait take over," katanya. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada peluang pasar, BCA tetap memilih pendekatan yang lebih berhati-hati dan terfokus pada penawaran produknya.

BCA menunjukkan performa yang kuat sepanjang 2024 dengan penyaluran KPR senilai Rp 44,8 triliun, mengalami kenaikan 9,5% secara tahunan. Selain itu, mereka mencatat pembayaran piutang KPR dari debitur sebesar Rp 31,3 triliun, naik 11% secara tahunan. Akibatnya, total outstanding KPR BCA pada akhir 2024 mencapai Rp 135,5 triliun, meningkat 11,2% dibanding tahun sebelumnya.

Tren take over KPR ini diproyeksikan akan terus berlanjut selama terdapat disparitas suku bunga di berbagai bank. Nasabah yang cermat dalam menghitung biaya dan manfaat dari setiap transaksi dapat memanfaatkan kondisi ini untuk memperoleh skema pembiayaan yang lebih efisien dan menguntungkan bagi keuangan mereka.

Keseluruhan arah tren ini menjadi indikasi bahwa nasabah dengan kebutuhan pemilikan rumah sedang bergerak menuju pengelolaan yang lebih terencana dan strategis, memanfaatkan persaingan antarbank demi mendapatkan suku bunga dan syarat yang lebih ramah di kantong.

Di tengah ketidakpastian ekonomi dan perubahan kebijakan moneter, pengetahuan dan daya adaptasi menjadi dua kunci utama bagi nasabah dalam memanfaatkan kesempatan memperkuat posisi finansial mereka melalui langkah-langkah kritis, seperti pengalihan fasilitas KPR. Bank sebagai penyedia layanan tersebut pun harus lebih adaptif dalam merespons perubahan kebutuhan konsumen di era suku bunga dinamis ini.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Telepon Spam dari Pinjaman Online Semakin Mengganggu, Begini Cara Efektif Menghentikannya di Android dan iPhone

Telepon Spam dari Pinjaman Online Semakin Mengganggu, Begini Cara Efektif Menghentikannya di Android dan iPhone

BNI Catat Pertumbuhan Pesat Segmen Nasabah Premium di Kuartal I 2025, Dana Kelolaan dan Jumlah Nasabah Meningkat Signifikan

BNI Catat Pertumbuhan Pesat Segmen Nasabah Premium di Kuartal I 2025, Dana Kelolaan dan Jumlah Nasabah Meningkat Signifikan

Penjualan Emas PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Meroket 357 Persen dalam Setahun, Targetkan Pertumbuhan Berkelanjutan

Penjualan Emas PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Meroket 357 Persen dalam Setahun, Targetkan Pertumbuhan Berkelanjutan

Cara Top Up GoPay Lewat BCA: Mudah dan Cepat via BCA Mobile, myBCA, KlikBCA, dan ATM

Cara Top Up GoPay Lewat BCA: Mudah dan Cepat via BCA Mobile, myBCA, KlikBCA, dan ATM

Cara Ajukan KPR BTN 2025 Syarat Mudah, Tenor Panjang hingga 30 Tahun, Proses Cepat dan Legalitas Rumah Terjamin

Cara Ajukan KPR BTN 2025 Syarat Mudah, Tenor Panjang hingga 30 Tahun, Proses Cepat dan Legalitas Rumah Terjamin