Penguatan Pariwisata dan Keuangan Berkelanjutan: Optimisme Bank Indonesia Terhadap Ekonomi Bali 2025
- Kamis, 27 Februari 2025

JAKARTA - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali menunjukkan optimisme yang kuat terhadap pertumbuhan ekonomi Bali yang diproyeksikan akan mencapai 5,0-5,8% (yoy) pada 2025. Proyeksi ini lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di rentang 4,7-5,5% (yoy). Untuk mencapai target ambisius ini, BI menekankan pentingnya penguatan sektor pariwisata berkualitas dan diversifikasi ekonomi melalui sektor pertanian, perdagangan, dan investasi.
Dalam acara BALINOMICS yang digelar di Denpasar, Selasa, 25 Februari 2025, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menyampaikan strategi BI dalam menjaga kestabilan perekonomian daerah. "Kebijakan Bank Indonesia terus diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi daerah, termasuk dengan mempertahankan BI-Rate sebesar 5,75%," ujar Erwin.
Erwin menambahkan, kebijakan tersebut bertujuan untuk mengendalikan inflasi dengan sasaran 2,5±1%, menstabilkan nilai tukar Rupiah, serta menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Bali. Stabilitas nilai tukar Rupiah dan kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) juga diperkuat guna mendukung penyaluran kredit ke sektor prioritas, sejalan dengan program pemerintah mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Salah satu fokus utama BI adalah memperkuat sektor pariwisata Bali dengan menekankan kualitas. Pariwisata merupakan tulang punggung ekonomi Bali yang tidak hanya menawarkan destinasi wisata populer, tetapi juga mempromosikan berbagai bentuk wisata lain seperti ekowisata, wisata budaya, wisata gastronomi, dan wisata kesehatan. "Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) ditingkatkan untuk mendorong penyaluran kredit perbankan ke sektor-sektor prioritas yang dapat menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi, sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah," jelas Erwin dalam siaran persnya, Kamis (26/2).
Tantangan besar saat ini adalah bagaimana menjadikan Bali tetap kompetitif di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dalam acara BALINOMICS, pelaku usaha pariwisata ternama, Ida Bagus Agung Partha Adnyana, yang akrab disapa Gus Agung, juga memberikan pandangannya. Ia menyoroti pentingnya diversifikasi produk wisata untuk menghadapi tantangan industri pariwisata global, khususnya di sektor Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions (MICE).
Gus Agung menekankan bahwa untuk menjaga daya saing, Bali harus berinvestasi pada optimalisasi infrastruktur dan aksesibilitas, serta pemasaran digital yang efektif melalui branding media sosial. Selain itu, kolaborasi dengan sektor swasta dan komunitas juga menjadi kunci untuk mendukung penguatan sektor pariwisata. "Diversifikasi menjadi keniscayaan. Kita harus mampu menawarkan pengalaman wisata yang lebih kaya dan bermakna. Ekowisata dan wisata budaya memiliki potensi besar untuk dikembangkan," kata Gus Agung.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan Februari 2025 mencapai 137,75, menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi ke depan. Sementara, Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Januari 2025 meningkat menjadi 117,2, mencerminkan berlanjutnya tren positif dalam konsumsi domestik.
Dari sisi dunia usaha, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mencatat Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 29,56% pada triwulan IV 2024. Hal ini menandakan aktivitas usaha yang tetap kuat, yang disokong oleh pertumbuhan pariwisata dan diversifikasi ekonomi ke sektor pertanian dan perdagangan. "Bank Indonesia terus berupaya memperkuat hilirisasi pangan melalui program pembinaan UMKM serta penguatan akses pembiayaan, agar sektor riil dapat tumbuh lebih inklusif dan berdaya saing," ungkap Erwin.
Rencana strategis kolektif antara Bank Indonesia, pemerintah lokal, dan para pelaku usaha merupakan langkah konkrit yang diperlukan untuk memanfaatkan momentum pertumbuhan. Diharapkan, sinergi ini akan mampu mendorong perekonomian Bali ke arah yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Sebagai wilayah yang sangat bergantung pada pariwisata, Bali perlu menerapkan langkah-langkah yang tidak hanya dapat meningkatkan kunjungan wisata tetapi juga menciptakan dampak ekonomi yang lebih besar untuk masyarakat lokal. Keberhasilan dalam penguatan pariwisata dan diversifikasi ekonomi diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Bali secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Dalam menggapai tujuan tersebut, seluruh pihak mulai dari pemerintah hingga pelaku usaha perlu bekerja secara harmonis dan adaptif terhadap perubahan global. Semoga dengan upaya ini, Bali bisa terus tumbuh sebagai salah satu destinasi wisata dan ekonomi terpenting di kawasan Asia Tenggara.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.