BMKG dan Kemenag Bersiap Pantau Hilal Ramadan 2025: Langkah Persiapan dan Tantangan
- Jumat, 28 Februari 2025

JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia tengah mempersiapkan rangkaian kegiatan pemantauan hilal untuk menentukan awal bulan Ramadan 2025. Proses ini merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahun dan menjadi bagian penting dalam penentuan awal bulan suci bagi umat Islam.
Pemantauan hilal tahun ini dijadwalkan akan dilakukan pada tanggal 28 Januari 2025, bertepatan dengan tanggal 29 Rajab 1446 H. Pengamatan hilal ini dilakukan untuk memastikan kapan tepatnya umat Muslim di Indonesia akan memulai puasa Ramadan, yang diharapkan dapat dilakukan secara serentak dan khidmat.
Peran Strategis BMKG dan Kemenag
BMKG bertanggung jawab dalam menyiapkan data astronomis dan cuaca, yang sangat berpengaruh terhadap visibilitas hilal. Kepala BMKG, Dr. Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa pihaknya telah mempersiapkan alat dan teknologi terkini untuk mendukung kelancaran pengamatan hilal. "Kami menggunakan sejumlah teleskop dan kamera CCD yang dilengkapi dengan teknologi terkini untuk memastikan pengamatan hilal dapat dilakukan dengan akurat, meskipun cuaca tidak bersahabat," ujarnya.
Selanjutnya, Kemenag berperan penting dalam menyiapkan aspek syariah dari kegiatan ini, termasuk koordinasi dengan berbagai ormas Islam serta pelaksanaan sidang isbat. Sidang isbat sendiri merupakan forum resmi di mana keputusan tentang penetapan 1 Ramadan akan diumumkan. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kamarudin Amin, menyatakan, "Kami juga bekerja sama dengan berbagai ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah untuk memastikan keputusan ini diterima secara luas."
Kolaborasi Nasional dalam Pengamatan Hilal
Pengamatan hilal tahun ini akan dilakukan di lebih dari 80 titik di seluruh Indonesia, yang mencakup hampir semua wilayah di tanah air. Proses ini melibatkan tim ahli dari berbagai bidang, termasuk astronomi, meteorologi, dan syariah Islam, untuk memastikan hasil yang akurat dan dapat dipercaya. Salah satu lokasi utama pengamatan adalah di Observatorium Bosscha, Lembang, yang memiliki fasilitas canggih dan sumber daya manusia yang mumpuni untuk melaksanakan tugas ini.
Kamarudin Amin menambahkan bahwa partisipasi dari masyarakat dan organisasi keagamaan di sekitar lokasi pengamatan juga turut dioptimalkan guna meningkatkan akurasi dan partisipasi publik. "Kami menghargai kontribusi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini, khususnya ormas Islam dan komunitas astronomi. Partisipasi mereka sangat penting dalam menciptakan keputusan yang menyeluruh dan inklusif," tambahnya.
Tantangan Cuaca dan Teknologi
Walaupun teknologi pengamatan semakin canggih, tantangan terkait cuaca seperti mendung dan hujan masih menjadi kendala utama dalam melihat hilal. Dr. Dwikorita menekankan pentingnya peran teknologi dalam mengatasi kendala cuaca ini. "Dengan alat yang kami miliki, pengamatan bisa dilakukan meskipun cuaca kurang bersahabat. Namun, kami tetap memprioritaskan metode hisab dan ru’yat yang telah menjadi standar dalam penentuan awal bulan Hijriah," ungkap Dwikorita.
Pengaruh Penetapan Ramadan terhadap Masyarakat
Penetapan awal Ramadan memiliki dampak yang sangat besar terhadap aktivitas sosial dan ritual keagamaan di Indonesia. Seluruh masyarakat Muslim menanti keputusan ini untuk memulai ibadah puasa dengan khidmat. Karenanya, momen sidang isbat yang dilakukan oleh Kemenag bersama stakeholder terkait sangat dinantikan.
Tidak sedikit pula dari umat Muslim yang mulai mempersiapkan diri secara spiritual dan material menjelang Ramadan. Dari meningkatkan intensitas ibadah hingga merencanakan aktivitas sosial dan keagamaan yang kian meningkat selama bulan suci. "Sebagai umat Muslim, kami sangat menantikan Ramadan, dan penetapan ini menjadi momentum penting bagi kami untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah," ucap Ami, salah satu warga Jakarta yang bersemangat menyambut Ramadan.
Rencana Aktivitas Kemenag Pascapenetapan Ramadan
Selain itu, Kemenag juga merencanakan berbagai kegiatan selama bulan Ramadan untuk mendorong peningkatan ketakwaan umat, seperti pengajian, kuliah subuh, dan berbagai kegiatan sosial lainnya. "Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, dan kami ingin memanfaatkan setiap momen di dalamnya untuk meningkatkan ibadah serta memperkuat ikatan sosial," ujar Kamarudin.
Pada akhirnya, kolaborasi antara BMKG dan Kemenag dalam penentuan awal Ramadan menunjukkan sinergi yang baik antara ilmu pengetahuan dan syariah. Hal ini tidak hanya penting untuk ritual keagamaan, tetapi juga untuk menjaga kesatuan dan kebersamaan di antara masyarakat Muslim di Indonesia. Dengan segala persiapan yang telah dilakukan, diharapkan proses penentuan awal Ramadan tahun ini dapat berjalan lancar dan diterima oleh seluruh umat.
Dalam penutupannya, Kamarudin berharap agar masyarakat tetap tenang dan terus berpartisipasi aktif dalam menjaga keharmonisan dalam perbedaan. "Kami berharap seluruh umat Muslim di Indonesia dapat menyambut bulan suci Ramadan dengan penuh semangat dan persiapan yang baik," pungkasnya.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.