Prof. Evvy Kartini Tekankan Hilirisasi Nikel untuk Tingkatkan Nilai Ekonomi Nasional
- Senin, 16 Juni 2025

JAKARTA — Indonesia terus memperkuat komitmennya untuk mendukung transisi energi global menuju era bebas karbon melalui pengembangan ekosistem industri baterai nasional. Salah satu langkah strategis yang tengah dilakukan pemerintah adalah mendorong hilirisasi mineral kritis, terutama nikel, agar dapat memberikan nilai tambah maksimal bagi perekonomian Indonesia.
Hal ini disampaikan dalam gelaran Indonesia Critical Mineral Conference (ICM) 2025 yang berlangsung di Hotel Pullman Jakarta Central Park, Jakarta Barat. Mengangkat tema “Pemrosesan Material Lanjutan dalam Teknologi Baterai Dari Nikel ke Baterai”, konferensi tersebut menghadirkan para pakar energi, pejabat pemerintah, serta pelaku industri strategis yang bergerak di sektor baterai dan kendaraan listrik.
Salah satu pembicara utama yang hadir dalam forum tersebut adalah Prof. Dr. rer. nat. Evvy Kartini, pakar fisika nuklir sekaligus profesor dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Prof. Evvy, yang juga merupakan pendiri National Battery Research Institute (NBRI), menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk memimpin industri baterai global berkat kekayaan cadangan mineral yang dimilikinya.
Baca JugaKonsumsi BBM Toyota Avanza Terbukti Irit untuk Perjalanan Jauh
“Baterai adalah teknologi inti dalam transisi energi global. Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama karena cadangan nikel kita adalah yang terbesar di dunia,” ujar Prof. Evvy Kartini.
Menurut data yang dipaparkan dalam konferensi, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, yakni sekitar 22 persen dari total cadangan global, sekaligus menjadi produsen nikel nomor satu dunia dengan kontribusi sebesar 36 persen. Selain itu, Indonesia juga menduduki peringkat kedua dalam hal cadangan timah dunia (17 persen) dan produksi timah (23 persen), serta memiliki sumber daya bauksit, emas, dan berbagai mineral kritis lainnya yang sangat strategis dalam mendukung transisi menuju energi bersih.
Prof. Evvy menegaskan bahwa penguasaan teknologi baterai menjadi kunci agar Indonesia tidak hanya menjadi pemasok bahan mentah, melainkan dapat menjadi pusat manufaktur baterai dengan rantai pasok yang lengkap. “Kita harus mendorong hilirisasi, dari bahan mentah hingga sel baterai dan daur ulang, agar memberi nilai tambah maksimal dan memperkuat kemandirian nasional,” tambahnya.
Hilirisasi nikel dan mineral lainnya dinilai sangat penting agar Indonesia tidak terjebak sebagai eksportir bahan mentah semata. Dengan memproses hasil tambang menjadi produk bernilai tinggi, Indonesia berpotensi memperoleh devisa yang lebih besar, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong transfer teknologi ke dalam negeri.
Langkah penguatan hilirisasi ini juga sejalan dengan prioritas pemerintah dalam mendukung transisi menuju energi hijau dan mendukung target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK). Visi ini turut tercantum dalam agenda prioritas nasional pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang tertuang dalam Asta Cita 2024–2029, di mana hilirisasi dan industrialisasi berbasis sumber daya alam menjadi salah satu fokus utama untuk menciptakan ekonomi berkelanjutan.
Indonesia sendiri telah memiliki dasar regulasi yang kuat untuk mendukung percepatan pengembangan industri kendaraan listrik berbasis baterai. Melalui Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2019, pemerintah menargetkan pembangunan rantai pasok kendaraan listrik nasional yang terintegrasi, mulai dari penambangan dan pemurnian mineral seperti nikel, kobalt, dan litium, hingga ke proses produksi bahan aktif katoda, pembuatan sel baterai, kendaraan listrik, serta infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian dan fasilitas daur ulang baterai.
Ambisi besar ini dibuktikan dengan target produksi kendaraan listrik nasional yang cukup agresif. Hingga 2030 mendatang, pemerintah menargetkan produksi sebanyak 13 juta unit sepeda motor listrik (two-wheeled electric vehicle/2W-EV) dan 4 juta unit mobil listrik (four-wheeled electric vehicle/4W-EV). Selain itu, sebanyak 67.000 unit infrastruktur pengisian daya (charging station) serta 1.700 unit stasiun penukaran baterai direncanakan akan dibangun untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik nasional.
Menurut Prof. Evvy, Indonesia harus mampu mengambil peluang besar dari tren global ini dengan membangun kemandirian industri. “Jika kita hanya menjadi pemasok bahan mentah, nilai tambahnya akan dinikmati oleh negara lain. Kita harus menguasai teknologi dan prosesnya agar seluruh rantai nilai industri baterai bisa dikuasai oleh bangsa kita sendiri,” tegasnya lagi.
Lebih lanjut, Prof. Evvy juga menyoroti pentingnya pembangunan fasilitas riset dan pengembangan (research and development/R&D) di sektor baterai untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki kemampuan inovasi berkelanjutan. “Riset tidak boleh berhenti hanya pada eksplorasi sumber daya alam, tetapi juga harus berlanjut hingga pengembangan teknologi baru dalam produksi baterai,” ujarnya.
Selain untuk mendukung kebutuhan kendaraan listrik, penguasaan teknologi baterai juga akan menjadi tulang punggung dalam pengembangan energi terbarukan lainnya, seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga angin (PLTB), yang membutuhkan sistem penyimpanan energi agar dapat beroperasi secara optimal.
Dengan langkah strategis ini, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pusat industri baterai dunia dalam beberapa dekade mendatang. Namun, tentu saja, keberhasilan ini membutuhkan kerja sama erat antara pemerintah, dunia usaha, lembaga riset, serta partisipasi aktif masyarakat.
“Transisi energi bukan hanya tentang kendaraan listrik, tetapi juga bagaimana membangun ekosistem industri baru yang mandiri, berkelanjutan, dan membawa manfaat ekonomi sebesar-besarnya bagi rakyat Indonesia,” pungkas Prof. Evvy.
Indonesia kini berada pada jalur yang tepat untuk mewujudkan kemandirian energi melalui hilirisasi nikel dan pengembangan teknologi baterai. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan dukungan kebijakan yang jelas, masa depan industri baterai Indonesia diproyeksikan akan semakin cerah.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Rumah Pembawa Hoki: Tips Feng Shui untuk Menarik Kekayaan dan Keberuntungan
- Senin, 16 Juni 2025