Tarif Impor 25 Persen dari AS Ancam Kelangsungan Industri Otomotif ASEAN
- Selasa, 08 April 2025

JAKARTA - Kebijakan tarif impor baru yang diterapkan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump menimbulkan dampak signifikan terhadap ekonomi Asia Tenggara, terutama sektor otomotif. Tarif sebesar 25 persen yang dikenakan pada kendaraan dan suku cadang impor ke AS kini menjadi ancaman serius bagi negara-negara produsen otomotif di kawasan seperti Thailand, Vietnam, dan Malaysia.
Thailand, yang selama ini dikenal sebagai pusat produksi kendaraan utama di Asia Tenggara, berada di garis depan tekanan akibat kebijakan ini. Sebagian besar industri otomotif Thailand sangat bergantung pada ekspor ke pasar Amerika. Dengan dikenakannya tarif tinggi, produsen mobil di Thailand kemungkinan harus menurunkan harga jual atau mencari pasar baru guna mempertahankan daya saing mereka.
"Tarif ini bisa menggerus margin keuntungan kami secara drastis. Jika tidak ada penyesuaian segera, industri otomotif Thailand bisa mengalami perlambatan pertumbuhan yang signifikan," ujar seorang pejabat asosiasi industri otomotif Thailand yang enggan disebut namanya.
Baca Juga
Vietnam juga turut merasakan dampaknya. Negara yang sebelumnya menjadi tujuan utama relokasi investasi akibat perang dagang AS–China ini, kini menghadapi tarif ekspor yang bisa mencapai 49 persen. Hal ini membuat keunggulan kompetitif Vietnam dalam sektor manufaktur mulai tergerus.
Sementara itu, Malaysia, meski kurang terekspos dibandingkan Thailand dan Vietnam, tetap merasakan tekanan, terutama di sektor ekspor otomotif dan elektronik yang selama ini menjadi penopang utama perdagangan luar negeri mereka.
Pemerintah dan pelaku industri di negara-negara ASEAN kini tengah merumuskan langkah-langkah mitigasi untuk meredam dampak jangka pendek dan jangka panjang. Strategi yang dipertimbangkan antara lain meningkatkan perdagangan intra-ASEAN, memperkuat rantai pasok domestik, serta memperluas penetrasi pasar ekspor ke wilayah di luar Amerika Serikat seperti Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan.
“Vietnam sedang berupaya keras untuk mendiversifikasi pasar ekspornya dan mengurangi ketergantungan terhadap AS, terutama setelah tekanan tarif meningkat,” kata seorang analis perdagangan internasional di Hanoi.
Langkah pemerintah Amerika Serikat ini, yang awalnya dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan industri domestik, justru memperumit dinamika perdagangan global dan menciptakan ketidakpastian di banyak negara mitra dagangnya. ASEAN sebagai kawasan yang selama ini berkembang pesat di sektor otomotif harus bergerak cepat dalam mengadaptasi kebijakan baru demi menjaga stabilitas industri dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Jika kebijakan tarif tinggi ini berlanjut tanpa adanya renegosiasi atau penyesuaian dari pihak AS, para analis memperkirakan akan terjadi penurunan ekspor otomotif ASEAN dalam skala besar, serta melambatnya investasi baru di sektor tersebut. Sektor otomotif yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan ekonomi regional kini menghadapi babak baru yang menantang.

Nathasya Zallianty
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.