Cuaca Buruk Ganggu Penyeberangan Gilimanuk-Ketapang: Layanan Sempat Ditunda, Kendaraan Menumpuk di Pelabuhan
- Jumat, 09 Mei 2025

JAKARTA - Layanan penyeberangan lintas Selat Bali yang menghubungkan Pelabuhan Gilimanuk di Bali dengan Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi, Jawa Timur, sempat mengalami gangguan serius pada Kamis akibat cuaca buruk. Penundaan operasional selama satu jam menyebabkan penumpukan kendaraan, terutama angkutan barang, di area parkir Pelabuhan Gilimanuk.
Gangguan tersebut terjadi akibat hujan deras yang mengguyur kawasan Selat Bali mulai sekitar pukul 12.00 WITA. Hujan deras disertai kabut tebal menyebabkan jarak pandang terbatas, sehingga otoritas pelabuhan memutuskan untuk menunda sementara aktivitas penyeberangan demi alasan keselamatan.
“Penundaan penyeberangan dilakukan karena faktor cuaca buruk. Jarak pandang yang terbatas membuat proses navigasi menjadi berisiko, sehingga operasional dihentikan sementara demi keamanan pelayaran,” jelas Ryan Dewangga, Manajer Usaha Pelabuhan Gilimanuk, saat dikonfirmasi Kamis sore.
Baca JugaBMKG Keluarkan Peringatan Dini Banjir Rob di Kalimantan Utara: Masyarakat Diminta Waspada
Kendaraan Menumpuk, Lalu Lintas Masih Terkendali
Selama proses penundaan tersebut, ratusan kendaraan tertahan di area pelabuhan. Sebagian besar merupakan kendaraan logistik dan truk angkutan barang yang hendak keluar dari Pulau Bali menuju Pulau Jawa. Namun demikian, pihak pelabuhan memastikan bahwa kondisi masih dalam batas aman dan terkendali.
“Kendaraan hanya menumpuk di dalam area parkir pelabuhan. Tidak sampai meluber ke jalan raya atau menimbulkan kemacetan parah di luar pelabuhan,” kata Ryan Dewangga menambahkan.
Setelah penundaan sekitar satu jam, penyeberangan kembali dibuka secara bertahap. Namun karena volume kendaraan yang tinggi, terutama dari sektor logistik pasca Lebaran, proses normalisasi membutuhkan waktu lebih lama hingga sore hari.
Kendala Tambahan: Perbaikan Dermaga Membatasi Kapasitas Layanan
Selain karena faktor cuaca, terbatasnya jumlah dermaga yang beroperasi turut memperparah kondisi antrean di pelabuhan. Menurut pihak pengelola, saat ini hanya tiga dari empat dermaga MB (Movable Bridge) serta satu dermaga LCM (Landing Craft Machine) yang dapat digunakan untuk aktivitas bongkar-muat dan penyeberangan kapal.
“Dermaga MB IV di Pelabuhan Gilimanuk tidak bisa digunakan karena ada perbaikan dermaga yang sama di Pelabuhan Ketapang. Jadi kapasitas penyeberangan juga berkurang,” ujar Ryan Dewangga.
Kondisi ini membuat pihak pelabuhan harus menerapkan pengaturan ketat terhadap alur masuk kendaraan dan keberangkatan kapal. Koordinasi intensif dilakukan bersama aparat kepolisian, Dinas Perhubungan, dan instansi terkait lainnya untuk memastikan situasi tetap tertib.
Koordinasi Antarinstansi Diperketat
Mengantisipasi kemungkinan memburuknya cuaca atau bertambahnya jumlah kendaraan, pengelola Pelabuhan Gilimanuk memperkuat kerja sama lintas instansi. Langkah-langkah pengamanan dan pengendalian lalu lintas diterapkan agar tidak terjadi penumpukan kendaraan di luar area pelabuhan yang bisa berdampak terhadap kelancaran arus lalu lintas di kawasan Gilimanuk.
“Kami terus berkoordinasi dengan aparat kepolisian, Dinas Perhubungan, dan stakeholder lainnya untuk mengatur lalu lintas kendaraan yang akan menyeberang. Tujuannya agar antrean tidak sampai keluar pelabuhan,” tegas Ryan Dewangga.
Pengaturan arus kendaraan dilakukan dengan sistem buka-tutup secara situasional, tergantung pada tingkat kepadatan di area parkir pelabuhan. Jika antrean mencapai batas tertentu, akses menuju pelabuhan akan ditahan sementara hingga kondisi di dalam cukup longgar untuk menampung kendaraan baru.
Waspada Cuaca Ekstrem, BMKG Keluarkan Peringatan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem di wilayah perairan Selat Bali. Hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi diperkirakan masih dapat terjadi dalam beberapa hari ke depan, sehingga pengguna jasa penyeberangan diimbau untuk tetap waspada.
BMKG memantau adanya tekanan rendah di wilayah perairan selatan Jawa yang menyebabkan peningkatan intensitas hujan dan gangguan angin di sekitar Selat Bali. Gelombang laut diprediksi bisa mencapai ketinggian 2,5 hingga 4 meter dalam kondisi tertentu.
“Kami mengimbau pengguna jasa pelayaran dan pelabuhan untuk terus memperhatikan informasi cuaca yang kami sampaikan secara berkala,” ujar Kepala BMKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, dalam keterangannya.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Gangguan penyeberangan lintas Selat Bali ini tidak hanya berdampak pada keterlambatan pengiriman barang antar pulau, tetapi juga berpotensi memengaruhi sektor ekonomi, pariwisata, dan logistik. Terlebih setelah masa libur panjang Lebaran, arus kendaraan dan barang cenderung tinggi karena aktivitas distribusi dan mobilitas masyarakat kembali meningkat.
Keterbatasan kapasitas pelabuhan dan cuaca buruk yang tidak dapat diprediksi menjadi tantangan utama yang harus dihadapi oleh operator pelabuhan dan pemerintah daerah.
“Kami berharap perbaikan dermaga di Ketapang bisa segera rampung, agar kapasitas layanan dapat kembali normal dan mempercepat proses penyeberangan,” pungkas Ryan Dewangga.
Imbauan Bagi Pengguna Jasa Penyeberangan
Pengguna jasa penyeberangan Gilimanuk–Ketapang, baik penumpang maupun pengemudi kendaraan logistik, diimbau untuk mempersiapkan diri dengan baik. Mengecek prakiraan cuaca, mengatur jadwal keberangkatan, dan membawa bekal logistik yang cukup menjadi hal penting untuk menghindari ketidaknyamanan saat menunggu di pelabuhan.
Pihak pelabuhan juga meminta masyarakat untuk mematuhi arahan petugas dan mengikuti sistem antrean yang telah diatur, demi kelancaran dan keselamatan bersama dalam proses penyeberangan lintas pulau tersebut.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.