
JAKARTA - Indonesia tengah menggarap salah satu megaproyek infrastruktur terbesar dalam sejarahnya, yaitu Giant Sea Wall atau tanggul laut raksasa yang dirancang untuk menghadapi ancaman banjir rob, abrasi pantai, dan penurunan permukaan tanah di pesisir utara Pulau Jawa. Proyek ini digadang-gadang sebagai solusi jangka panjang untuk menyelamatkan wilayah pesisir yang semakin terancam akibat perubahan iklim global dan penurunan muka tanah yang terjadi secara terus menerus.
Giant Sea Wall merupakan proyek strategis nasional (PSN) yang kini masuk dalam daftar prioritas pemerintah. Proyek ini bahkan dipromosikan di berbagai forum internasional sebagai bentuk komitmen Indonesia terhadap ketahanan infrastruktur dan adaptasi perubahan iklim.
"Urgensi pembangunan Giant Sea Wall semakin besar, mengingat ancaman perubahan iklim global dan penurunan tanah di pesisir utara Jawa, khususnya Jakarta," ujar salah satu pejabat Kementerian PUPR dalam pernyataan resminya.
Baca JugaPenerbangan di Bandara Ngurah Rai Bali Kembali Normal Usai Terganggu Abu Vulkanik
Struktur dan Anggaran Proyek
Struktur Giant Sea Wall berupa dinding beton raksasa yang dibangun sejajar dengan garis pantai. Material utama pembangunannya menggunakan beton bertulang dan bata berdaya tahan tinggi terhadap gelombang laut serta intrusi air asin. Selain itu, sistem tanggul juga dilengkapi teknologi proteksi banjir berstandar internasional.
Anggaran proyek ini diperkirakan mencapai antara Rp1.280 triliun hingga Rp1.300 triliun atau setara dengan 80 miliar USD. Dengan nilai investasi yang sangat besar, proyek ini membutuhkan waktu pengerjaan sekitar 15 hingga 20 tahun hingga rampung seluruhnya.
Pada tahap awal, pembangunan difokuskan di titik-titik paling rawan banjir rob, yakni Jakarta, Semarang, Pekalongan, dan Brebes.
Sejarah Ide dan Perencanaan Giant Sea Wall
Gagasan pembangunan tanggul laut raksasa di pesisir utara Jawa sebenarnya bukan hal baru. Ide tersebut mulai dibahas pada tahun 1995 sebagai respons terhadap meningkatnya ancaman banjir rob dan land subsidence di Jakarta.
Wacana ini kembali mencuat secara luas pada masa pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (2007–2012). Dalam perjalanannya, proyek ini kemudian masuk dalam prioritas pemerintah pusat, terlebih sejak era Presiden Joko Widodo. Kini, megaproyek ini dipastikan tetap menjadi agenda strategis nasional di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Selain untuk Jakarta, Giant Sea Wall juga menjadi langkah strategis untuk melindungi pesisir di kota-kota besar lainnya yang terancam oleh kenaikan permukaan air laut dan abrasi pantai.
"Dengan urbanisasi yang terus meningkat, Jakarta dan kota-kota pesisir utara Jawa lainnya sudah sebagian berada di bawah permukaan laut. Proyek ini adalah bagian dari adaptasi jangka panjang menghadapi tantangan tersebut," lanjut pernyataan dari Kementerian PUPR.
Skala dan Lokasi Proyek
Proyek Giant Sea Wall dirancang membentang mulai dari Tangerang di Banten hingga Gresik di Jawa Timur. Total panjang lintasan proyek diperkirakan mencapai 500 hingga 946 kilometer, melewati lima provinsi utama yakni Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Tidak hanya menjadi benteng pertahanan dari gelombang laut, proyek ini dirancang terintegrasi dengan fasilitas pendukung lainnya, mulai dari pelabuhan, kawasan industri, kawasan pemukiman baru, fasilitas komersial, dan area penghijauan.
Salah satu keunggulan Giant Sea Wall adalah integrasinya dengan pengelolaan tata air terpadu dan drainase perkotaan. Dengan demikian, selain melindungi dari banjir rob, proyek ini juga mendukung pengembangan ekonomi kawasan dan kelestarian lingkungan hidup.
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan
Selain manfaat utama berupa perlindungan dari ancaman banjir rob dan abrasi pantai, pembangunan Giant Sea Wall diproyeksikan memberikan manfaat tambahan dalam bentuk peningkatan nilai properti, pengembangan wilayah pesisir, dan penciptaan kawasan pemukiman baru.
Proyek ini juga menjadi peluang strategis untuk mendorong investasi di sektor properti, pelabuhan, dan industri maritim di sepanjang pesisir utara Jawa.
Dalam aspek lingkungan, Giant Sea Wall turut mendukung program restorasi pesisir melalui pembuatan ruang terbuka hijau (RTH) dan hutan bakau. Hal ini bertujuan untuk mengurangi dampak abrasi serta menjaga keseimbangan ekosistem pesisir.
"Giant Sea Wall akan menjadi bagian dari solusi pengelolaan lingkungan pesisir secara komprehensif. Tidak hanya melindungi dari ancaman rob, tapi juga mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan," tutup keterangan resmi Kementerian PUPR.
Dengan tantangan perubahan iklim yang semakin nyata, proyek Giant Sea Wall menjadi harapan baru bagi Indonesia untuk memastikan keselamatan wilayah pesisirnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat di kawasan utara Jawa dalam jangka panjang.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Pemprov DKI Jakarta Berikan Diskon Pajak Hotel dan Restoran, Ini Rinciannya
- Kamis, 19 Juni 2025
BMKG Imbau Warga Gunakan Masker Akibat Sebaran Abu Erupsi Gunung Lewotobi
- Kamis, 19 Juni 2025
Berita Lainnya
Kereta Api Rajabasa Andalan Transportasi Sumatera Selatan Sampai Lampung
- Kamis, 19 Juni 2025