
JAKARTA - Seiring meningkatnya kesadaran terhadap dampak perubahan iklim, pendekatan investasi juga mengalami pergeseran. Tidak lagi semata-mata berorientasi pada keuntungan, sebagian investor kini mulai mempertimbangkan dampak lingkungan dalam menentukan arah modal mereka. Fenomena ini menjadi latar belakang berkembangnya konsep investasi hijau di Indonesia.
Sri Andaiyani, Peneliti sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya (FE UNSRI), menjelaskan bahwa investasi hijau berbeda dari model konvensional karena mengedepankan keberlanjutan dan kepedulian terhadap lingkungan.
"Diharapkan agar investasi hijau ini akan terus dikembangkan dan bisa menjadi pilihan para investor untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan yang peduli terhadap lingkungan. Bukan hanya mengejar cuan atau keuntungan saja, tetapi perusahaan tersebut tidak merusak lingkungan," tegas Sri Andaiyani.
Baca Juga
Konsep investasi hijau menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin berkontribusi dalam menjaga keseimbangan alam, sekaligus tetap memperoleh imbal hasil dari aktivitas finansial. Perusahaan yang berkomitmen terhadap keberlanjutan dan tidak merusak lingkungan mulai dipertimbangkan sebagai destinasi investasi yang menjanjikan.
Beberapa sektor yang masuk dalam kategori ramah lingkungan misalnya energi terbarukan dan transportasi berkelanjutan. Salah satu contohnya di Palembang adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Jakabaring yang memanfaatkan energi matahari sebagai sumber listrik ramah lingkungan.
Sri Andaiyani menyebutkan, generasi muda khususnya milenial dan Gen Z mulai menunjukkan minat yang tinggi terhadap investasi hijau. Hal ini sejalan dengan gaya hidup dan prinsip keberlanjutan yang mereka pegang, termasuk dalam pengambilan keputusan keuangan.
"Investasi hijau ini untuk saat ini sudah mulai menjadi daya tarik para investor kaum milenial atau generasi Z. Mereka lebih menyukai untuk menanamkan modal mereka pada perusahaan yang lebih peduli terhadap lingkungan atau yang selalu mengikuti isu lingkungan yang sedang jadi perhatian dunia," terang Sri Andaiyani.
Dari sisi teknis, penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang layak disebut sebagai bagian dari investasi hijau dilakukan melalui pemantauan laporan keuangan tahunan dan kesesuaian dengan indeks keberlanjutan seperti SRI-KEHATI (Sustainable and Responsible Investment – Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia). Indeks ini menjadi salah satu indikator penting dalam mengelompokkan perusahaan berdasarkan prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan.
Jika suatu perusahaan tidak lagi memenuhi kriteria keberlanjutan yang ditetapkan oleh indeks tersebut, maka perusahaan itu akan dikeluarkan dari kelompok investasi hijau. Hal ini menjadi salah satu bentuk kontrol agar standar lingkungan tetap terjaga dan bukan sekadar menjadi label tanpa aksi nyata.
Sri Andaiyani juga menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam mengarahkan perkembangan investasi hijau. Menurutnya, pilihan masyarakat dalam menentukan investasi berpengaruh besar terhadap arah pasar modal dan perilaku perusahaan.
"Diharapkan masyarakat juga ikut mendorong terwujudkan investasi hijau ini dengan memilih investasi kepada perusahaan yang tidak merusak lingkungan. Pilihlah bisnis yang ramah lingkungan, bukan sekadar mencari cuan tapi lebih pada kesadaran memilih investasi yang tidak merusak lingkungan," imbuhnya.
Tren investasi berbasis prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) memang mengalami peningkatan secara global, dan Indonesia tidak ketinggalan. ESG menjadi acuan bagi perusahaan maupun investor dalam menilai dampak kegiatan bisnis terhadap lingkungan dan sosial. Perusahaan yang mematuhi standar ESG umumnya lebih berpotensi menarik investor dengan kesadaran tinggi terhadap isu-isu global, terutama lingkungan hidup.
Lebih lanjut, investasi hijau bukan hanya menjadi alat untuk mencapai keuntungan ekonomi, tetapi juga menjadi strategi untuk memitigasi risiko jangka panjang akibat perubahan iklim, kelangkaan sumber daya, serta regulasi pemerintah yang kian ketat terhadap aktivitas industri yang mencemari lingkungan.
Implementasi investasi hijau juga memberikan efek berganda, yakni mendukung pertumbuhan sektor industri berkelanjutan dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan dalam kegiatan ekonomi.
Dengan meningkatnya literasi keuangan dan kampanye kesadaran lingkungan, arah pasar modal ke depan diprediksi akan semakin menyatu dengan prinsip keberlanjutan. Perusahaan yang tidak memperhatikan dampak lingkungannya kemungkinan akan semakin sulit menarik investor, terutama dari kalangan muda yang semakin kritis.
Sri Andaiyani menegaskan kembali bahwa masa depan investasi bukan hanya milik perusahaan yang mengejar keuntungan, melainkan juga milik perusahaan yang turut menjaga bumi.
“Pilihan investasi yang bertanggung jawab terhadap lingkungan adalah bentuk kontribusi kecil kita terhadap masa depan yang lebih baik. Investasi bukan hanya soal profit, tapi juga soal dampak,” pungkasnya.
Dengan demikian, investasi hijau menjadi bentuk nyata pergeseran paradigma dari sekadar keuntungan menuju keseimbangan antara ekonomi dan ekologi. Perubahan ini patut didukung tidak hanya oleh pelaku pasar dan perusahaan, tetapi juga oleh masyarakat luas sebagai investor maupun konsumen yang cerdas dan peduli terhadap masa depan bumi.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
Industri Ramah Lingkungan Jadi Target Pemerintah
- 23 Juli 2025
3.
7 Zodiak Ini Bahagia Tanpa Perlu Pengakuan Publik
- 23 Juli 2025
4.
Wisata Hits Cianjur untuk Liburan Singkat
- 23 Juli 2025