Rempah Nusantara Jadi Inspirasi Kuliner Modern Lewat Future Menu 2025

Rempah Nusantara Jadi Inspirasi Kuliner Modern Lewat Future Menu 2025
Rempah Nusantara Jadi Inspirasi Kuliner Modern Lewat Future Menu 2025

JAKARTA - Rempah-rempah yang sejak lama menjadi bagian penting dari sejarah kuliner Indonesia, kini kembali mendapat sorotan dalam peta tren global melalui laporan Future Menu 2025 dari Unilever Food Solutions (UFS). Bahan-bahan tradisional seperti cengkeh, kayu manis, kemiri, kapulaga, hingga bunga telang, tampil bukan hanya sebagai penyedap masakan, tapi juga sebagai simbol kekayaan budaya dan daya saing kuliner modern.

Penggunaan rempah sebagai dasar cita rasa, aroma, bahkan pewarna makanan alami tengah menjadi fokus perhatian para chef dan pelaku industri makanan. Tak hanya memperkuat identitas masakan Indonesia, rempah juga memainkan peran penting dalam inovasi dapur masa kini.

Chef Rafael T Basanto, President Association of Culinary Professionals Indonesia (ACPI), menyoroti peran penting rempah dalam menciptakan masakan yang kaya rasa. Ia menekankan bahwa pemahaman terhadap karakter setiap rempah merupakan kunci utama keberhasilan dalam mengolahnya.

Baca Juga

Diskon Tiket Kereta Api: Syarat dan Prosedur

“Setiap rempah punya tipikal sendiri, misalnya merica punya rasa pedas, kayu manis itu wangi, ketumbar juga punya flavor yang khas. Tapi kalau kita pakai berlebihan, apalagi tanpa tahu cara masaknya, rasanya bisa jadi pahit,” jelasnya.

Menurut Chef Rafael, banyak kesalahan terjadi akibat takaran yang tidak tepat atau teknik pengolahan yang keliru. Misalnya, rempah yang terlalu banyak ditumis dengan api besar dapat menghasilkan rasa pahit karena hangus.

“Waktu menumis rempah apinya harus kecil karena rempah-rempah itu umumnya kering,” katanya lagi.

Alih-alih langsung digoreng, ia menyarankan agar rempah disangrai terlebih dahulu tanpa minyak. Setelah itu bisa diulek atau ditumbuk agar rasa dan aromanya keluar lebih maksimal. Cara ini memungkinkan penggunaan rempah dalam jumlah sedikit namun tetap menghasilkan rasa kuat yang khas.

Rempah tak hanya berfungsi sebagai penyedap. Bahan seperti kunyit, bunga telang, hingga rosela juga banyak digunakan sebagai pewarna alami yang aman dan menarik secara visual. Chef Rafael menyebut bunga telang sebagai contoh yang kini banyak digunakan dalam bentuk bubuk.

“Salah satunya bunga telang atau butterfly pea yang warnanya ungu, kalau dilihat biasa memang warnanya enggak mencolok, tapi begitu diseduh warnanya langsung keluar,” tuturnya. Ia juga menambahkan bahwa bunga rosela mampu memberi warna merah alami yang pekat dan cantik.

Tren penggunaan rempah Nusantara ini sejalan dengan visi Future Menu 2025 yang dirancang oleh UFS. Laporan ini memuat empat tren kuliner utama, salah satunya Culinary Roots, yang menekankan pentingnya pelestarian dan inovasi masakan lokal berbasis budaya.

Gun Gun Handayana, Executive Chef UFS, mengatakan bahwa tren Culinary Roots lahir dari peningkatan minat masyarakat terhadap kuliner yang tak hanya lezat, tetapi juga memiliki kedalaman sejarah dan cerita budaya.

“Tren ini merayakan dan menghidupkan kembali kuliner daerah yang kurang dikenal, dengan mengangkat kekayaan rempah Nusantara dan teknik memasak tradisional,” ujarnya.

Lebih jauh, Gun Gun menyebut laporan ini sebagai ajakan bagi para pelaku kuliner untuk menjaga keaslian rasa sambil tetap berinovasi. Harapannya, agar kekayaan warisan kuliner Indonesia tetap relevan dengan selera konsumen modern, terutama generasi muda.

Tak bisa dimungkiri, ketertarikan Gen Z terhadap makanan yang autentik dan penuh makna kultural menjadi faktor pendorong tren ini. Mereka tak hanya ingin menyantap makanan enak, tapi juga ingin tahu bagaimana cara pembuatannya, bahan-bahan yang digunakan, hingga cerita di baliknya.

Salah satu contoh masakan autentik yang disebut Gun Gun adalah ayam sekam dari Bali. “Itu ayam yang dibungkus daun pisang, dibumbui, ditindih dengan sekam atau gabah, lalu dibakar sampai gabahnya habis,” katanya. Teknik memasak ini memberi cita rasa unik dan aroma asap yang khas.

Selain itu, teknik memasak dengan bambu dan penguburan dalam batu juga termasuk metode tradisional yang masih dapat diadaptasi ke dapur modern profesional. Menurut Gun Gun, hal ini bisa menjadi peluang sekaligus tantangan bagi para chef dan pelaku bisnis makanan.

Empat tren yang diangkat dalam Future Menu 2025 antara lain Street Food Couture, Culinary Roots, Borderless Cuisine, dan Diner Designed. Keempatnya menggambarkan evolusi selera dan harapan konsumen terhadap dunia kuliner.

Laporan ini pertama kali diluncurkan secara regional di Bangkok, Thailand, pada Mei 2025 lalu. Saat itu, UFS Indonesia turut menghadirkan rempah-rempah khas seperti andaliman dan asam cikala dalam sajian ikan arsik dari Sumatera Utara. Antusiasme terhadap rempah khas Indonesia pun sangat tinggi.

“Waktu di Bangkok, semuanya antusias mencium rempah andaliman karena banyak yang belum tahu. Antusiasmenya tinggi,” ujar Raditya Beer, Country Marketing Manager UFS Indonesia.

Kehadiran rempah Nusantara di ajang internasional seperti ini semakin menegaskan posisi Indonesia — dan Asia Tenggara secara keseluruhan — sebagai pusat inovasi kuliner berbasis tradisi. Dalam menghadapi tren masa depan, kekayaan rempah bukan hanya alat masak, melainkan juga identitas yang harus dirayakan dan diwariskan.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

BMKG: Kebumen Waspadai Hujan Siang Hari

BMKG: Kebumen Waspadai Hujan Siang Hari

Erick Thohir Optimistis Jelang Lawan Thailand

Erick Thohir Optimistis Jelang Lawan Thailand

Transportasi Online Diatur Lebih Adil

Transportasi Online Diatur Lebih Adil

Sembako Melonjak di Maros, Pemkab Siapkan Operasi Pasar

Sembako Melonjak di Maros, Pemkab Siapkan Operasi Pasar

Harga Sembako Nasional, Bawang Merah Naik di Jatim

Harga Sembako Nasional, Bawang Merah Naik di Jatim