Harga Batu Bara Kembali Naik

Harga Batu Bara Kembali Naik
Harga Batu Bara Kembali Naik

JAKARTA - Setelah sempat melemah selama dua hari berturut-turut, harga batu bara akhirnya mencatat rebound dengan kenaikan sebesar 2 persen. Pemulihan ini mengindikasikan adanya pergerakan teknikal jangka pendek dari pasar, yang sebelumnya dibayangi tekanan sentimen global terkait permintaan energi.

Pada penutupan perdagangan hari Selasa, 22 Juli 2025 harga batu bara kontrak Agustus di ICE Newcastle naik 2,01 persen ke level US$131,5 per ton. Sebelumnya, harga telah terkoreksi selama dua hari dengan akumulasi penurunan 3,3 persen. Namun, penguatan ini belum sepenuhnya menghapus tekanan yang masih menyelimuti pasar energi, terutama dari sisi permintaan.

Analis pasar energi dari Refinitiv menyebutkan bahwa reli harga tersebut lebih bersifat teknikal, mengingat belum ada katalis fundamental yang benar-benar kuat mendorong harga naik. Namun demikian, sentimen pemulihan musiman dan pembelian dari negara-negara konsumen utama tetap menjadi perhatian.

Baca Juga

Diskon Tiket Kereta Api: Syarat dan Prosedur

Dari sisi data ekspor, Indonesia mencatatkan tren pengiriman batu bara yang stabil ke beberapa negara Asia, termasuk Tiongkok dan India. Kedua negara ini masih mempertahankan posisi sebagai importir terbesar, dengan volume permintaan yang fluktuatif namun tetap tinggi secara historis.

Khusus untuk pasar Tiongkok, pergerakan harga batu bara sangat dipengaruhi oleh regulasi dan intervensi pemerintah dalam menjaga pasokan energi domestik. Pemerintah Tiongkok diketahui terus melakukan kontrol terhadap harga domestik dan aktivitas impor demi menjaga stabilitas pasokan dan inflasi energi.

Selain itu, India pun menunjukkan pola permintaan yang relatif konsisten. Musim panas yang berlangsung lebih lama dari perkiraan menyebabkan lonjakan konsumsi listrik, yang turut mendorong pembelian batu bara termal untuk pembangkit listrik tenaga uap.

Sementara itu, di Eropa, permintaan batu bara masih dalam tekanan karena transisi energi ke sumber yang lebih ramah lingkungan. Namun, sesekali permintaan mengalami lonjakan ketika pembangkit berbasis gas mengalami gangguan pasokan atau harga gas melonjak tinggi.

Pengamat energi global juga menyoroti faktor cuaca sebagai salah satu elemen penentu volatilitas harga batu bara. Di beberapa wilayah Asia, gelombang panas ekstrem menyebabkan peningkatan tajam dalam permintaan listrik untuk pendingin ruangan. Fenomena ini turut berdampak pada peningkatan konsumsi batu bara, meskipun sementara.

Meski rebound terjadi, pelaku pasar tetap mewaspadai sejumlah risiko yang dapat membatasi potensi penguatan lebih lanjut. Salah satunya adalah arah kebijakan moneter Amerika Serikat. Jika The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat, maka penguatan dolar AS berpotensi menekan harga komoditas dalam denominasi USD, termasuk batu bara.

Selain itu, sentimen pelemahan ekonomi global juga terus menghantui. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara maju, ditambah gejolak geopolitik di kawasan Timur Tengah dan Eropa Timur, menjadi faktor-faktor yang menahan laju permintaan energi berbasis fosil.

Kepala riset komoditas dari salah satu perusahaan pialang internasional menyampaikan, “Harga batu bara saat ini berada dalam fase konsolidasi. Meskipun rebound terjadi, tren jangka menengah masih akan ditentukan oleh kondisi makroekonomi dan arah kebijakan energi dari negara-negara konsumen besar.”

Ia menambahkan, saat ini investor dan trader banyak memanfaatkan pergerakan jangka pendek untuk melakukan aksi ambil untung. “Volatilitas tinggi memberikan peluang spekulatif, tapi tetap harus diwaspadai karena faktor fundamental belum sepenuhnya mendukung tren naik,” ujarnya.

Dari sisi produksi, sejumlah perusahaan tambang di Indonesia masih menjalankan kegiatan operasional secara normal, meski beberapa wilayah menghadapi kendala cuaca ekstrem yang dapat mengganggu rantai logistik dan distribusi.

Dalam laporan terkini, Kementerian ESDM mencatat realisasi produksi batu bara hingga pertengahan Juli 2025 telah mencapai lebih dari 60 persen dari target tahunan. Pemerintah juga terus memantau keseimbangan antara kebutuhan ekspor dan pasokan dalam negeri melalui program Domestic Market Obligation (DMO).

Peningkatan harga batu bara saat ini juga menjadi sorotan dari sisi fiskal, mengingat kontribusi royalti dan pajak dari sektor pertambangan menjadi salah satu sumber penerimaan negara yang cukup signifikan.

Beberapa analis pasar juga menyoroti bahwa lonjakan harga batu bara bisa memicu kembali perdebatan mengenai komitmen transisi energi di Indonesia. Meski pemerintah telah menetapkan target Net Zero Emission pada 2060, kenyataannya batu bara masih menjadi tulang punggung kelistrikan nasional.

Pemerintah di sisi lain tengah menyeimbangkan antara kebutuhan energi yang terjangkau dan transisi menuju energi terbarukan. Dalam beberapa forum internasional, Indonesia menegaskan bahwa batu bara akan tetap digunakan secara selektif, sambil mengembangkan teknologi seperti co-firing biomassa dan pembangkit dengan emisi rendah.

Secara keseluruhan, penguatan harga batu bara sebesar 2 persen ini memberikan jeda dari tren pelemahan sebelumnya. Namun, pergerakan ke depan masih akan bergantung pada kombinasi antara faktor teknikal, permintaan global, serta sentimen kebijakan dari negara-negara pengimpor utama.

Pelaku pasar pun disarankan untuk terus memantau dinamika pasar energi, karena fluktuasi harga batu bara tetap sangat sensitif terhadap berbagai faktor eksternal, baik dari sisi geopolitik, ekonomi makro, maupun tren iklim global yang memengaruhi permintaan listrik.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

BMKG: Kebumen Waspadai Hujan Siang Hari

BMKG: Kebumen Waspadai Hujan Siang Hari

Erick Thohir Optimistis Jelang Lawan Thailand

Erick Thohir Optimistis Jelang Lawan Thailand

Transportasi Online Diatur Lebih Adil

Transportasi Online Diatur Lebih Adil

Sembako Melonjak di Maros, Pemkab Siapkan Operasi Pasar

Sembako Melonjak di Maros, Pemkab Siapkan Operasi Pasar

Harga Sembako Nasional, Bawang Merah Naik di Jatim

Harga Sembako Nasional, Bawang Merah Naik di Jatim