Dokter Ingatkan Remaja Rawan Saraf Terjepit

Dokter Ingatkan Remaja Rawan Saraf Terjepit
Dokter Ingatkan Remaja Rawan Saraf Terjepit

JAKARTA - Keluhan saraf terjepit selama ini identik dengan kelompok usia lanjut. Namun kini, fenomena berbeda mulai terlihat: kalangan remaja justru semakin banyak yang mengalami kondisi tersebut. Penyebab utamanya bukan lagi beban kerja fisik berat, melainkan kebiasaan duduk terlalu lama, terutama saat bekerja atau bermain gadget.

Fenomena ini diungkapkan oleh dr. Asrafi Rizki Gatam, spesialis orthopedi tulang belakang dari Eka Hospital BSD Tangerang. Ia menyebutkan bahwa semakin banyak anak muda, bahkan usia belasan tahun, yang datang dengan keluhan khas saraf kejepit akibat gaya hidup tidak sehat.

“Postur dan kebiasaan yang tidak ergonomis menyebabkan kelompok remaja lebih rentan mengalami saraf kejepit. Biasanya terjadi di area lumbar atau tulang belakang bagian bawah yang menyebabkan sakit punggung bagian bawah,” jelas dr. Asrafi.

Baca Juga

iPhone Agustus 2025: Turun Harga, Peluang Ganti Ponsel Makin Menarik

Pernyataan tersebut diperkuat oleh data dari Jurnal Frontiers in Surgery, yang mencatat adanya peningkatan kasus saraf kejepit sebesar 6,8 persen pada anak berusia di bawah 21 tahun. Kasus ini tak hanya terjadi pada satu bagian tubuh saja, namun umumnya menyerang area tulang belakang, leher, dan pergelangan tangan.

Bukan Hanya Duduk Lama, Banyak Faktor Lain Pemicu

Saraf terjepit terjadi ketika jaringan di sekitar saraf seperti ligamen, otot, diskus tulang belakang, atau bahkan pengapuran tulang, menekan saraf tersebut. Tekanan ini bisa menyebabkan berbagai gejala mulai dari ringan hingga berat.

Pada remaja, faktor pemicu sangat beragam. Selain kebiasaan duduk terlalu lama, faktor lain yang meningkatkan risiko adalah obesitas, posisi duduk yang buruk, penggunaan gadget tanpa henti, olahraga berlebihan, hingga riwayat keluarga yang pernah mengalami kondisi serupa.

“Saraf kejepit memang bisa disebabkan berbagai hal. Bahkan trauma atau kecelakaan ringan juga bisa memicu, terutama jika disertai kebiasaan buruk lainnya,” terang dr. Asrafi.

Gejala yang muncul pun bervariasi, dan sering kali diabaikan karena dianggap sepele. Padahal, beberapa di antaranya dapat mengarah ke komplikasi serius bila tidak segera ditangani.

Gejala yang Tidak Boleh Diremehkan

Saraf terjepit biasanya ditandai dengan sensasi kesemutan, nyeri menjalar, rasa panas seperti terbakar, sensasi seperti tersetrum, mati rasa, hingga kelemahan pada anggota tubuh tertentu. Tergantung letak saraf yang terjepit, gejala bisa muncul di tangan, kaki, atau bagian tubuh lain yang dipersarafi oleh saraf tersebut.

“Munculnya gejala akan membantu dokter menentukan di area mana saraf terjepit. Ini penting untuk penanganan lebih lanjut,” jelas dr. Asrafi.

Jika kondisi masih ringan, umumnya saraf kejepit bisa membaik sendiri. Perawatan konservatif seperti peregangan, fisioterapi, penguatan otot, hingga cukup istirahat sangat dianjurkan. Namun, bila keluhan tidak mereda dan kebiasaan tidak berubah, risiko komplikasi bisa meningkat.

Beberapa komplikasi yang mengintai di antaranya mati rasa permanen, lumpuh sebagian anggota tubuh seperti kaki dan tangan, kehilangan kontrol saat buang air kecil atau besar, hingga hilangnya sensasi di area genital.

Ketika Harus Operasi: BESS Jadi Solusi Andal

Pada kondisi yang lebih berat, terutama jika metode konservatif tidak menunjukkan hasil, tindakan operasi menjadi pilihan. Khusus untuk remaja, metode operasi yang minim risiko dan pemulihan cepat menjadi pertimbangan utama.

Salah satu teknik yang kini banyak digunakan adalah BESS (Biportal Endoscopic Spine Surgery), yakni prosedur operasi ultra-minimal invasif dengan dua sayatan kecil berukuran 0,5–0,8 cm. Metode ini memungkinkan dokter menjangkau area saraf dengan lebih presisi dan risiko cedera jaringan lebih minim.

“Metode BESS menggunakan dua sayatan sehingga memungkinkan dokter lebih leluasa dalam menggunakan instrumen bedah, dibandingkan endoskopi biasa yang hanya menggunakan satu sayatan,” ujar dr. Asrafi.

Dengan teknik BESS, pasien remaja yang harus menjalani operasi dapat segera pulih dan kembali ke aktivitas normal tanpa harus mengalami masa pemulihan panjang seperti operasi konvensional.

Mencegah Lebih Baik: Ubah Gaya Hidup Sejak Dini

Kasus meningkatnya saraf terjepit di kalangan remaja seharusnya menjadi peringatan penting. Gaya hidup sedentari dan kebiasaan duduk terlalu lama tanpa peregangan atau aktivitas fisik bisa memberikan dampak buruk jangka panjang pada kesehatan tulang belakang.

Langkah preventif harus dimulai dari hal sederhana, seperti membiasakan duduk dengan postur benar, melakukan peregangan ringan tiap satu jam, menghindari bermain gadget di posisi tengkurap atau duduk membungkuk, serta menjaga berat badan tetap ideal.

“Penting untuk mengenali gejala sejak dini dan mengubah kebiasaan. Jangan tunggu sampai saraf benar-benar terjepit dan menimbulkan komplikasi,” saran dr. Asrafi.

Remaja yang aktif bergerak dan memperhatikan ergonomi tubuh sejak dini akan lebih terlindungi dari risiko saraf terjepit, sekaligus memiliki kualitas hidup lebih baik di masa depan.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Oppo A5 Pro 5G, Smartphone Tahan Banting dengan Fitur AI Canggih

Oppo A5 Pro 5G, Smartphone Tahan Banting dengan Fitur AI Canggih

7 HP Xiaomi yang Dapat Update HyperOS 3 di 2025

7 HP Xiaomi yang Dapat Update HyperOS 3 di 2025

Update Karier Zodiak Kamis Ini: Siapa yang Penuh Peluang?

Update Karier Zodiak Kamis Ini: Siapa yang Penuh Peluang?

WhatsApp Perketat Keamanan Akun Pengguna

WhatsApp Perketat Keamanan Akun Pengguna

Gadget Samsung untuk Produktivitas: Harga Chromebook Agustus 2025

Gadget Samsung untuk Produktivitas: Harga Chromebook Agustus 2025