Harga Batu Bara Berpeluang Naik di Pekan Ini Meski Masih Terjebak Tren Bearish

Harga Batu Bara Berpeluang Naik di Pekan Ini Meski Masih Terjebak Tren Bearish
Harga Batu Bara Berpeluang Naik di Pekan Ini Meski Masih Terjebak Tren Bearish

JAKARTA – Harga batu bara di pasar global menunjukkan penguatan pada akhir pekan lalu, memberikan secercah harapan di tengah tekanan tren bearish yang masih membayangi. Berdasarkan data perdagangan terbaru dari ICE Newcastle, harga batu bara untuk kontrak pengiriman bulan depan ditutup menguat 0,51% menjadi US$ 98 per ton.

Kenaikan ini menandai penguatan mingguan sebesar 2,78% secara point-to-point, sebuah sinyal positif meskipun belum cukup untuk membalikkan pelemahan dalam jangka waktu yang lebih panjang. Dalam sebulan terakhir, harga batu bara tercatat masih mengalami koreksi sebesar 1,41%. Bahkan secara year-to-date (YtD), komoditas energi ini telah mengalami penurunan signifikan sebesar 21,76%, dan lebih jauh lagi 32,69% dalam kurun waktu satu tahun terakhir.

Faktor Penggerak Harga: Gas Alam dan Sentimen Perdagangan Global

Baca Juga

Indonesia dan Jepang Teken Proyek Panas Bumi Rp 8,2 Triliun di Sumatera Barat, Dukung Transisi Energi Hijau

Penguatan harga batu bara ini tidak datang secara tiba-tiba. Salah satu faktor yang memberikan dorongan adalah kenaikan harga gas alam yang terjadi di pasar Eropa. Berdasarkan data pekan lalu, harga gas alam di pasar TTF Belanda meningkat 0,59%, sementara di pasar Inggris mengalami kenaikan 2,77%.

Kenaikan harga gas ini berdampak langsung pada naiknya insentif substitusi ke batu bara sebagai sumber energi, khususnya di sektor pembangkit listrik. Ketika gas alam menjadi lebih mahal, banyak negara, terutama di Eropa dan Asia, beralih menggunakan batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.

Menurut laporan Bloomberg News, tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China mulai mereda, setelah muncul sinyal dari kedua pihak untuk membuka kembali ruang negosiasi.

“Pihak AS mengirimkan sejumlah pesan ke China dengan maksud untuk membuka dialog. China tengah mengkaji soal ini,” demikian pernyataan resmi dari Kementerian Perdagangan China yang dikutip Bloomberg.

Meredanya ketegangan perang dagang ini menjadi sentimen positif bagi pertumbuhan ekonomi global. Perdagangan internasional yang lebih lancar akan mendorong aktivitas industri dan pada akhirnya menaikkan konsumsi energi dunia. Hal inilah yang kemudian memberi sentimen positif pada harga komoditas energi seperti gas dan batu bara.

Analisis Teknikal: Harga Masih Rentan Koreksi

Meski sempat menguat, secara teknikal harga batu bara masih dalam tekanan. Berdasarkan indikator Relative Strength Index (RSI) dalam kerangka waktu mingguan, harga batu bara berada di level 28,95, jauh di bawah level netral 50. Ini mengindikasikan bahwa aset tersebut berada dalam kondisi bearish.

Lebih lanjut, indikator Stochastic RSI mencatat angka 17,31, yang berarti telah memasuki wilayah oversold atau jenuh jual. Ini menandakan potensi teknikal untuk terjadi pembalikan arah (rebound), namun tidak serta-merta menjamin reli lanjutan jika tidak didukung oleh sentimen fundamental.

Indikator Average True Range (ATR) selama 14 hari berada di level 3,75, menunjukkan bahwa volatilitas harga masih cukup tinggi. Dengan kata lain, fluktuasi harga yang tajam masih sangat mungkin terjadi dalam waktu dekat.

Proyeksi Harga: Resisten dan Support Kunci

Saat ini harga batu bara telah menyentuh Moving Average (MA)-10, yang menjadi penentu arah pergerakan harga jangka pendek. Target resisten terdekat diproyeksikan berada di MA-20, yakni US$ 107 per ton. Jika level ini berhasil ditembus, maka batu bara berpeluang masuk ke fase konsolidasi bullish jangka pendek.

Namun di sisi lain, support kuat terdekat ada di level US$ 96 per ton. Jika level ini gagal dipertahankan, harga berpotensi terkoreksi lebih dalam hingga ke US$ 91 per ton. Level ini menjadi titik krusial yang menentukan apakah batu bara bisa bertahan di kisaran psikologis US$ 90 atau kembali terperosok lebih dalam.

Faktor Risiko: Fundamental Masih Lemah

Walaupun ada potensi teknikal untuk pemulihan harga, namun kondisi fundamental batu bara global masih menunjukkan tekanan yang cukup berat. Permintaan dari China, sebagai konsumen terbesar batu bara dunia, masih belum menunjukkan pemulihan signifikan. Pasokan domestik yang melimpah serta transisi energi ke sumber yang lebih bersih turut menekan permintaan impor dari negara tersebut.

Selain itu, kebijakan dekarbonisasi di banyak negara industri juga mempercepat peralihan ke energi terbarukan, memotong konsumsi batu bara secara bertahap. Hal ini menjadi faktor struktural yang dapat menahan reli harga batu bara dalam jangka menengah hingga panjang.

Komentar Analis: Ada Potensi Tekanan Lanjutan

Sejumlah analis memperkirakan bahwa harga batu bara masih akan bergerak fluktuatif dalam beberapa pekan ke depan. Dimas Ananda, analis komoditas dari PT Trimegah Sekuritas Indonesia, menyebutkan bahwa kenaikan pekan lalu lebih banyak disebabkan faktor teknikal dan spekulasi pasar.

“Kenaikan harga gas memang memberikan sedikit angin segar untuk batu bara, tapi secara fundamental belum ada katalis besar yang bisa mengangkat harga ke atas US$ 110 per ton dalam waktu dekat,” ujarnya.

Ia menambahkan, “Selama tidak ada lonjakan permintaan dari China atau gangguan pasokan besar-besaran, harga batu bara kemungkinan akan bergerak di kisaran US$ 90–105 per ton.”

Waspadai Fluktuasi dan Volatilitas Tinggi

Harga batu bara pekan ini berpeluang melanjutkan penguatan jika didukung oleh kenaikan harga gas dan sentimen perdagangan global yang lebih kondusif. Namun, kondisi teknikal masih menunjukkan sinyal bearish dengan RSI dan Stochastic RSI yang rendah.

Investor dan pelaku industri diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi koreksi, terutama jika harga gagal menembus level resisten US$ 107 per ton. Faktor eksternal seperti kebijakan energi China, pergerakan harga gas, dan ketegangan geopolitik tetap menjadi kunci arah harga batu bara dalam waktu dekat.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Gas Fosil Dinilai Bukan Solusi Transisi Energi, Greenpeace dan Celios Desak Pemerintah Fokus ke Energi Terbarukan

Gas Fosil Dinilai Bukan Solusi Transisi Energi, Greenpeace dan Celios Desak Pemerintah Fokus ke Energi Terbarukan

Pertamina Hulu Energi Catatkan Produksi Migas 1,043 Juta Barel per Hari di Kuartal I 2025

Pertamina Hulu Energi Catatkan Produksi Migas 1,043 Juta Barel per Hari di Kuartal I 2025

Ketika Listrik Padam: Ancaman Nyata bagi Dunia Digital yang Bergantung pada Energi

Ketika Listrik Padam: Ancaman Nyata bagi Dunia Digital yang Bergantung pada Energi

Petani Binaan BAZNAS Garut Inovasi Gunakan Daun Aren Gantikan Polybag Plastik: Solusi Ramah Lingkungan dan Hemat Biaya

Petani Binaan BAZNAS Garut Inovasi Gunakan Daun Aren Gantikan Polybag Plastik: Solusi Ramah Lingkungan dan Hemat Biaya

Pemerintah Siapkan Regulasi Sumur Minyak Rakyat, Berpotensi Tambah Produksi Hingga 20.000 Barel per Hari

Pemerintah Siapkan Regulasi Sumur Minyak Rakyat, Berpotensi Tambah Produksi Hingga 20.000 Barel per Hari