Program Petani Keren: Memberdayakan Generasi Penerus Wiratani Indonesia Demi Ketahanan Pangan Berkelanjutan
- Jumat, 30 Mei 2025

JAKARTA - Indonesia menghadapi tantangan serius terkait regenerasi petani yang semakin menua. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan hampir 80 persen petani Indonesia berusia di atas 40 tahun, mayoritas adalah petani kecil yang masih terbatas akses terhadap teknologi dan pengetahuan pertanian modern. Sementara itu, minat anak muda terhadap dunia pertanian terus menurun, banyak yang lebih memilih bekerja di perkotaan yang dianggap lebih menjanjikan secara ekonomi.
Situasi ini menjadi ancaman bagi ketahanan pangan nasional, mengingat sektor pertanian masih menjadi tulang punggung penyedia lapangan kerja terbesar di Indonesia. Untuk itu, pemerintah bersama Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan dukungan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) meluncurkan program inovatif bertajuk Petani Keren pada Oktober 2024.
“Populasi usia kerja Indonesia yang terus meningkat menjadi kekuatan besar dalam memajukan sektor agripangan. Sektor ini masih menjadi penyedia lapangan kerja terbesar di Indonesia, dengan jumlah pekerja mencapai 45 juta orang atau hampir seperempat dari angkatan kerja. Namun, tantangannya adalah untuk membuat sektor ini lebih produktif dan menarik, terutama bagi mereka yang berusia 18-40 tahun,” jelas Idha Widi Arsanti, Ketua Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian.
Baca Juga
Menurut Idha, untuk memaksimalkan potensi demografi ini, diperlukan perubahan paradigma yang radikal: pertanian tidak lagi hanya sebagai pekerjaan ‘cadangan’ atau ‘tradisional’, tetapi sebagai ladang bisnis yang dinamis, inovatif, dan berorientasi teknologi.
“Melalui inisiatif seperti program Petani Keren, kami ingin memberdayakan kaum muda dengan keterampilan, pola pikir, dan sarana yang mereka butuhkan untuk berkembang sebagai agen perubahan di komunitas mereka dan sistem agripangan yang lebih luas,” tambah Idha.
Asal-usul Program Petani Keren
Program ini bermula dari gagasan delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Kepala Staf Kepresidenan saat itu, Moeldoko, pada Forum Pangan Dunia (World Food Forum, WFF) 2023 di kantor pusat FAO, Roma, Italia. Dalam pertemuan bilateral, Direktur Jenderal FAO, QU Dongyu, menyatakan komitmen kuat untuk mendukung Indonesia dalam mengimplementasikan program regenerasi petani ini.
Dalam waktu kurang dari setahun, komitmen tersebut terwujud dalam bentuk program pengembangan kapasitas intensif yang menargetkan anak muda dari seluruh Indonesia. Program ini menggabungkan pendidikan teori dan praktik lapangan tentang sistem pertanian inovatif mulai dari pemetaan permintaan pasar lokal, penerapan teknik pertanian adaptif, hingga pengolahan hasil pertanian menjadi produk bernilai tambah.
Fokus Program: Membangun Agripreneur Muda
Menurut Rajendra Aryal, Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, “Kolaborasi ini bertujuan untuk membina bukan hanya lebih banyak petani, tetapi lebih banyak petani ‘keren’—mereka yang masih muda, berjiwa wirausaha, dan mengikuti perkembangan teknologi terkini.”
Rajendra juga mengakui bahwa selama ini pekerjaan di sektor agripangan sering dianggap sebagai pekerjaan kasar, kuno, dan kurang menguntungkan. Namun, generasi muda yang kreatif dan inovatif punya potensi besar untuk mengubah sektor ini menjadi lebih modern dan kompetitif.
Pelatihan Angkatan Pertama: Dampak Nyata bagi Peserta
Pelatihan angkatan pertama program Petani Keren baru saja selesai, melibatkan 38 anggota Pramuka berusia 18-30 tahun dari wilayah Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Salah satu peserta, Putri Puspaningrum, 24 tahun, koordinator KELAPA Agripreneur—kelompok pemuda tani Pramuka Nasional di Jakarta—menyampaikan apresiasinya atas pelatihan ini.
“Apa yang dulunya dianggap sebagai bidang yang kurang menjanjikan kini menawarkan berbagai kemungkinan karier. Saya berharap bisa menunjukkan peluang ini kepada anak-anak muda di kota kelahiran saya, Bogor, di mana masih banyak yang berusaha keras untuk mendapatkan pekerjaan,” ujar Putri.
Putri pun berkomitmen untuk mengintegrasikan pengetahuan terbaru yang didapat dari pelatihan ke dalam kurikulum KELAPA Agripreneur, sehingga anggota Pramuka di berbagai tingkatan usia dapat lebih tertarik dan percaya diri untuk terjun ke dunia pertanian modern.
Teknologi dan Smart Farming: Masa Depan Pertanian Indonesia
Salah satu inovasi yang diperkenalkan dalam program ini adalah konsep smart farming yang mengintegrasikan teknologi digital dengan metode pertanian permakultur dan semi-intensif. Pendekatan ini memungkinkan petani muda menghasilkan panen lebih besar dengan penggunaan sumber daya yang efisien dan dampak lingkungan minimal.
Fasilitas pelatihan ini telah dibangun di Jakarta, di bawah naungan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, yang juga menjadi rumah bagi KELAPA Agripreneur. Di sana, peserta belajar teknik modern seperti penggunaan rumah kaca, sistem irigasi terkendali, serta manajemen pertanian berbasis data.
Salah satu lulusan program, Muhammad Abi Fata, 23 tahun, yang kini memulai usaha agribisnis di Sukabumi, Jawa Barat, menceritakan pengalamannya. Abi mengatakan, “Sebelum program ini, pengetahuan saya tentang pertanian terbatas pada kegiatan di lahan. Sekarang saya dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan rencana bisnis yang memaksimalkan potensi tanaman lokal, seperti tanaman kelor di Sukabumi.”
Abi juga menyoroti pentingnya akses ke pasar bagi petani muda. “Orang tua saya yang petani sering kali ragu agar saya terjun ke bidang ini karena keterbatasan akses pasar. Namun, dengan inovasi dan teknologi yang saya pelajari, saya optimis bisa menavigasi bisnis pertanian dengan lebih baik,” jelasnya.
Perluasan Program dan Dampak Nasional
Program Petani Keren akan terus dikembangkan dengan memperluas pusat pelatihannya ke berbagai daerah strategis, salah satunya Lampung, yang dikenal sebagai salah satu sentra produksi kelapa, pisang, beras, dan kopi nasional. Dengan basis produksi yang kuat, Lampung dipandang sebagai lokasi ideal untuk menumbuhkan generasi agripreneur muda yang lebih luas.
Para lulusan program ini juga akan menjadi bagian dari cabang Indonesia dari World Food Forum (WFF), jaringan pemuda nasional yang berafiliasi dengan 20 negara lain. Melalui jaringan ini, mereka dapat saling bertukar ide, pengetahuan, dan menjalin kolaborasi internasional, memperkuat inovasi di sektor agripangan.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.