Temuan Gas Raksasa PHE di Sulawesi Tengah Siap Dongkrak Kinerja Industri Manufaktur Nasional
- Rabu, 11 Juni 2025

JAKARTA — Temuan cadangan gas raksasa oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE) di Sulawesi Tengah menjadi angin segar bagi industri manufaktur nasional. Dengan potensi mencapai 548 miliar kaki kubik, penemuan ini diyakini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan energi sektor industri, khususnya sektor manufaktur yang tengah menunjukkan tren pertumbuhan positif di tengah perlambatan ekonomi global.
Langkah eksplorasi ini menegaskan komitmen PHE, sebagai subholding upstream PT Pertamina (Persero), dalam memperkuat ketahanan energi nasional serta mendukung target pemerintah dalam mewujudkan transisi energi menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dukungan Besar Bagi Industri Manufaktur
Baca JugaRumah Murah di Cilacap Mulai Rp130 Juta, Ini 5 Pilihan Menarik untuk Investasi atau Hunian Keluarga
Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara, menilai bahwa temuan cadangan gas PHE tersebut akan menjadi solusi bagi kebutuhan gas yang terus meningkat, terutama dari sektor industri manufaktur yang semakin berkembang.
“Saya kira penemuan gas yang sangat besar ini menjadi bukti nyata komitmen Pertamina Hulu Energi (PHE) untuk terus mendorong dan memenuhi ketersediaan gas industri. Ini langkah strategis untuk mendukung kemajuan sektor manufaktur nasional,” ujar Marwan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 melambat menjadi 4,87%, namun sektor industri pengolahan tetap tumbuh impresif dengan angka 4,55% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan tertinggi ditorehkan oleh subsektor industri logam dasar yang mencatatkan kenaikan 14,47%.
Pertumbuhan industri pengolahan ini tentunya membawa implikasi pada kebutuhan energi primer, terutama gas bumi, yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar utama maupun bahan baku proses produksi oleh berbagai perusahaan manufaktur.
“Pertumbuhan industri jelas akan meningkatkan kebutuhan terhadap gas bumi. Apalagi gas adalah energi bersih yang terus didorong pemerintah sebagai bagian dari transisi energi menuju lingkungan yang lebih baik,” tambah Marwan.
Selain itu, harga gas untuk industri juga masih berada dalam pengawasan pemerintah, dengan tujuan agar pelaku industri tetap bisa mendapatkan pasokan energi dengan biaya yang efisien dan kompetitif.
Ketersediaan Gas Jadi Kunci Daya Saing Industri
Pertumbuhan sektor industri tidak akan optimal tanpa didukung oleh pasokan energi yang memadai. Menurut Marwan, tingginya permintaan gas industri juga tercermin dari banyaknya Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) yang diteken, baik oleh perusahaan swasta, asing, maupun BUMN, termasuk oleh PHE sendiri yang menjadi salah satu kontributor utama dalam penyediaan gas nasional.
Namun demikian, ia mengingatkan bahwa komitmen besar PHE dalam menjaga pasokan energi nasional perlu diiringi dukungan konkret dari pemerintah. Salah satunya melalui penyederhanaan proses perizinan yang selama ini dianggap menjadi hambatan utama dalam sektor hulu minyak dan gas bumi (migas).
“Siapa pun itu, baik asing maupun Pertamina, pasti tidak akan mau berbisnis di sektor hulu migas kalau perizinan masih berbelit. Ini harus segera ditertibkan,” tegasnya.
Menurut Marwan, penyederhanaan proses perizinan usaha hulu migas menjadi langkah prioritas agar pelaku usaha lebih bergairah melakukan kegiatan eksplorasi, terutama untuk gas bumi yang sangat dibutuhkan oleh sektor industri nasional.
Desakan Penyederhanaan Perizinan
Agar komitmen PHE dalam menyediakan gas industri dapat berjalan optimal, Marwan mendesak agar Presiden Prabowo Subianto turun tangan langsung untuk mempercepat reformasi birokrasi di sektor energi. Salah satu opsi yang diajukan Marwan adalah penerbitan Instruksi Presiden (Inpres) untuk mendorong percepatan penyederhanaan izin usaha hulu migas.
“Kementerian Investasi/BKPM harus mengoptimalkan perannya agar hal ini tidak menjadi hambatan. Kalau perlu ada Inpres dari Presiden Prabowo untuk mendorong gas untuk industri ini agar semua perizinan dipercepat,” tegas Marwan.
Dukungan terhadap penyederhanaan regulasi juga sempat disampaikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto saat membuka Konvensi dan Pameran Tahunan ke-49 Indonesian Petroleum Association (IPA Convex) 2025. Pada kesempatan itu, Prabowo menegaskan pentingnya reformasi regulasi di sektor energi guna mendorong iklim investasi yang lebih baik serta memperkuat posisi Indonesia dalam kancah energi global.
“Pemerintah menyadari bahwa dunia usaha memerlukan kemudahan regulasi agar dapat berkembang optimal. Oleh karena itu, penyederhanaan perizinan menjadi salah satu prioritas dalam kebijakan energi nasional,” kata Presiden Prabowo dalam sambutannya.
Tren Positif Eksplorasi PHE
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, kinerja eksplorasi PHE menunjukkan tren yang sangat positif. Tingkat pertumbuhan eksplorasi migas yang dilakukan PHE mencapai rata-rata 37% per tahun. Selama periode tersebut, PHE juga berhasil mendapatkan delapan wilayah kerja eksplorasi baru yang semakin memperluas portofolio bisnisnya di sektor hulu migas.
Langkah agresif ini menjadi bagian dari strategi Pertamina dalam mendorong produksi migas nasional agar dapat memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, sekaligus menurunkan ketergantungan terhadap impor gas.
Temuan gas baru di Sulawesi Tengah dengan potensi 548 miliar kaki kubik menjadi salah satu pencapaian penting dalam perjalanan eksplorasi PHE. Cadangan sebesar ini diproyeksikan dapat memberikan kontribusi signifikan untuk kebutuhan gas industri, termasuk sektor manufaktur, yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Dorongan Terhadap Industri Ramah Lingkungan
Dengan meningkatnya kebutuhan energi bersih di berbagai industri, pasokan gas bumi menjadi sangat krusial. Selain efisien secara biaya, gas bumi juga lebih ramah lingkungan dibandingkan sumber energi fosil lainnya, seperti batu bara atau minyak mentah.
Penggunaan gas bumi juga selaras dengan komitmen Indonesia dalam mendukung target Net Zero Emission (NZE) 2060 yang telah dicanangkan pemerintah. Oleh sebab itu, keberhasilan eksplorasi gas oleh PHE akan menjadi salah satu faktor kunci dalam percepatan transisi energi Indonesia menuju masa depan berkelanjutan.
“Gas itu jauh lebih ramah lingkungan. Dan pemerintah juga masih mengontrol harga agar industri tetap bisa tumbuh secara efisien. Ini penting untuk daya saing industri kita di pasar global,” pungkas Marwan.
Dengan dukungan kebijakan yang lebih progresif, optimalisasi investasi di sektor energi, serta penguatan sinergi antara BUMN dan pemerintah, Indonesia optimistis dapat terus memperkuat posisi sektor industri manufaktur sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.