Puluhan Hektare Tembakau di Jombang Terendam Banjir, Petani Terpaksa Panen Dini dan Rugi Puluhan Juta Rupiah

Puluhan Hektare Tembakau di Jombang Terendam Banjir, Petani Terpaksa Panen Dini dan Rugi Puluhan Juta Rupiah
Puluhan Hektare Tembakau di Jombang Terendam Banjir, Petani Terpaksa Panen Dini dan Rugi Puluhan Juta Rupiah

JAKARTA - Cuaca ekstrem yang terjadi beberapa pekan terakhir mengakibatkan bencana bagi para petani tembakau di wilayah utara Brantas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Puluhan hektare lahan tembakau terendam banjir, memaksa para petani melakukan panen dini agar bisa menyelamatkan hasil tanam, meski kondisi tembakau jauh dari ideal.

Salah satu petani tembakau yang terdampak, Budanto Setiawan (42), warga Dusun Mabul, Desa Sidokaton, Kecamatan Kudu, mengaku terpaksa memanen tanaman tembakaunya lebih awal. Tembakau milik Budanto yang seharusnya baru berusia sekitar 1,5 bulan itu terpaksa dicabut akibat terendam air banjir.

"Iya ini memang belum waktunya panen, tapi dipanen dini agar tidak makin rugi," ujar Budanto.

Baca Juga

5 Rekomendasi Rumah Murah di Garut Mulai Rp148 Juta, Cocok untuk Milenial dan Keluarga Muda

Budanto menambahkan, banjir yang menggenangi lahannya menyebabkan tanaman tembakau layu dan batangnya membusuk. Kondisi itu membuat tanaman tembakau tak lagi bisa berkembang secara optimal, sehingga satu-satunya pilihan adalah memanen lebih dini.

"Karena sudah tidak bisa berkembang lagi, jadi ya seadanya saja diambil," imbuhnya.

Lebih memprihatinkan, Budanto menyebut bahwa sekitar 95 persen dari total lahan pertanian tembakau di desanya juga mengalami kerusakan serupa. Sebagian petani lain juga memilih untuk panen dini, sementara ada pula yang harus merelakan tanaman tembakaunya mati total lantaran masih berusia muda.

"Ada yang sempat panen dini seperti saya, tapi ada juga yang masih kecil baru berusia beberapa minggu, tapi semuanya mati," ucapnya.

Kerugian yang dialami Budanto pun tidak sedikit. Untuk mengelola lahan tembakau seluas 1,5 hektare, ia telah menghabiskan biaya tanam sebesar Rp30-40 juta. Ironisnya, hasil panen dini ini diprediksi hanya akan menghasilkan sekitar 1 ton tembakau. Padahal, dalam kondisi normal, dari lahan seluas itu Budanto biasanya bisa memanen hingga 10 ton tembakau kering.

"Hancur, Mas. Ini bisa dapat 1 ton saja sudah bagus, kualitasnya juga tidak maksimal karena belum waktunya," ungkap Budanto dengan nada sedih.

Tak hanya kerugian secara finansial, kualitas tembakau hasil panen dini ini pun jauh di bawah standar. Biasanya, tembakau yang dipanen sesuai waktu memiliki kualitas yang baik untuk industri pengolahan rokok atau cerutu. Namun dengan kondisi saat ini, Budanto berencana memproses hasil panennya menjadi tembakau hitam, agar tetap bisa memiliki nilai jual meskipun rendah.

"Ya nanti mungkin dibuat tembakau hitam, bisa dicampur dengan tetes," ujarnya.

Fenomena kerusakan tanaman tembakau akibat banjir tidak hanya terjadi di Desa Sidokaton. Puluhan hektare lahan tembakau di kawasan utara Brantas Jombang mengalami nasib serupa. Bahkan, dari data terakhir yang diterima Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, potensi kerugian diperkirakan sangat besar.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang menyatakan pihaknya masih melakukan pendataan terhadap total luas lahan tembakau yang terdampak. Namun dari laporan sementara yang masuk, diketahui bahwa baru sekitar 25 persen atau 1.525 hektare dari target 6.100 hektare luas tanam tembakau tahun ini yang sudah ditanami oleh para petani.

"Memang sebagian besar laporan kerusakan tanaman tembakau ini terjadi di wilayah Kecamatan Kabuh dan sekitarnya. Kami masih mendata untuk memastikan total kerugian petani," jelas perwakilan dari Dinas Pertanian Jombang.

Musim tanam tembakau tahun ini memang sudah diprediksi penuh tantangan. Curah hujan yang seharusnya berakhir menjelang pertengahan tahun, justru masih terus mengguyur wilayah Jombang dan sekitarnya. Akibatnya, banyak petani yang menanam tembakau lebih lambat dari biasanya atau bahkan memilih untuk tidak menanam sama sekali karena khawatir gagal panen.

"Kan saya sudah empat kali ini menanam, sebelumnya juga gagal terus kena hujan. Perawatannya juga lebih mahal karena musim hujan ini," keluh Budanto.

Kondisi tersebut membuat banyak petani di wilayah utara Brantas Jombang menghadapi dilema besar. Di satu sisi, menunda tanam berarti kehilangan momentum musim tanam tembakau yang terbatas. Di sisi lain, memaksakan menanam berisiko tinggi mengalami gagal panen seperti yang terjadi sekarang.

Dalam jangka pendek, para petani berharap ada solusi dari pemerintah, baik dalam bentuk bantuan bibit ulang, subsidi pupuk, atau bantuan langsung tunai untuk meringankan kerugian. Selain itu, perlindungan asuransi pertanian menjadi salah satu langkah yang mendesak untuk diterapkan secara menyeluruh guna mengurangi dampak kerugian jika gagal panen kembali terjadi.

"Harapannya pemerintah bisa bantu kami petani kecil ini. Sudah empat kali tanam gagal, rugi terus. Kalau ada asuransi pertanian atau bantuan modal lagi, kami bisa mulai tanam ulang," pungkas Budanto.

Dengan ancaman perubahan iklim yang semakin tak menentu, petani tembakau di Jombang membutuhkan perhatian lebih serius agar tidak terus-menerus menjadi korban cuaca ekstrem yang melanda setiap tahunnya.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Minyak Jelantah Jadi Sumber Rupiah Bagi Ibu Ibu PKK Batang, Dukung Ekonomi Keluarga dan Lingkungan

Minyak Jelantah Jadi Sumber Rupiah Bagi Ibu Ibu PKK Batang, Dukung Ekonomi Keluarga dan Lingkungan

Harga BBM Non Subsidi Turun Mulai Juni 2025, Pertamax Jadi Lebih Murah, BBM Subsidi Tetap Stabil

Harga BBM Non Subsidi Turun Mulai Juni 2025, Pertamax Jadi Lebih Murah, BBM Subsidi Tetap Stabil

Tingkatkan Literasi Digital Petani, Rohul Siap Wujudkan Perkebunan Sawit Berkelanjutan

Tingkatkan Literasi Digital Petani, Rohul Siap Wujudkan Perkebunan Sawit Berkelanjutan

Cari Rumah Murah Dekat Semarang, Ini 5 Rekomendasi Rumah Subsidi Harga Mulai Rp150 Jutaan di Ungaran Timur

Cari Rumah Murah Dekat Semarang, Ini 5 Rekomendasi Rumah Subsidi Harga Mulai Rp150 Jutaan di Ungaran Timur

Bumi Mas Wahyu Platinum Residence, Perumahan Subsidi Eksklusif dengan Sport Center Pertama di Tulungagung

Bumi Mas Wahyu Platinum Residence, Perumahan Subsidi Eksklusif dengan Sport Center Pertama di Tulungagung