Kaltim Genjot Energi Terbarukan, Limbah Sapi Jadi Sumber Biogas Pengganti LPG

Kaltim Genjot Energi Terbarukan, Limbah Sapi Jadi Sumber Biogas Pengganti LPG
Kaltim Genjot Energi Terbarukan, Limbah Sapi Jadi Sumber Biogas Pengganti LPG

JAKARTA - Upaya Kalimantan Timur (Kaltim) menuju kemandirian energi semakin nyata dengan pengembangan energi terbarukan berbasis limbah ternak. Program biogas dari limbah sapi kini menjadi salah satu prioritas Pemerintah Provinsi Kaltim dalam rangka memperkuat ketahanan energi sekaligus mendukung pertanian berkelanjutan.

Program yang digagas Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim ini merupakan bentuk nyata transisi energi dari sumber energi fosil menuju energi bersih. Tidak hanya menggantikan kebutuhan gas LPG untuk memasak, instalasi biogas ini juga menghasilkan produk sampingan berupa pupuk organik, baik cair maupun padat, yang bisa langsung dimanfaatkan petani setempat.

Langkah strategis ini dilakukan melalui sinergi antara Dinas ESDM dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim. Dengan memanfaatkan limbah dari peternakan sapi, masyarakat di beberapa wilayah Kaltim kini bisa memasak tanpa perlu membeli LPG.

Baca Juga

5 Rekomendasi Rumah Murah di Garut Mulai Rp148 Juta, Cocok untuk Milenial dan Keluarga Muda

“Selama sapinya masih ada, gas akan terus tersedia. Ini sangat membantu masyarakat, apalagi di daerah-daerah yang sulit dijangkau distribusi gas LPG,” ungkap Elly Luchritia Nova, Kepala Bidang Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Konservasi Energi Dinas ESDM Kalimantan Timur.

575 Unit Biogas Rumah Tangga Terpasang Sejak 2012

Sejak program ini pertama kali diluncurkan pada 2012, setidaknya sudah ada 575 unit instalasi biogas skala rumah tangga yang terpasang di berbagai wilayah Kalimantan Timur. Setiap instalasi biogas ini dilengkapi satu unit kompor dan satu unit rice cooker khusus untuk penggunaan biogas, sehingga kebutuhan memasak sehari-hari bisa terpenuhi secara mandiri.

Menariknya, hanya dengan memelihara minimal tiga ekor sapi, seorang peternak sudah bisa menghasilkan cukup gas untuk kebutuhan memasak harian seluruh anggota keluarga. Secara ekonomi, biaya yang dikeluarkan jauh lebih hemat dibandingkan membeli tabung LPG secara rutin.

“Program biogas ini betul-betul mendukung ekonomi keluarga, khususnya peternak. Mereka bisa hemat pengeluaran untuk beli gas dan pupuk,” jelas Nova.

Menghasilkan Pupuk Organik: Petani Tak Perlu Lagi Beli Pupuk

Keunggulan lain dari program biogas ini adalah produk sampingan berupa pupuk organik, baik dalam bentuk cair maupun padat. Limbah kotoran ternak yang sebelumnya hanya dibuang begitu saja kini bisa dimanfaatkan menjadi dua produk penting sekaligus: energi gas dan pupuk.

Para petani di Kecamatan Long Kali dan Long Ikis, Kabupaten Paser, menjadi salah satu kelompok yang telah merasakan manfaat ganda dari penggunaan biogas. Tidak hanya terbebas dari biaya membeli gas LPG, para petani di sana juga tidak perlu lagi membeli pupuk tambahan untuk kebutuhan kebun dan sawah mereka.

“Di tempat kami, kotoran ternak yang biasanya cuma jadi limbah, sekarang justru membantu produksi pertanian. Jadi hemat gas, hemat pupuk juga,” kata salah satu petani di Long Ikis.

Ketersediaan pupuk organik yang dihasilkan dari proses biogas ini diyakini mampu meningkatkan produktivitas pertanian masyarakat, sekaligus mendukung program pertanian berkelanjutan di wilayah tersebut.

Fokus di 6 Daerah, Siap Kembangkan Skala Besar

Saat ini, program biogas berbasis limbah ternak masih terkonsentrasi di enam kabupaten/kota di Kalimantan Timur, yakni Kutai Barat, Paser, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, Berau, dan Bontang.

Namun, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya energi terbarukan, Dinas ESDM Kaltim telah menyiapkan rencana pengembangan instalasi biogas dalam skala lebih besar. Pada tahun ini, instalasi biogas berkapasitas tujuh meter kubik per unit akan mulai dibangun di 30 desa yang tergabung dalam program Desa Korporasi Ternak (PDKT).

“Skala besar ini kami garap tahun ini melalui kolaborasi dengan program PDKT. Kapasitasnya lebih besar, dan distribusi gasnya bisa melalui jaringan pipa ke rumah warga sekitar atau menggunakan kantong gas portabel,” jelas Nova.

Rencana pengembangan ini dipandang sebagai langkah strategis untuk memenuhi kebutuhan energi bersih di tingkat desa. Dengan skala produksi yang lebih besar, biogas tidak hanya dapat digunakan oleh peternak pemilik instalasi, tetapi juga bisa disalurkan ke warga sekitar, sehingga manfaatnya dapat dirasakan lebih luas oleh masyarakat desa.

Tantangan: Ketersediaan Limbah Ternak

Meski potensi pengembangan biogas dari limbah ternak sangat besar, program ini masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satu kendala utama adalah ketersediaan limbah ternak itu sendiri. Jika sapi yang menjadi sumber limbah dijual oleh peternak, otomatis pasokan bahan baku untuk biogas akan berkurang.

“Kalau ada sapinya, pasti bisa dimanfaatkan maksimal. Tapi kalau sapinya dijual semua, produksi gasnya jelas berkurang,” ujar Nova.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah daerah bersama perangkat desa dan kelompok peternak setempat terus memberikan edukasi terkait manfaat jangka panjang beternak sapi, tidak hanya dari sisi penjualan daging, tetapi juga sebagai sumber energi mandiri.

Eksplorasi Potensi Biogas dari Limbah Babi

Selain memanfaatkan limbah sapi, Dinas ESDM Kaltim juga tengah menjajaki pengembangan biogas berbasis limbah babi. Hal ini dilakukan mengingat potensi limbah ternak babi di beberapa wilayah cukup tinggi dan diyakini dapat menjadi sumber energi baru yang efektif.

“Selain sapi, kami juga menjajaki limbah babi, karena produksinya tinggi dan potensial untuk dikembangkan, terutama di wilayah dengan populasi ternak babi yang besar,” imbuh Nova.

Dengan pengembangan energi berbasis limbah ternak ini, Kalimantan Timur menunjukkan komitmen serius dalam mendukung transisi energi nasional menuju energi bersih dan ramah lingkungan. Ke depan, program biogas tidak hanya akan menopang kebutuhan energi rumah tangga, tetapi juga menjadi bagian penting dari ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan di Bumi Etam.

Langkah ini sekaligus memperkuat posisi Kaltim sebagai salah satu daerah yang aktif mengembangkan energi baru terbarukan di Indonesia, mendukung target pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Minyak Jelantah Jadi Sumber Rupiah Bagi Ibu Ibu PKK Batang, Dukung Ekonomi Keluarga dan Lingkungan

Minyak Jelantah Jadi Sumber Rupiah Bagi Ibu Ibu PKK Batang, Dukung Ekonomi Keluarga dan Lingkungan

Harga BBM Non Subsidi Turun Mulai Juni 2025, Pertamax Jadi Lebih Murah, BBM Subsidi Tetap Stabil

Harga BBM Non Subsidi Turun Mulai Juni 2025, Pertamax Jadi Lebih Murah, BBM Subsidi Tetap Stabil

Tingkatkan Literasi Digital Petani, Rohul Siap Wujudkan Perkebunan Sawit Berkelanjutan

Tingkatkan Literasi Digital Petani, Rohul Siap Wujudkan Perkebunan Sawit Berkelanjutan

Cari Rumah Murah Dekat Semarang, Ini 5 Rekomendasi Rumah Subsidi Harga Mulai Rp150 Jutaan di Ungaran Timur

Cari Rumah Murah Dekat Semarang, Ini 5 Rekomendasi Rumah Subsidi Harga Mulai Rp150 Jutaan di Ungaran Timur

Bumi Mas Wahyu Platinum Residence, Perumahan Subsidi Eksklusif dengan Sport Center Pertama di Tulungagung

Bumi Mas Wahyu Platinum Residence, Perumahan Subsidi Eksklusif dengan Sport Center Pertama di Tulungagung