
JAKARTA – Komitmen Indonesia dalam mendorong transisi energi bersih di sektor aviasi semakin nyata. Melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, PT Pertamina (Persero) berhasil mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan dasar minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO). Keberhasilan ini mendapatkan apresiasi langsung dari Airbus, salah satu raksasa industri pesawat terbang dunia.
Kabar menggembirakan ini diumumkan di tengah ajang Indo Defence 2025, pameran pertahanan internasional terbesar yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Menariknya, meskipun dikenal sebagai arena alutsista, kali ini Indo Defence juga menjadi panggung strategis untuk memperkenalkan inovasi energi berkelanjutan, salah satunya pengembangan SAF dari minyak jelantah oleh Pertamina Patra Niaga.
Pertemuan lanjutan antara Pertamina Patra Niaga dan Airbus pada Kamis, 12 Juni 2025 menjadi momen penting untuk memperkuat kolaborasi strategis dalam mendukung dekarbonisasi sektor penerbangan. Kerja sama ini bukan hal baru, mengingat keduanya telah lebih dulu menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) di ajang Bali International Airshow 2024 lalu.
Baca JugaIndonesia Singapura Sepakat Investasi USD10 Miliar untuk Bangun Ekosistem Energi Hijau
“Sebagai tindak lanjut MoU dengan Airbus, kami sudah rampungkan proses sertifikasi bisnis dan operasional sesuai standar ISCC CORSIA. Ini langkah konkret kami membangun ekosistem UCO-SAF yang andal dan berkelanjutan di Indonesia,” ungkap VP Aviation Fuel Business Pertamina Patra Niaga, Yosep Iswadi.
Langkah Pertamina ini sejalan dengan upaya global untuk menekan emisi karbon, khususnya dari sektor penerbangan yang dikenal sebagai salah satu penyumbang emisi signifikan. Penggunaan SAF berbasis minyak jelantah menjadi solusi inovatif dalam mendukung program transisi energi yang dicanangkan pemerintah Indonesia dan dunia internasional.
Siap Dipasok ke Maskapai Komersial
Pertamina Patra Niaga tidak hanya berhenti pada proses pengembangan dan sertifikasi. Dalam waktu dekat, SAF dari minyak jelantah ini siap disalurkan kepada maskapai penerbangan komersial berjadwal. Artinya, masyarakat Indonesia akan segera bisa merasakan langsung dampak positif dari penggunaan bahan bakar aviasi yang lebih ramah lingkungan.
SAF yang diproduksi oleh kilang Pertamina Group menggunakan minyak jelantah domestik sebagai bahan bakunya. Keunggulan utama SAF ini adalah mampu menurunkan emisi karbon secara signifikan dibandingkan bahan bakar aviasi konvensional (Jet A-1).
“Produksi SAF ini bukan hanya langkah inovatif, tetapi juga solusi nyata untuk menurunkan emisi karbon di sektor penerbangan,” jelas Yosep lebih lanjut.
Untuk menjamin keamanan distribusi dan keselamatan penerbangan, Pertamina Patra Niaga juga telah menjalani proses JIG Inspection (Joint Inspection Group), yang merupakan standar global penanganan bahan bakar aviasi. Hasilnya, fasilitas produksi dan pengelolaan SAF milik Pertamina dinyatakan memenuhi standar mutu dan keselamatan internasional.
Airbus Berikan Apresiasi, Dukung Indonesia Jadi Pelopor
Langkah progresif Pertamina Patra Niaga ini mendapat sambutan positif dari Airbus. Bahkan, Chief Representative Airbus Indonesia, Dani Adriananta, menyampaikan apresiasi atas inisiatif yang dilakukan oleh Pertamina dalam mendukung transisi energi di sektor penerbangan.
“Kami sangat mengapresiasi inisiatif Pertamina Patra Niaga mengembangkan SAF berbasis minyak jelantah. Kolaborasi ini menjadi fondasi penting dalam mendorong dekarbonisasi sektor aviasi berkelanjutan, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga secara global,” ujar Dani.
Menurut Dani, kolaborasi ini memiliki dampak strategis yang jauh melampaui batas domestik. Dengan dukungan dari industri aviasi global seperti Airbus, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pelopor dalam penyediaan bahan bakar aviasi berkelanjutan di kawasan Asia Pasifik.
Sejalan dengan Peta Jalan SAF Nasional
Pengembangan SAF berbasis minyak jelantah oleh Pertamina Patra Niaga juga sejalan dengan Peta Jalan SAF Nasional. Pemerintah Indonesia telah menargetkan penerapan bauran bahan bakar berkelanjutan secara bertahap untuk penerbangan domestik, dimulai tahun ini hingga 2030.
Dalam peta jalan tersebut, penggunaan SAF di sektor penerbangan menjadi prioritas utama untuk menurunkan emisi karbon nasional. Indonesia berambisi tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga produsen utama SAF berbasis minyak jelantah yang dapat memenuhi kebutuhan domestik dan pasar ekspor.
“Pertamina Patra Niaga mengambil peran vital dalam fase komersialisasi awal dengan memastikan kesiapan kilang, pasokan bahan baku domestik, dan kepatuhan terhadap standar global,” tegas Yosep.
Melalui proyek ini, Indonesia membuktikan keseriusannya dalam mendukung agenda global untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) sekaligus memperkuat posisi nasional di panggung industri energi bersih internasional.
Potensi Pasar SAF dan Dampaknya Bagi Ekonomi Lokal
Salah satu daya tarik utama dari SAF berbasis minyak jelantah adalah potensi pasarnya yang sangat besar, baik di tingkat domestik maupun internasional. Selain memenuhi kebutuhan penerbangan Indonesia, SAF ini juga memiliki peluang ekspor ke berbagai negara yang tengah giat melakukan transisi energi.
Tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan, pengembangan SAF juga diyakini akan memberikan dampak ekonomi positif bagi Indonesia. Dengan memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan baku, sektor industri rumah tangga dan UMKM yang bergerak di bidang pengumpulan minyak bekas pun akan ikut terdorong.
Dengan rantai pasok yang berbasis domestik, pengembangan SAF memberikan nilai tambah yang signifikan bagi ekonomi lokal. Selain meningkatkan pendapatan masyarakat dari hasil penjualan minyak jelantah, proyek ini juga membuka peluang lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan.
Indonesia Menuju Pelopor Energi Bersih di Sektor Aviasi
Keberhasilan Pertamina Patra Niaga dalam mengembangkan SAF berbasis minyak jelantah menegaskan posisi Indonesia sebagai negara yang serius berperan dalam transisi energi global. Kerja sama strategis dengan Airbus menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi internasional dapat mempercepat implementasi energi bersih.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya dekarbonisasi sektor aviasi, langkah Pertamina ini menjadi fondasi kuat bagi Indonesia untuk tampil sebagai pelopor energi bersih di industri penerbangan dunia.
“Kolaborasi dengan pemain global seperti Airbus semakin memperkuat upaya Pertamina menghadirkan solusi energi bersih berbasis sumber daya lokal,” tegas Yosep.
Melalui pengembangan SAF dari minyak jelantah ini, Indonesia menegaskan langkahnya menuju masa depan aviasi yang lebih hijau, berkelanjutan, dan berdaya saing global.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Gas Elpiji 3 Kg Langka di Mataram, Pemkot Tegaskan Pangkalan Tak Boleh Naikkan Harga
- Minggu, 15 Juni 2025
Pelindo Resmi Operasikan Terminal Kijing, Dorong Efisiensi Logistik Kalimantan Barat
- Minggu, 15 Juni 2025
Petani Bawang Merah di Probolinggo Terancam Gagal Panen, Harga di Pasaran Melambung
- Minggu, 15 Juni 2025