Pasar Modal Indonesia Memasuki Tahun 2025 dengan Catatan Positif, Investor Harus Tetap Waspada
- Rabu, 19 Februari 2025

JAKARTA - Memasuki tahun 2025, pasar modal Indonesia menunjukkan performa yang cukup menjanjikan meskipun masih diwarnai oleh berbagai sentimen negatif dari perekonomian global. Berdasarkan data per 31 Januari 2025, indeks harga saham gabungan (IHSG) berhasil mencatat kenaikan sebesar 0,41 persen secara month to date (mtd) atau year to date (ytd), bertengger pada level 7.109,20. Namun, catatan peningkatan ini harus diimbangi dengan kehati-hatian dalam menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul seiring berjalannya waktu.
Sayangnya, nilai kapitalisasi pasar justru sedikit mengalami penurunan. Tercatat pada periode yang sama, kapitalisasi pasar adalah Rp12.319 triliun, turun 0,14 persen mtd atau ytd. Di sisi lain, investor non-residen mencatat penjualan bersih (net sell) senilai Rp3,71 triliun mtd atau ytd.
Menurut Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wilayah Kaltim dan Kaltara, Parjiman, beberapa sektor memperlihatkan penguatan yang signifikan. "Secara sektoral, beberapa sektor mengalami penguatan, dengan penguatan terbesar di sektor consumer cyclicals dan financials," papar Parjiman.
Sementara itu, likuiditas transaksi pasar saham menunjukkan tren penurunan. Rata-rata nilai transaksi harian pasar saham secara mtd atau ytd berada di angka Rp10,71 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp12,85 triliun.
Pasar Obligasi dan Sektor Pengelolaan Investasi Menghadapi Tantangan
Melihat lebih dalam ke sektor obligasi, indeks pasar obligasi ICBI mengalami kenaikan sebesar 0,77 persen mtd atau ytd ke level 395,70. Hal ini diiringi dengan penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN) rata-rata sebesar 1,31 basis poin mtd atau ytd per akhir Januari 2025. Meskipun demikian, investor non-residen tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) senilai Rp4,65 triliun secara mtd atau ytd. Berbeda di pasar obligasi korporasi, penjualan bersih non-residen mencapai Rp0,78 triliun mtd atau ytd.
Parjiman, pria yang akrab disapa Jimmy, menambahkan bahwa industri pengelolaan investasi juga menghadapi situasi yang tidak terlalu menggembirakan. "Nilai asset under management (AUM) tercatat sebesar Rp834,87 triliun, turun 0,30 persen secara mtd atau ytd pada 31 Januari 2025," jelasnya. Nilai aktiva bersih (NAB) reksadana juga mengalami penurunan sebesar 0,50 persen ytd, dengan total net redemption mencapai Rp2,59 triliun.
Pencapaian Penghimpunan Dana dan Pertumbuhan Investor
Melihat pencapaian tahun sebelumnya, penghimpunan dana di pasar modal pada 2024 sukses melampaui target, mencapai Rp259,24 triliun dari 199 penawaran umum, sebagian besar didominasi oleh sektor keuangan. Di tahun ini, per 31 Januari 2025, nilai penawaran umum tercatat mencapai Rp1,10 triliun melalui dua penawaran umum berkelanjutan. Kendati angka ini terbilang kecil dibandingkan tahun lalu, optimisme pasar tetap terasa.
Adapun jumlah investor pasar modal terus mengalami pertumbuhan yang mengesankan. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan jumlah investor telah meningkat enam kali lipat, mencapai 14,87 juta investor pada tahun 2024. Parjiman mencatat jumlah investor mencapai 15,16 juta per 31 Januari 2025, dengan pertumbuhan mtd atau ytd sebesar 1,95 persen. “OJK terus mencermati volatilitas pasar sejalan dengan rilis kinerja emiten,” tambahnya.
Pengembangan Securities Crowdfunding dan Bursa Karbon
Baca JugaBatasi Transaksi Tunai, Pemerintah Dorong Digitalisasi Demi Tingkatkan Penerimaan Pajak
Di ranah securities crowdfunding (SCF), implementasi kebijakan menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hingga 16 Januari 2025, terdapat 18 penyelenggara SCF dengan izin OJK, mencakup 727 penerbitan efek dari 478 penerbit. Jumlah pemodal mencapai 173.686, dengan total dana SCF teradministrasi di KSEI sebesar Rp1,38 triliun.
Untuk SCF berbasis syariah, terdapat enam penyelenggara yang menerbitkan produk, mencatatkan 376 penerbitan efek dari 180 penerbit. Total pemodal mencapai 56.340, dengan dana terhimpun di KSEI sebesar Rp725,26 miliar.
Bursa karbon menjadi salah satu terobosan penting dalam upaya menangani perubahan iklim. Sejak peluncurannya pada 26 September 2023, sudah ada 107 pengguna jasa yang mendapatkan izin dengan total volume 1.181.255 tCO2e dan akumulasi nilai sebesar Rp62,93 miliar. Parjiman menyebutkan, “Dalam upaya untuk lebih berkontribusi mengatasi perubahan iklim global, bursa karbon kini telah membuka perdagangan luar negeri sejak 20 Januari 2025.” Volume transaksi internasional tercatat mencapai 49.815 tCO2e dengan nilai transaksi sebesar Rp4,02 miliar.
Menghadapi 2025, potensi perkembangan pasar modal Indonesia masih besar, namun pelaku pasar perlu terus waspada dalam menghadapi dinamika global yang dapat mempengaruhi situasi domestik. OJK berkomitmen untuk terus mencermati perkembangan ini agar dapat memberikan perlindungan optimal bagi para investor dan memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Zahra
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.