Strategi Perbankan dalam Menangani Kredit Macet: Upaya dan Pencapaian

Strategi Perbankan dalam Menangani Kredit Macet: Upaya dan Pencapaian
Strategi Perbankan dalam Menangani Kredit Macet: Upaya dan Pencapaian

JAKARTA -  Permasalahan kredit macet (Non-Performing Loan/NPL) masa lalu masih menjadi tantangan yang signifikan bagi sektor perbankan di Indonesia. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi NPL, beberapa bank masih harus berupaya keras untuk menyelesaikan pekerjaan rumah ini. Langkah-langkah penyelesaian NPL menjadi salah satu prioritas utama bagi bank-bank tersebut, terutama mengingat dampak krisis ekonomi global dan domestik yang sempat mengguncang stabilitas keuangan.

BTN Fokus pada Penjualan Aset Macet

Salah satu contohnya adalah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), yang masih memiliki sejumlah kredit macet di sektor konstruksi dari masa lalu. Data per Desember 2024 menunjukkan bahwa rasio NPL BTN di sektor konstruksi telah mengalami penurunan signifikan, dari 23.8% di tahun sebelumnya menjadi 16%.

Direktur Assets Management BTN, Elisabeth Novie Riswanti, menyatakan bahwa saat ini pihaknya masih memiliki aset macet dari kredit lama sebesar sekitar Rp 1 triliun hingga Rp 2 triliun. Dalam upaya penyelesaian, BTN telah melakukan penjualan aset secara besar-besaran (bulk sales) lebih dari Rp 1,3 triliun pada kuartal keempat tahun 2024, meningkat 50% dibandingkan tahun 2023. “Tahun ini bakal melakukan bulk sales sekitar Rp 1 triliun hingga Rp 2 triliun, semoga itu selesai tahun ini,” ungkap Novie.

Novie menegaskan bahwa upaya lain selain bulk sales juga terus dilakukan, seperti penjualan melalui lelang dan cessie, baik dalam tahun 2024 maupun rencana di tahun 2025. Fokus utama adalah mengurangi kredit macet dari masa lampau dan memastikan kesehatan keuangan perusahaan tetap terjaga. Semua kredit macet yang sedang ditangani adalah kredit lama, sedangkan untuk kredit komersial dan apartemen baru sudah tidak ditemukan lagi masalah serupa.

Bank Raya: Upaya Pemulihan dan Peningkatan Pendapatan

PT Bank Raya Indonesia Tbk (dulu dikenal sebagai Bank Rakyat Indonesia Agroniaga) juga menghadapi tantangan kredit macet sebagai warisan di masa lampau. Per September 2024, NPL gross Bank Raya tercatat di level 3,64%, menurun dari 4,75% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan progres yang positif dalam mengatasi kredit bermasalah.

Direktur Keuangan Bank Raya, Rustati Suri Pertiwi, mengungkapkan adanya potensi signifikan untuk pendapatan dari pemulihan melalui penjualan aset macet. Hingga akhir September 2024, pendapatan pemulihan mencapai Rp 349 miliar, tumbuh 91% secara tahunan. Menurutnya, pemulihan extracomptable dioptimalkan melalui berbagai skema, termasuk penyelesaian damai dengan nasabah, lelang melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), serta kerjasama dengan pihak ketiga. “Sampai dengan saat ini skema penyelesaian damai dan skema lelang mendominasi pencapaian pendapatan recovery extracomptable,” tuturnya.

Rustati juga mengingatkan bahwa penyelesaian aset bermasalah membutuhkan waktu yang bervariasi karena adanya proses rumit yang harus dilalui. “Maka kami melihat dalam jangka waktu midterm masih terus dilakukan upaya recovery tersebut,” tambahnya.

Langkah-Langkah Lebih Lanjut dan Tantangan yang Dihadapi

Baca Juga

Batasi Transaksi Tunai, Pemerintah Dorong Digitalisasi Demi Tingkatkan Penerimaan Pajak

Strategi penanganan NPL tampaknya akan terus menjadi agenda prioritas bagi banyak bank di Indonesia. Selain BTN dan Bank Raya, bank lain juga melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah serupa. Meskipun tantangan dalam hal administrasi dan prosedur hukum masih ada, upaya proaktif melalui berbagai skema penyelesaian telah menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Dalam konteks yang lebih luas, pemerintah dan otoritas keuangan juga memiliki peran kunci dalam memfasilitasi penyelesaian NPL. Regulasi dan kebijakan yang mendukung proses ini akan sangat membantu bank dalam meningkatkan stabilitas keuangan mereka. Selain itu, fokus pada peningkatan literasi keuangan dan kemudahan akses perbankan bagi masyarakat juga menjadi elemen penting dalam mencegah peningkatan NPL di masa depan.

Di tengah pemulihan ekonomi global yang berangsur-angsur membaik, sektor perbankan di Indonesia diharapkan dapat terus memperkuat fondasi keuangan mereka guna meraih pertumbuhan yang berkelanjutan. Peningkatan kinerja ini tidak hanya memberi dampak positif bagi bank, tetapi juga bagi perekonomian nasional secara keseluruhan.

Dengan adanya langkah-langkah yang konsisten dan terencana, diharapkan masalah kredit macet ini dapat segera teratasi dan mendorong peningkatan kepercayaan publik serta investor terhadap sektor perbankan di Indonesia.

Zahra

Zahra

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Telepon Spam dari Pinjaman Online Semakin Mengganggu, Begini Cara Efektif Menghentikannya di Android dan iPhone

Telepon Spam dari Pinjaman Online Semakin Mengganggu, Begini Cara Efektif Menghentikannya di Android dan iPhone

BNI Catat Pertumbuhan Pesat Segmen Nasabah Premium di Kuartal I 2025, Dana Kelolaan dan Jumlah Nasabah Meningkat Signifikan

BNI Catat Pertumbuhan Pesat Segmen Nasabah Premium di Kuartal I 2025, Dana Kelolaan dan Jumlah Nasabah Meningkat Signifikan

Penjualan Emas PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Meroket 357 Persen dalam Setahun, Targetkan Pertumbuhan Berkelanjutan

Penjualan Emas PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Meroket 357 Persen dalam Setahun, Targetkan Pertumbuhan Berkelanjutan

Cara Top Up GoPay Lewat BCA: Mudah dan Cepat via BCA Mobile, myBCA, KlikBCA, dan ATM

Cara Top Up GoPay Lewat BCA: Mudah dan Cepat via BCA Mobile, myBCA, KlikBCA, dan ATM

Cara Ajukan KPR BTN 2025 Syarat Mudah, Tenor Panjang hingga 30 Tahun, Proses Cepat dan Legalitas Rumah Terjamin

Cara Ajukan KPR BTN 2025 Syarat Mudah, Tenor Panjang hingga 30 Tahun, Proses Cepat dan Legalitas Rumah Terjamin