
JAKARTA - Hari ini, dunia investasi kembali dikejutkan dengan pencapaian harga emas yang menciptakan rekor tertinggi sepanjang masa. Baru memasuki tahun 2023, emas telah beberapa kali menorehkan catatan baru dalam hal harga tertingginya. Meskipun sempat mengalami koreksi, pada Jumat, 21 Februari, analis dan pelaku pasar memprediksi bahwa tren bullish harga emas akan tetap berlanjut.
Menurut data terkini dari Bloomberg, harga emas internasional mencapai puncaknya di level USD 2.940 per ons troi, sebelum akhirnya sedikit terkoreksi dan ditutup di angka USD 2.938 per ons troi. Pada hari yang sama, emas mengalami sedikit koreksi lagi ke USD 2.932 per ons troi pada pukul 19.29 WIB, tetapi masih mempertahankan level yang sangat tinggi.
Di sisi lain, harga emas Antam, yang menjadi acuan di pasar lokal, juga mencetak rekor baru dengan harga Rp 1.708.000 per gram pada Kamis, 20 Januari. Namun, harga tersebut sedikit turun ke Rp 1.707.000 per gram pada Jumat, 21 Februari. Meski demikian, angka tersebut tetap berada di level yang sangat mengesankan dan menunjukkan kekuatan pasarnya.
Sentimen Pemicu Kenaikan Harga Emas
Salah satu pemicu utama dari tren kenaikan harga emas ini adalah kebijakan tarif yang direncanakan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump. Trump berencana untuk meningkatkan tarif sebesar 25% pada beberapa produk, sebuah langkah yang dipercaya akan semakin memperburuk ketegangan perdagangan global. Kebijakan ini meningkatkan ketidakpastian ekonomi global, yang pada gilirannya melahirkan permintaan yang lebih tinggi terhadap emas sebagai aset safe-haven. "Sentimen ini semakin memperkuat permintaan terhadap emas sebagai aset safe-haven," kata seorang analis dari Dupon Indonesia.
Selain itu, ketegangan geopolitik yang meningkat antara Ukraina dan Rusia, ditambah dengan pernyataan Trump yang menyebut Ukraina telah memulai perang dengan Rusia, turut memberikan tekanan terhadap pasar keuangan. Dalam situasi seperti ini, aset seperti emas yang dianggap aman menjadi pilihan utama bagi investor untuk melindungi nilai investasi mereka.
Sejalan dengan itu, implementasi kebijakan moneter oleh Federal Reserve (The Fed) juga mempengaruhi harga emas. Para pejabat The Fed terlihat semakin berhati-hati dalam menyikapi kondisi ekonomi yang dinamis, seperti yang tercermin dalam risalah rapat kebijakan FOMC terakhir. Ketidakpastian mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed juga memainkan peran penting dalam rangkaian kenaikan harga emas ini.
Proyeksi dan Analisis Lebih Lanjut
Analis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, seolah mengamini tren bullish yang kuat pada harga emas saat ini dengan prediksi harga yang diperbarui. "Dari saya USD 3.250 per ons troi dengan potensi ke USD 3.400 per ons troi," tuturnya. Prediksi ini menunjukkan rasa optimisme yang kuat di kalangan pelaku pasar akan stabilitas dan kecenderungan naik harga emas di masa depan.
Sementara itu, menurut laporan dari Reuters, Goldman Sachs juga menaikkan proyeksi harga emas dunia untuk tahun 2025 menjadi USD 3.100 per ons troi dari yang sebelumnya hanya USD 2.890 per ons troi. Goldman Sachs juga menyatakan bahwa jika ketidakpastian kebijakan tarif terus meningkat, harga emas berpotensi melonjak hingga USD 3.300 per ons troi pada akhir tahun ini.
Permintaan dari bank sentral dunia, yang kini direvisi menjadi 50 ton per bulan dari perkiraan sebelumnya sebesar 41 ton, menjadi salah satu faktor pendukung dari kenaikan harga emas tersebut. Goldman Sachs memproyeksikan bahwa jika pembelian meningkat rata-rata menjadi 70 ton per bulan, harga emas dapat mencapai USD 3.200 per ons troi pada akhir 2025, dengan asumsi tidak ada perubahan signifikan dalam kebijakan ekonomi global.
Investasi Emas: Opsi Beragam untuk Investor
Permintaan yang tinggi bagi emas tak hanya menguntungkan pasar konvensional seperti emas fisik, tetapi juga emas digital dan produk derivatif lainnya. Founder dan CMO Indogold, Indra, mencatat kenaikan permintaan yang signifikan, di mana pertumbuhan emas fisik digital mencapai 31%, sementara permintaan emas fisik meningkat hingga 300%.
Investasi emas dalam bentuk digital menawarkan kemudahan dan efisiensi, serta biaya lebih rendah dalam membeli dibandingkan dengan emas fisik. Namun, Indra menjelaskan, "Adapun biaya pada emas fisik digital hanya ketika customer menghendaki tukar menjadi emas fisik, yaitu biaya sertifikat, biaya pengiriman, dan asuransi pengirimannya."
Keuntungan lain bisa dinikmati dari produk ETF (Exchange Traded Fund), yang didukung sepenuhnya oleh emas fisik dan menawarkan tingkat leverage rendah. Meskipun memiliki risiko yang lebih tinggi, emas derivatif dengan leverage tinggi menjadi pilihan bagi investor yang menginginkan imbal hasil besar.
Pandangan Jangka Panjang
Indogold melihat prospek investasi emas tetap positif dalam jangka panjang, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global. "Sehingga kami meyakini bahwa permintaannya akan terus meningkat, baik dari investor ritel maupun institusional," imbuh Indra. Dalam konteks tersebut, emas tidak hanya menjadi instrumen investasi, tetapi juga dipercaya sebagai alat lindung nilai yang handal di tengah fluktuasi pasar dan inflasi yang tak menentu.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.