Bank Indonesia Tingkatkan Ketahanan Pangan Melalui Program Bantuan untuk Petani
- Sabtu, 22 Februari 2025
.jpg)
JAKARTA - Ketahanan pangan saat ini menjadi salah satu isu strategis utama yang diprioritaskan oleh pemerintah Indonesia dalam agenda pembangunan nasional. Dalam rangka menghadapi berbagai tantangan pangan, Bank Indonesia (BI) berperan aktif dengan meluncurkan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI), yang bertujuan menyalurkan bantuan guna memperkuat ketahanan pangan di seluruh wilayah Indonesia. Program ini memberikan fokus khusus terhadap peran kelompok petani, salah satunya adalah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sidomulyo yang berlokasi di Godean, Sleman.
Inovasi Teknologi Pertanian untuk Meningkatkan Produktivitas
Gapoktan Sidomulyo merupakan salah satu contoh nyata penerima manfaat dari program PSBI. Kepala Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LPDM) dan juga Manajer Pemasaran dari Gapoktan tersebut, R. Bangun, mengungkapkan pentingnya bantuan yang diberikan oleh Bank Indonesia dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertanian melalui penyediaan infrastruktur serta teknologi pertanian modern. Bantuan tersebut meliputi pengadaan jaringan irigasi, mesin tanam modern seperti transplanter, serta pemasangan listrik dengan kapasitas lebih besar.
"BI juga membantu kami untuk memasang listrik yang lebih besar, karena dulunya kami pakai solar. Kemudian, BI juga memberikan kami drone hingga mesin otomatisasi, dan tentunya ini pengaruhnya besar sekali," ujar Bangun saat ditemui di Gudang Gapoktan Sidomulyo, Yogyakarta, Kamis (20/2).
Program Koperasi Beras: Pilar Ketahanan Pangan Lokal
Selain bantuan dari BI, Gapoktan Sidomulyo juga dikenal telah menginisiasi program koperasi beras sejak 2010, yang dirancang untuk meningkatkan ketahanan pangan desa. Program ini mensyaratkan anggotanya yang memiliki lahan garapan minimal 500 meter persegi untuk menabung sebanyak 5 kilogram gabah setiap kali panen.
Bangun menjelaskan bahwa koperasi ini memberikan fleksibilitas kepada para petani untuk menyimpan gabah sebagai cadangan pangan yang bisa dipinjam hingga 100 kilogram per orang saat mereka menghadapi kondisi mendesak, seperti musim paceklik atau kebutuhan mendesak lainnya.
"Jadi setelah 3 atau 4 bulan mereka panen lagi, nanti yang 100 kg dipinjamnya itu, harus dikembalikan sebanyak 105 kg. 5 kg itu kontribusinya. Kita enggak bilang bunga. Karena kita tidak pernah diuangkan, hanya natura semua, pokoknya gabah kembali gabah, beras kembali ke beras, sehingga terjadi penambahan stok beras," jelas Bangun.
Dengan sistem koperasi ini, Gapoktan Sidomulyo berhasil memiliki cadangan pangan sebesar 9,75 ton beras per Januari 2025. Cadangan ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi kebutuhan pangan di desa-desa lain apabila terjadi musibah. Bangun mengungkap, "Cadangan beras ini juga bisa dipakai untuk membantu desa-desa lainnya ketika terjadi musibah. Misalnya, waktu Covid-19, kami mengeluarkan beras sebanyak 3 ton. Kemudian, kalau ada hajatan pemerintah Desa itu kami juga bisa keluarkan beras dari hasil cadangan."
Bantuan Modal untuk Kelancaran Operasional
Untuk merealisasikan berbagai program ketahanan pangan tersebut, Gapoktan Sidomulyo mendapatkan dukungan modal yang signifikan. Menurut Bangun, modal ini berasal dari beberapa sumber, yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Negara Indonesia (BNI) sebesar Rp 1 miliar, KUR dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar Rp 1,2 miliar, iuran swadaya sebesar Rp 48 juta, dana dari Badan Kredit Desa/Urusan Pemerintahan Sleman (BKAD/uPM) sebesar Rp 450 juta, dan dukungan dari LPDM sebesar Rp 365 juta.
Penerapan program-program ini tidak hanya memperkuat ketahanan pangan di tingkat lokal, tetapi juga memberikan keuntungan finansial bagi anggotanya. Bangun menyebutkan bahwa total keuntungan dari hasil penjualan beras dapat mencapai hingga Rp 100 juta setiap bulannya.
Komitmen Menghadapi Tantangan Pangan
Secara keseluruhan, langkah Bank Indonesia dalam menyalurkan bantuan kepada petani melalui PSBI menegaskan komitmen negara dalam menangani isu ketahanan pangan yang semakin mendesak. Dengan bantuan teknologi modern dan program kebijakan yang terencana baik, petani seperti anggota Gapoktan Sidomulyo menjadi lebih siap menghadapi berbagai tantangan pertanian dan perubahan iklim yang kian kompleks.
Kerja sama antara pemerintah, institusi perbankan, dan kelompok tani diharapkan dapat terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia, dalam mencapai ketahanan pangan yang kuat dan berkelanjutan. "Kolaborasi semacam ini bukan hanya memastikan ketersediaan pangan untuk hari ini, tetapi juga menjamin masa depan yang lebih sejahtera," tambah Bangun optimis.
Dengan adanya dukungan dan kebijakan yang tepat sasaran, ketahanan pangan nasional dapat dipertahankan dan ketidakpastian global yang berdampak pada ketersediaan pangan dapat diatasi dengan lebih baik.

Zahra
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.