Bank Indonesia Perkuat Sinergi Pengendalian Inflasi di Bangka Belitung untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan
- Senin, 05 Mei 2025

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terus memperkuat sinergi dan koordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) serta berbagai mitra strategis untuk mengendalikan inflasi di wilayah tersebut. Langkah ini diambil untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif serta berkelanjutan.
Tekanan inflasi di Provinsi Bangka Belitung mengalami penurunan yang signifikan pada bulan April 2025. Inflasi bulanan tercatat sebesar 0,77 persen (month-to-month / mtm), jauh lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 1,83 persen (mtm). Bahkan, angka inflasi ini lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 1,17 persen (mtm). Angka ini menandakan keberhasilan nyata dari upaya bersama yang dilakukan untuk mengendalikan inflasi di daerah tersebut.
Penyebab Tekanan Inflasi di Bangka Belitung
Baca JugaPerbankan Syariah Indonesia Manfaatkan Lonjakan Harga Emas untuk Perbesar Bisnis Logam Mulia
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy, menjelaskan bahwa tekanan inflasi di bulan April sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga sayuran dan ikan segar. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya terbatasnya pasokan lokal, cuaca ekstrem yang mempengaruhi hasil pertanian dan perikanan, serta tingginya permintaan pasca-Idulfitri.
"Tekanan inflasi di April sebagian besar bersumber dari kenaikan harga sayuran dan ikan segar akibat terbatasnya pasokan lokal, cuaca ekstrem, dan tingginya permintaan pasca-Idulfitri," ujar Rommy dalam konferensi pers yang digelar pada Minggu, 4 Mei 2025. Meskipun demikian, BI tetap berkomitmen untuk menjaga inflasi agar tetap dalam kisaran sasaran nasional, yaitu 2,5±1 persen pada tahun 2025.
Strategi Pengendalian Inflasi BI di 2025
Untuk mengendalikan inflasi di Bangka Belitung, Bank Indonesia menerapkan tiga langkah strategis utama. Pertama, menjaga inflasi inti, yang mencakup pengendalian inflasi yang tidak dipengaruhi oleh harga bahan pangan dan energi. Kedua, menstabilkan harga-harga yang bergejolak, seperti harga pangan yang rentan terhadap perubahan musiman, dalam kisaran 3,0-5,0 persen. Ketiga, memperkuat koordinasi antara pusat dan daerah melalui Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2025–2027.
Rommy menjelaskan bahwa BI juga aktif mendorong implementasi kebijakan yang disebut dengan 4K dalam pengendalian inflasi, yakni: Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif. Keempat kebijakan ini menjadi landasan bagi BI untuk memastikan inflasi tetap terkendali di tingkat yang rendah dan stabil.
Tindakan Kongkrit BI untuk Menjaga Stabilitas Harga
Bank Indonesia bersama pemerintah daerah telah melaksanakan berbagai langkah kongkret untuk menjaga kestabilan harga bahan pokok dan mengendalikan inflasi. Salah satunya adalah dengan mengadakan inspeksi mendadak (sidak) pasar di berbagai wilayah Bangka Belitung sepanjang periode Januari hingga April 2025. Sebanyak 23 kali sidak pasar telah dilaksanakan untuk memastikan harga bahan pokok tetap stabil dan untuk meredam kekhawatiran masyarakat terhadap lonjakan harga.
“Bank Indonesia bersama pemerintah daerah telah melaksanakan sekitar 23 kali inspeksi mendadak (sidak) pasar di berbagai wilayah Bangka Belitung sepanjang Januari hingga April 2025. Kami ingin memastikan stabilitas harga bahan pokok serta meredam kekhawatiran masyarakat terhadap lonjakan harga,” terang Rommy.
Selain itu, BI juga mendukung pelaksanaan operasi pasar yang digelar oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan provinsi maupun oleh pemerintah kabupaten/kota. Total, sebanyak 64 kali operasi pasar telah digelar sepanjang empat bulan pertama 2025. Langkah ini dimaksudkan untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan pokok dan memastikan harga jual bahan pangan di pasar murah lebih rendah daripada harga pasar.
Gerakan Pangan Murah dan Distribusi Pangan yang Lancar
Salah satu program unggulan dalam pengendalian inflasi adalah Gerakan Pangan Murah (GPM), yang telah digelar setidaknya 13 kali di berbagai wilayah Bangka Belitung. Program ini bertujuan untuk memastikan pangan yang dijual dengan harga terjangkau bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang terdampak inflasi. Selain itu, Bank Indonesia juga memastikan distribusi logistik pangan berjalan dengan lancar agar tidak terjadi kelangkaan barang yang menyebabkan lonjakan harga.
Rommy menjelaskan bahwa Bank Indonesia berperan aktif dalam penyelenggaraan GPM, termasuk dalam mendukung pelaksanaan teknis kegiatan tersebut. "Bank Indonesia juga berperan aktif dalam penyelenggaraan Gerakan Pangan Murah (GPM) yang telah digelar sedikitnya 13 kali di berbagai wilayah. Selain mendukung teknis pelaksanaan, BI juga memastikan distribusi logistik pangan berjalan lancar," katanya.
Sebagai contoh konkret, BI telah memfasilitasi pengiriman 17,5 ton daging sapi beku dari Jakarta ke Belitung Timur dalam rangka kerja sama antara Koperasi Pengendali Inflasi Daerah dan Perum Bulog Cabang Belitung. Langkah ini diambil untuk memastikan ketersediaan daging sapi yang cukup dan dapat dijual dengan harga terjangkau bagi masyarakat.
Pentingnya Komunikasi Publik yang Efektif
Dalam pengendalian inflasi, komunikasi publik yang efektif juga memegang peranan penting. Bank Indonesia terus melakukan kampanye komunikasi yang melibatkan berbagai saluran media, seperti media cetak, radio, dan baliho pemerintah, guna menjaga ekspektasi masyarakat.
Sepanjang Januari hingga April 2025, telah dilaksanakan delapan kali High Level Meeting (HLM) TPID di seluruh wilayah Bangka Belitung. Pertemuan ini bertujuan untuk mengkoordinasikan kebijakan pengendalian inflasi serta memastikan semua pihak yang terlibat bekerja sama dengan baik dalam upaya menstabilkan harga di daerah tersebut.
“Komunikasi publik yang efektif sangat penting untuk menjaga ekspektasi masyarakat. Kami juga telah menggelar berbagai kampanye melalui media cetak, radio, dan baliho untuk menyampaikan informasi yang jelas mengenai langkah-langkah yang telah diambil dalam pengendalian inflasi,” kata Rommy.
Tantangan Pengendalian Inflasi di Masa Depan
Meskipun inflasi di Bangka Belitung menunjukkan tren penurunan yang positif, Rommy menegaskan bahwa tantangan ke depan masih cukup besar. Dalam hal ini, Bank Indonesia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menjaga kestabilan inflasi dalam jangka panjang.
"Sinergi antara TPID, pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat mutlak diperlukan. Dengan kerja sama yang kuat, kami optimistis Bangka Belitung dapat mencapai inflasi yang rendah dan stabil guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," pungkas Rommy.
Dengan terus memperkuat koordinasi dan sinergi antara berbagai pihak, Bank Indonesia optimis dapat menjaga inflasi di Bangka Belitung pada tingkat yang terkendali dan mendukung perekonomian daerah yang sehat serta berkelanjutan.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.