Kemenperin Dorong Industri Perkuat Energi Terbarukan untuk Capai NZE 2060
- Senin, 30 Juni 2025

JAKARTA — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya untuk memperkuat pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di sektor industri sebagai langkah strategis mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Langkah ini diyakini menjadi kunci bagi transformasi industri nasional agar lebih hijau dan berdaya saing global.
“Kami mendorong pengembangan industri pendukung EBT seperti sel surya, baterai, panel kontrol, generator, turbin air, dan turbin angin,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Setia Diarta.
Setia menegaskan, dukungan industri terhadap pengembangan EBT harus diiringi dengan pembangunan fasilitas produksi dan transfer teknologi agar industri nasional dapat memenuhi kebutuhan komponen pembangkit listrik berbasis energi hijau. “Pembangunan ini bukan hanya sekadar dimulainya sebuah lini produksi, tetapi juga menjadi simbol tekad bersama untuk menjadikan Indonesia pemain utama dalam industri manufaktur global. Inilah momentum untuk bangkit, berinovasi, dan menunjukkan bahwa anak bangsa mampu bersaing di ranah teknologi tinggi,” ujarnya menegaskan.
Baca Juga
Langkah Strategis Schneider Electric di Cikarang
Komitmen pengembangan industri EBT juga tercermin dari langkah PT Schneider Electric Indonesia yang baru saja meresmikan pabrik ketiganya di Cikarang, Jawa Barat. Perluasan pabrik ini dinilai sebagai langkah strategis untuk mendukung sektor industri manufaktur, khususnya industri peralatan listrik nasional yang semakin berorientasi pada energi bersih dan berkelanjutan.
Dalam acara peresmian pabrik yang dihadiri jajaran Kemenperin, termasuk Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Solehan, pihak Kemenperin menekankan pentingnya penggunaan produk dalam negeri dalam setiap proses produksi dan pengadaan komponen industri. Langkah ini dianggap krusial untuk memperkuat rantai pasok nasional, sekaligus meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
Menurut Setia, pabrik terbaru milik Schneider Electric ini menjadi salah satu smart factory di Indonesia yang dilengkapi dengan teknologi mutakhir seperti EcoStruxure™, sistem panel surya atap, serta otomasi berbasis kecerdasan buatan (AI). Kehadiran teknologi ini bukan hanya mendukung efisiensi produksi, tetapi juga memperlihatkan komitmen nyata perusahaan terhadap keberlanjutan.
Sinergi Lintas Sektor untuk Masa Depan Hijau
Kemenperin optimistis peresmian pabrik ini dapat memicu lahirnya lebih banyak investasi berkualitas di sektor energi terbarukan, serta meningkatkan sinergi lintas sektor dalam mendukung terciptanya ekonomi hijau di Tanah Air. “Kami berharap akan muncul lebih banyak investasi berkualitas dan sinergi lintas sektor demi mendorong kemandirian industri, menciptakan ekonomi hijau, dan mewujudkan masa depan Indonesia yang berdaya saing global dan berkelanjutan,” ujar Setia.
Ia juga menekankan, dengan pembangunan pabrik berteknologi tinggi seperti ini, Indonesia dapat memperkuat posisi sebagai salah satu pusat industri manufaktur berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.
Dukungan Internasional
Dukungan terhadap pengembangan industri EBT di Indonesia juga datang dari mitra internasional. Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN, Fabien Penone, mengatakan Prancis dan Indonesia terus memperkuat kemitraan ekonomi bilateral, sebagaimana telah ditegaskan melalui pertemuan Presiden Emmanuel Macron dengan Presiden Prabowo Subianto pada 28 Mei 2025 lalu.
“Banyak perusahaan Prancis berpartisipasi dalam mendukung pengembangan sektor industri dan teknologi Indonesia, salah satunya Schneider Electric yang telah menunjukkan komitmen jangka panjangnya terhadap pembangunan berkelanjutan di Indonesia,” kata Penone.
Menurut Penone, keterlibatan perusahaan-perusahaan Prancis bukan hanya untuk kepentingan bisnis semata, melainkan juga sebagai bentuk kolaborasi strategis guna mendukung target pengurangan emisi karbon secara global. Ia menilai Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain kunci dalam pengembangan teknologi energi hijau di kawasan.
Dorong Efisiensi dan Transfer Teknologi
Kemenperin juga mendorong perusahaan nasional maupun internasional yang berinvestasi di Indonesia untuk mengoptimalkan transfer teknologi. Dengan demikian, tenaga kerja lokal dapat memperoleh keterampilan baru yang relevan dengan kebutuhan industri masa depan.
Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin, Solehan, menegaskan, penggunaan produk dalam negeri dalam rantai produksi akan berdampak positif terhadap kemandirian industri nasional dan mendukung program substitusi impor yang dicanangkan pemerintah. “Kami tekankan pentingnya penggunaan komponen lokal sebagai bagian dari penguatan industri dalam negeri,” tegas Solehan dalam kesempatan terpisah.
Perluasan Pasar dan Potensi Ekspor
Dengan semakin banyaknya fasilitas industri berteknologi tinggi yang dibangun di Indonesia, Kemenperin berharap produk-produk EBT nasional tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga mampu menembus pasar ekspor. Langkah ini diharapkan akan meningkatkan nilai tambah industri dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan.
Kemenperin juga menilai bahwa transformasi menuju industri hijau sejalan dengan kebijakan global yang semakin menuntut penggunaan energi ramah lingkungan, termasuk dalam rantai pasok internasional.
“Industri hijau bukan hanya tren, tetapi kebutuhan yang harus direspon cepat agar industri kita tidak tertinggal,” pungkas Setia.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Real Madrid Tak Butuh Striker Baru, Gonzalo Garcia Torres Jadi Andalan
- Senin, 30 Juni 2025