Bisnis Bank Sampah Mawar Jadi Peluang Ekonomi

Bisnis Bank Sampah Mawar Jadi Peluang Ekonomi
Bisnis Bank Sampah Mawar Jadi Peluang Ekonomi

JAKARTA - Bank Sampah tak lagi sekadar solusi pengelolaan sampah, melainkan telah berkembang menjadi model bisnis yang mendukung ekonomi masyarakat. Salah satu kisah inspiratif datang dari Bank Sampah ‘Mawar’ di Desa Marengan Daya, Sumenep, yang membuktikan bahwa kepedulian lingkungan bisa berbuah manfaat nyata bagi warga sekitar.

Direktur Bank Sampah ‘Mawar’, Dwi Retnowati, membagikan kisah bagaimana inisiatif ini bermula dari perhatian sederhana terhadap masalah sampah di lingkungan. Dwi mengungkapkan bahwa kecintaannya pada lingkungan sudah terasah sejak lama melalui berbagai kegiatan serta lomba bertema lingkungan.

Berbekal semangat tersebut, Dwi bersama warga setempat menginisiasi Bank Sampah ‘Mawar’ pada tahun 2014. Modal awal yang digunakan hanyalah lahan pribadi seluas 200 meter persegi yang disulap menjadi gudang penampungan sampah anorganik dari masyarakat.

Baca Juga

Harga Emas Hari Ini: Antam, UBS, Galeri 24

“Awalnya, ini semata kepedulian kami pada lingkungan. Dari pada sampah anorganik dibuang sembarangan, kami mulai menampung dan mengelolanya,” kata Dwi. Upaya tersebut lambat laun tidak hanya membawa perubahan terhadap kebersihan desa, tetapi juga memberi dampak positif bagi ekonomi masyarakat.

Bank Sampah ‘Mawar’ saat ini sudah berjalan dengan sistem yang terorganisir. Jam operasional dibuka setiap Sabtu dan Minggu dari pukul 10.00 sampai 13.00 WIB, meskipun ada kelonggaran waktu bagi warga yang ingin menyetor di luar jadwal tersebut. “Kami fleksibel untuk mereka yang sibuk di akhir pekan. Cukup komunikasi via telepon, yang penting sampahnya sudah dipilah. Hasilnya kami catat dan bisa ditabung hingga dicairkan saat Ramadan,” terang Dwi.

Dalam pengelolaan sehari-hari, Bank Sampah ‘Mawar’ melibatkan sejumlah pengurus yang semuanya bekerja secara swadaya tanpa gaji. Tugas pengurus dibagi ke dalam beberapa peran seperti sortir, teler yang menghitung harga jual, dan bagian administrasi yang mengatur pencatatan tabungan sampah.

Walaupun tidak mendapatkan bayaran tetap, Dwi memastikan bahwa hasil usaha dikelola secara profesional. Dari keuntungan yang diperoleh, 20 persen digunakan untuk operasional bank sampah, sementara 80 persen dikembalikan ke nasabah. Seiring berjalannya waktu, upaya mereka pun mendapatkan perhatian pemerintah.

“Sejak 2016 kami mendapatkan bantuan dari Dinas Lingkungan Hidup pusat dan kabupaten berupa bangunan permanen seluas 6x4 meter. Tempat itu kini jadi pusat aktivitas kami, mulai dari gudang hingga sortir dan administrasi,” ungkap Dwi.

Bantuan tidak hanya datang dari pemerintah, tetapi juga perusahaan BUMN melalui program CSR. Pada 2018, Bank Sampah ‘Mawar’ memperoleh alat press dan mesin pencacah sampah yang diberikan dalam bentuk hibah. Alat tersebut sangat membantu meningkatkan produktivitas pengelolaan sampah, sehingga volume pengolahan bisa lebih besar.

Namun, Dwi tidak menampik adanya tantangan, terutama stigma masyarakat terhadap bisnis sampah yang kerap dianggap remeh. “Ada yang mencibir, menganggap pekerjaan kami kotor, tidak layak. Tapi saya lakukan ini dengan hati senang karena manfaatnya besar,” ucapnya tegas.

Menurut Dwi, kesadaran masyarakat memang masih perlu dibangun. Ia berharap masyarakat tidak lagi memandang masalah sampah sebagai tanggung jawab sepihak pemerintah, melainkan kewajiban bersama.

“Sampah itu tanggung jawab pribadi. Sampahmu ya tanggung jawabmu, sampahku ya tanggung jawabku. Ini demi anak cucu kita. Kita hanya meminjam bumi dari mereka, jadi wajib dikembalikan dalam kondisi baik atau bahkan lebih baik,” pesan Dwi, penuh semangat.

Dwi juga mengajak masyarakat untuk tidak menunda perubahan kecil yang berdampak besar. “Mulai dari diri sendiri. Mulai dari sekarang. Ajak orang di sekitar kita agar lingkungan kita bersih dan sehat. Sampah bukan musuh, tapi sumber rezeki kalau kita kelola dengan baik,” tutupnya.

Kisah Bank Sampah ‘Mawar’ menegaskan bahwa upaya pengelolaan sampah bisa bertransformasi menjadi aktivitas produktif dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Lewat semangat gotong royong, program ini bukan hanya mendorong kebersihan lingkungan, namun juga menumbuhkan jiwa kewirausahaan berbasis kepedulian sosial.

Dengan perkembangan program Bank Sampah seperti ini, harapannya makin banyak masyarakat di berbagai daerah tergerak untuk melihat sampah sebagai peluang, bukan sekadar limbah yang harus dibuang.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

CIMB Niaga Perkuat Layanan Perbankan Inklusif di Yogyakarta

CIMB Niaga Perkuat Layanan Perbankan Inklusif di Yogyakarta

SLIK OJK Bantu Cek Penyalahgunaan NIK untuk Pinjol

SLIK OJK Bantu Cek Penyalahgunaan NIK untuk Pinjol

Kredit Bank Danamon Tumbuh di Semester I 2025

Kredit Bank Danamon Tumbuh di Semester I 2025

Pajak Berlaku, Emas Tetap Diburu Investor

Pajak Berlaku, Emas Tetap Diburu Investor

Saham Pilihan untuk Perdagangan 1 Agustus

Saham Pilihan untuk Perdagangan 1 Agustus